CinTa ; DiSiplin Seks; KeSucIan ; Berahi ; Gerhana Seks dan KeinDahan
(Monday,
June 11 2001 ; 8:58 PM)
Islam memperlakukan masalah-masalah yang menyangkut perilaku seksual atas basis etika yang sama sebagaimana yang sekarang umum diakui dalam pengaturan kegiatan-kegiatan politik dan ekonomi.
Bagi yang tak siap membaca harap kemari saja.
Dalam kebanyakan karya
sastra, kita tahu kalau CINTA dipuja, tidak hanya dalam konotasi Ilahi
tapi juga dalam konteks emosional manusia. Sebenarnya arti cinta yang
murni itu tidak ada hubungannya dengan libido, seks, atau suatu
intensitas kebutuhan yang mendesak dari instink seksual. Jadi ada yang
menyamakan CiNtA dengan SeKs. Menyamakan CinTA dengan NafSu Birahi.
Efek yang luhur dari
Cinta itu jauh dari sekedar sifat instinktif, atau nafsu birahi
kebinatangan yang sederhana. Kadang juga terlihat Cinta memang
menyatakan dirinya sebagai hawa nafsu birahi. Dan apabila nafsu birahi
menguasai manusia, manusia menjadi egosentris, dan memandang cinta hanya
sebagai sarana untuk kepuasan diri. Tapi kalau manusia merasakan Cinta
sebagai perasaan kasih sayang yang sejati, maka ia tak akan lagi
bersifat egosentris. Sebaliknya akan membuat manusia itu mempunyai
semangat berkorban yang tinggi.
Cinta Itu Beda Dengan
Berahi. Berahi selalu bersifat lebih tunggal dan tinggi dari pada seks
dan ia menuntut harga yang lebih tinggi. Lihatlah ke sekeliling Anda!
Hidup sekarang ini bagaikan bagai hidup didunia konsumer, seluruh energi
manusia hanya diarahkan pada pemuasan hawa nafs. Semua usaha dikerahkan
tuk memenuhi hasrat menjadi kaya, kekuasaan dan seks. Sementara ruang
jiwa dan spiritualitas kosong dan nyaris hampa. Manusia benar-benar
sudah terjerumus kepada penghambaan hawa nafs. Dan ini saatnya bagi
manusia untuk membebaskan dirinya dari perangkap suatu pemaknaan pada
berahi yang sempit.
Hancurnya belenggu hawa
nafsu menurut Baudrillard, membuat pusat gravitasi digantikan oleh
ekonomi libido. Sistem makna dan pesan diganti oleh sistem bujuk-rayu
(seduction), dengan segala kepalsuan, ilusi dan penampakannya. Apa yang
ditimbulkan oleh rayuan adalah kepalsuan dan kesemuan, apa yang
ditimbulkan oleh rayuan adalah gelora nafsu, gelora seksual, gelora
belanja dan gelora berkuasa (Yasraf Amir Piliang).
Di zaman seperti ini,
tidak terlihat lagi slogan "Kau punya sebuah jiwa dan ia harus
diselamatkan", tetapi:
"Kau punya kelamin,
dan kau harus menggunakannya dengan baik"
"Kau punya alam
bawah sadar, maka itu kau harus membiarkan id berbicara"
"Kau punya tubuh,
dan kau harus mendapatkan kepuasan darinya"
"Kau punya libido,
dan kau harus mencurahkannya"
BENING SAJA deh!!
Kenyataannya memang seperti ini.
(Bersambung
....)
|