Home | Paroki | Informasi | Galeri Foto | Renungan | Suara Umat |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Komentar SAGKI 2005 PESAN MENUJU PERTOBATAN
St. Paulus berpesan,"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Rom 12:2). Pesan St.Paulus ini digemakan kembali oleh SAGKI 2005,sidang ini mengajak kita untuk mengubah dalam diri kita suatu habitus yang salah dan menggantinya dengan habitus baru.Habitus baru ini menuntut kita untuk meninggalkan manusia lama yang cemar oleh berbagai praktek yang membuat kita tidak beradab. SAGKI secara khusus menekankan dimensi sosial dari pertobatan kita. Ia menggemakan kembali seruan St. Yohanes Pembaptis kepada para pendengar yang minta petunjuk untuk bertobat (Luk 3:10-15). Habitus lama pertama-tama diidentifikasikan sebagai segala bentuk ketidakadilan atu segala tindakan yang memicu ketidakadilan.Pesan ini menggemakan kembali suara para Nabi yang kerapkali mengecam ketidakadilan yang muncul dalam lingkungan umat Allah. Habitus lama yang kedua ialah perilaku hedonis yang menggerogoti umat beriman.Rasa malas, keinginan akan segala sesuatu yang serba instant dan gampang memang amat merusak moral umat Allah. Habitus lama yang ketiga ialah ritualisme dalam agama.Kebanyakan orang memiliki rasa keberagamaan yang tinggi namun sedikit pemahaman akan agama akan membuat manusia cenderung taat secara buta,memiliki fanatisme yang sempit dan bertindak brutal sekalipun agama mengajarkan hal yang sebaliknya Gereja Indonesia mendesak kita untuk berubah dan meninggalkan habitus lama dan menggantikannya dengan habitus baru. Dalam keputusan SAGKI sudah diberikan usulan-usulan yang konkret dan mudah mengenai bagaimana Habitus lama dan segala akibatnya itu harus disingkirkan dan digantikan dengan sesuatu yang baru. Sungguh menyenangkan melihat Gereja Indonesia bertindak sebagai Yohnes Pembaptis, sebagai nabi penyeru pertobatan dan memberikan suatu petunjuk yang cukup konkret untuk bisa dijalankan. Hanya saja usulan diatas kertas yang bagus itu tidak cukup.Hasil itu harus dilaksanakna agar ada hasilnya. Tanpa itu ini semua akan jadi tulisan diatas kertas yang indah saja, dan ini kurang menyenangkan untuk dibayangkan. Hal lain yang menarik ialah seruan ini diletakkan dalam konteks kebangsaaan. Gereja sadar bahwa masalah ini bukan hanya masalahnya saja melainkan juga masalah seluruh bangsa. Maka tema ini ditawarkan juga kepada seluruh bangsa Indonesia. Hal membentuk habitus baru dan membentuk keadaban baru adalah hal umum yang diterima oleh semua agama,dan para pemuka agama lain yang hadir di SAGKI sebagai tamu kehormatan pun setuju akan itu. Dengan jalan ini Gereja sendiri telah memberanikan dirinya menjadi garam dan ragi bagi bangsa ini. Tentu saja "garam" yang sedikit ini akan dilihat ke-asin-an nya kelak.Jikaia tidka asin makaia akan diinjak dan dibuang. Gereja Indonesia telah menawarkan solusi bagi permasalahan bangsa ini, namun juga mendatangkan masalah bagi dirinya. Kini Gereja Indonesia telah menjadikan dirinya sebagai garam, suatu kelompok kecil namun punya inisiatif dan tekad besar untuk mengasinkan seluruh bangsa atau membuat suatu habitus baru dan keadaban publik baru bagi bangsa. Dan kepada kelompok kecil ini akan dilihat orang, apakah ia benar-benar asin, dalam arti pengaruh dan kontribusinya dalam mewujudkan gagsan besarnya ini ada atau tidak. Jika kontribusi Gereja dalam mewujudkan gagasan besar yang diusungnya ini sendiri dianggap oleh pihak lain sebagai "nol besar". maka Gereja telah menyatakan dirinya sebagai garam tawar yang tidak berguna. Ini tentu menyakitkan dan sebagai anggota Gereja kita tidak akan mau ini terjadi,sehingga pelaksanaan hasil SAGKI adalah sangat mendesak bagi kita sekalian. Adalah hal penting bagi setiap Keuskupan sekrang untuk membicarakan leih jauh secara konkret apa yang mau dilakukan sekarang, dan secara nyata pelaksanaannya segera dilakukan. Garam sudah ditabur dan semua orang sedang melihat apakah garam itu membuat asin masakan atau tidak....
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Home | Paroki | Informasi | Galeri Foto | Renungan | Suara Umat |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Copyright 2005 KOMSOS ST. YAKOBUS BANTUL E-mail : styakobus@yahoo.com |