Melawan Kanker
Pengantar
Pendahuluan
Kisah Peperangan
Sebuah 'Kekeliruan Negatif'
Beralih ke Nutrisi
Prinsip Pertama - Kenali Musuh Anda
Apa Kanker Itu?
Apa Penyebab Kanker?
Sistem Kekebalan Anda
Strategi Pengobatan
Prinsip Kedua - Putuskan Jalur Pasokan Musuh
Pembersihan Internal & Detoksifikasi
Enema
Koloniks
Puasa Juice
Prinsip Ketiga - Bangunlah Kembali Sistem Pertahanan Alamiah Anda
Menjadi Vegetarian
Menemukan Alergi Makanan
Lemak
Olah Raga
Prinsip Keempat - Ikutsertakan Balabantuan
Vitamin
Mineral
Pasukan Lainnya
Prinsip Kelima - Pertahankan Semangat
Menolak Berperan Sebagai Korban
Menemukan Humor
Prinsip Keenam - Pilihlah Pertolongan Profesional Anda Secara Seksama
Bidang-Bidang & Filosofi
Menjadi Rekan Seperjuangan
Teman-Teman Tetap Terlibat
Mendukung Orang-Orang Yang Menolong
Apendiks A
Apendiks B

 

 

Melawan Kanker

Anne E. Frahm & David J. Frahm

Bab 1: Kisah Peperangan

Ruangan telah digelapkan, para staf bergegas pulang ke rumah untuk menjumpai orang-orang yang dikasihinya. Saya sendirian, kecuali satu-satunya teknisi yang sibuk sendiri di ruang sebelah dengan mengeluarkan semacam gumaman ketidaksabaran yang mengatakan kepada saya bahwa dia, ingin berada di tempat lainnya.

Hanya beberapa menit sebelumnya sejumlah dokter dan teknisi bergegas ke ruangan, menusukkan jarum-jarum panjang ke berbagai tempat di punggung saya, dan melewatkan tubuh saya ke dalam dan ke luar sebuah mesin scan-Cat. "Apa terasa nyeri di sini? Apa terasa nyeri di sini?" Mereka bertanya terus sambil memeriksa apa saja yang mereka cari di sepanjang tulang belakang saya. Akhirnya, setelah menemukan target mereka, sebuah suntikan besar digunakan, dan sejumlah kecil cairan diambil.

Sementara saya terbaring lama di sana menunggu sukarelawan yang akan mengembalikan dan mendorong saya dengan hati-hati kembali ke kamar rumah sakit, dua emosi berkecamuk terlintas bolak-balik di ingatan saya. Yang pertama adalah perasaan lega. Akhirnya, setelah berbulan-bulan sengsara dan frustrasi, saya akan mendapat penjelasan yang sebenarnya dari rasa nyeri luar biasa yang saya alami di punggung. Akhirnya saya akan tahu dengan pasti apa yang sedang saya hadapi. Tapi kemudian, apakah itu yang sedang saya hadapi? Perasaan takut tidak dapat dihindarkan! Kenapa saya tidak kunjung membaik, malahan semakin memburuk?

Seringkali dalam tujuh bulan pertama, rasa nyeri telah terjalin dalam keseharian saya. Tidak lama setelah hari Thanksgiving, saya mulai memperhatikan adanya nyeri misterius yang menetap di antara kedua belah bahu saya. Satu-satunya kemungkinan penyebab yang dapat saya tuding adalah "kecelakaan" kecil beberapa hari sebelumnya di mana mobil saya ditabrak dari belakang.

Di bulan Januari saya beserta suami memutuskan untuk mendekorasi ulang dapur kami. Malam harinya setelah pekerjaan itu selesai, bahu kiri saya mulai diserang rasa nyeri yang menyiksa. Rasanya seolah-olah saya sedang ditusuk berulang-ulang dengan sebuah pisau daging yang besar. Minggu-minggu berikutnya saya ke luar masuk tempat praktek dokter keluarga, mengeluhkan rasa nyeri yang semakin meningkat. Punggung saya sakit, bahu sedang membunuh saya, dan kemudian menjadi semakin sulit jalan.

Diagnosa dokter? Bursitis pada bahu, dengan komplikasi suatu infeksi ginjal yang menghambat aliran cairan dari otot-otot di tubuh saya. Saya diminta tidak melakukan aktivitas, dan diberi disis antibiotik yang besar. Namun seiring dengan minggu-minggu yang datang dan pergi, penderitaan itu semakin meningkat. Obat penghilang rasa nyeri yang terpaksa saya gunakan untuk tidur membuat usus saya teriris-iris. Jumlah malam hari di mana saya tidak dapat tidur semakin banyak.

Pada pertengahan Pebruari, dokter meminta saya dirawat di rumah sakit. Pemeriksaan sinar-X menunjukkan "bintik-bintik panas" pada tulang-tulang bahu saya, yang diinterpretasikan sebagai bursitis. Setiap harinya kantong-kantong es diberikan bersama-sama dengan antibiotik dosis besar yang diberikan secara intervena untuk mengatasi infeksi ginjal yang sedang berlangsung. Setelah meninggalkan rumah sakit, saya menjaga lengan kiri saya digantung di sepanjang bulan Maret. Dua kali seminggu, selama sebulan, saya meluangkan satu jam di unit terapi fisik rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan kortison pada bahu saya. Pada bulan April rasa nyeri itu masih meningkat, secara drastis!

Apa yang sedang terjadi pada saya? Kenapa saya tidak kunjung membaik? Kenapa infeksi ginjal ini tidak hilang-hilang? Inilah saya, seorang yang berusia tiga puluh lima tahun dan sebenarnya dalam rupa yang baik, namun tak berdaya oleh rasa nyeri yang melumpuhkan. Berapa lama saya akan menanggung siksaan ini sebelum tubuh saya membaik? Dokter keluarga kami tetap percaya bahwa segera setelah infeksi ginjal lenyap, otot-otot di punggung saya akan kembali berfungsi dengan normal. Sementara itu, istirahat dan menunggu.

Bulan April dan Mei bagaikan neraka! Saya mulai meluangkan sebagian besar waktu siang dan malam saya terbaring di atas ranjang, hanya untuk menunggu segala sesuatunya membaik. Kadang-kadang rasa nyeri di punggung saya begitu sakitnya sehingga sangat menyiksa dalam melakukan hal-hal kecil sekalipun, misalnya membalikkan badan -- karena itu saya tidak melakukannya. Tidur hampir tidak mungkin. Suami saya terpaksa tidur di lantai kamar tidur kami, sebab bila dia di samping saya dan melakukan gerakan yang paling halus pun maka saya berteriak-teriak kesakitan. Bahkan mendengar kedua anak kami berjalan di luar pintu kamar tidur kami cukup untuk menegangkan otot-otot saya dan menimbulkan kekejangan yang membuat saya sulit bernapas.

Itu adalah waktu yang sukar bagi anak-anak saya. Mereka bukan saja kuatir tentang saya, tetapi marah karena saya membutuhkan banyak perhatian dan tidak dapat bertindak dalam cara-cara keibuan terhadap mereka. Keduanya duduk di sekolah dasar dan memerlukan ibunya untuk mengisi tangki emosi mereka dengan pelukan-pelukan dan ciuman-ciuman. Malahan setiap harinya mereka mendapat ucapan "Jangan terlalu dekat!" "Jangan menyentuh ranjang!" "Tolong, hati-hati!"

Untunglah, pekerjaan suami saya adalah jenis yang dapat dikerjakan di rumah. Dia menjadi ayah dan sekaligus ibu bagi anak-anak kami, dan bagi saya, perawat sepenuh-waktu. Dia memasak makanan, mencuci baju, dia mengurusi saya ke kamar mandi. Biasanya perlu lima belas menit, dengan banyak pertolongannya, untuk bergerak dari ranjang saya ke pintu kamar mandi melintasi ruangan rumah. Perasaan lega pada kandung kemih menutupi rasa malu karena Dave perlu membantu saya merendahkan tubuh ke atas bangku kecil, lalu membimbing berdiri jika saya sudah selesai. Ketika hari-hari semakin bertambah, hal itu bahkan menjadi mustahil.

Akhirnya, pada suatu pagi di bulan Mei, kami merasa telah cukup menunggu. Kami ingin mempercayai apa yang dokter katakan, tetapi segala sesuatunya tidak menjadi semakin baik. Kami tidak ingin dia berpikir bahwa kami tidak mempercayainya lagi, namun kami butuh jawaban. Hari itu kami mengatur untuk mengeluarkan tubuh saya yang tersiksa, masuk ke dalam mobil dan pergi ke ruang gawat darurat rumah sakit setempat. Di sana, kami kira, kami akan mendapat opini dokter yang lain akan apa yang sedang terjadi, mungkin saja dianjurkan untuk menjalani tes-tes di rumah sakit. Sayang sekali, kami menerima rasa frustrasi yang lebih lagi terhadap usaha kami. Setelah berunding dengan dokter keluarga kami melalui telpon mengenai apakah semua rasa nyeri ini hanya ada di dalam kepala saya saja, dokter yang ada memberikan sebuah suntikan relaksan otot dan menyruh kami pergi dengan resep valium dan nasihat agar saya melakukan jalan perlahan-lahan supaya otot punggung saya bekerja lagi.

Terima kasih untuk tidak melakukan apa-apa! Kami pergi dari sana dengan rasa frustrasi, tahu bahwa kami tidak tertolong. Hari berikutnya kami mengatur perjalanan terakhir ke dokter keluarga kami. Kali ini kami ingin jawaban yang baru!

Dan Jawabannya Adalah ...
"Kesunyian" yang melingkupi saya, sewaktu saya berbaring di ruangan scan-Cat mengingat-ngat lagi semua yang terjadi hingga saat itu, tiba-tiba terpecah ketika seorang dokter muda mendorong membuka pintu dan masuk. Dia berdiri di dalam cahaya yang mengikutinya dari kamar yang besar, melihat ke sekelilingnya yang agak gelap sampai melihat saya.

Dia bergegas ke samping saya, dan berkata, "Halo, Ny. Frahm? Nama saya adalah Dr. Schubert. Saya seorang dokter bedah. Sebenarnya ..." sambil melirik ke jam tangannya, "Saya terlambat melakukan pembedahan. Ny. Frahm, saya benci mengatakan ini kepada anda, tetapi anda mengidap kanker payudara yang telah lanjut. Anda perlu menjalani mastektomi, dan saya dapat mengaturnya untuk anda pada jam 17:30 besok, oke?"

Di atas ruangan kamar rumah sakit, suami saya sedang menerima kabar yang sama dari seorang onkologis yang baru saja ditugaskan. Tertegun dan dengan perasaan yang bingung, dia hanya mengajukan sebuah pertanyaan -- "Berapa lama waktu yang istri saya miliki?"

"Saya tidak akan menyembunyikan kenyataan apapun. Anda perlu tahu yang sebenarnya," jawab onkologis itu. "Kebanyakan orang yang menderita kanker stadium lanjut seperti istri anda meninggal dalam waktu dua tahun." (Belakangan baru kami ketahui darinya bahwa dalam kasus saya ini pernyataannya sangat optimistik).

Akhirnya, saya didorong kembali ke kamar saya dan ditempatkan di ranjang. Dengan mata ketakutan yang berlinang air mata serta hati yang siap meledak, Dave dan saya saling berpelukan dan menangis. Benarkah ini semua terjadi? Apakah semua ini benar-benar terjadi pada kami? Apakah mimpi buruk sepanjang hidup saya sedang menjadi kenyataan?

Saat itu, kami meratapi kematian saya.

Sebuah "Kekeliruan Negatif"

 

S i t u s - L a i n :

Edi Cahyono's Experience
Nur Rachmi's World
Semsar Siahaan's Gallery
Oey's Renaissance
George Grosz
Satu Mei
Yayasan Penebar Page
Political-Economy Page
<<Previous  ||  Next>>