ManadoPost Online, Rabu, 23 Januari 2002
AS Siap Serang Indonesia
Kejar Al Qaedah, CIA Mulai Menyusup ke Jawa
JAKARTA- Tampaknya pemerintah Gedung Putih benar-benar geram dengan ulah
kelompok teroris jaringan Al Qaedah di kawasan ASEAN. Buktinya, pasca
terungkapnya skenario peledakan seluruh aset AS di kawasan itu, khususnya di
Singapura oleh intelijen Filipina beberapa waktu lalu, Presiden George W Bush
dikabarkan mengizinkan misi khusus mengerahkan sejumlah agen terbaik intelijen
AS (CIA) ke Jakarta. Tugas utama mereka memburu jaringan teroris Indonesia yang
dikabarkan memotori skenario itu melalui aksi beberapa kelompok teroris di Malaysia
dan Singapura yang menamakan diri Kumpulan Mujahidin Malaysia dan Jamaah
Islamiyah Singapura.
''Misi khusus itu telah dimulai, diharapkan bisa mengungkap lebih jauh lagi
keterlibatan warga Indonesia dalam jaringan Al Qaedah di ASEAN,'' kata pejabat
penting Pentagon sebagaimana dilansir The New York Times kemarin.
Kegeraman AS memang mulai terlihat ketika tiga pekan lalu, Singapura menangkap
15 warga Malaysia dan salah seorang dari Indonesia anggota Jamaah Islamiyah
Singapura. Dari mereka diamankan sejumlah bahan peledak dan terungkap rencana
meledakkan aset AS di negeri singa itu. Beberapa pekan kemudian, Filipina
menangkap Fathur, warga Indonesia di General Santos City dengan bahan peledak
yang berjumlah banyak. Bersamaan dengan itu, terungkap juga kalau seorang ulama
di Sukohardjo, Jawa Tengah bernama Abu Bakar Ba'asyir ternyata merupakan
pemimpin dua kelompok teroris jaringan Al Qaedah di Malaysia dan Singapura.
Sementara, menghadapi maraknya keterlibatan warga Indonesia dalam jaringan
terorisme internasional, pakar intelijen Indonesia Dr AC Manullang mewarning
kemungkinan AS melakukan invasi militer ke Indonesia. ''Masalah Al Qaeda bukan
tidak mungkin diciptakan sendiri oleh AS untuk kepentingan politisnya. Setelah efektif
berjalan dan ormas Islam bergerak reaktif, maka ada jalan masuk untuk melakukan
invasi,'' katanya.
"Hampir dapat dipastikan, bukan tak mungkin AS akan menjadikan Indonesia sebagai
target operasi. Hal ini mengingat Indonesia sejak awalnya adalah negara potensial
menentukan tinggi rendahnya stabilitas keamanan di Asia Tenggara dan Australia,"
kata Dr AC Manullang.
Manullang melihat pola serupa sudah terlihat dengan yang terjadi di Filipina. Untuk
memberangus gerakan separatis Islam yang dituduh melakukan aksi teroris, AS
sudah mulai mengirimkan pasukan ke Filipina dengan dalih membantu pelatihan anti
teroris.
Beberapa hari terakhir, isu adanya kabar jaringan Al Qaeda kembali hangat menyusul
penangkapan sekelompok orang yang dituduh teroris di Malaysia (Kumpulan
Mujahidin Malaysia) dan Singapura (Jemaah Islamia). Media massa setempat
memberitakan pemimpin kelompok itu adalah Abubakar Ba'asyir, seorang ulama yang
kini tinggal di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Belakangan, Jemaah Islamiah diduga memiliki kaitan dengan Al Qaeda pimpinan
Osama bin Laden. Isu makin bergetar kuat, ketika polisi Filipina menangkap Fathur
Rohman AlGhozi yang dikatakan warga Indonesia. Polri memperoleh info bahwa
Fathur pernah tinggal di Sukoharjo, Jateng.
Meski isu bergulir deras, pemerintah AS pernah tak merevisi pernyataan yang
menyebut Indonesia tak termasuk negara jaringan Al Qaeda. Demikian pula dengan
pemerintah Indonesia. Pemerintah tak pernah mengatakan sikap tegas soal adanya
jaringan Al Qaeda ini.
Soal ini, AC Manullang menilai AS bisa saja dengan sengaja tak mengklaim ada Al
Qaeda di Indonesia. "Bukan tak mungkin hal itu untuk memperluas ruang gerak Al
Qaeda di Indonesia atau AS ingin mengambil hati terhadap gerakan Islam disini,"
papar Manullang.
Sementara soal pemerintah yang cenderung pasif, Manullang menilai karakter
pemerintahan pada saat-saat ini memang tak akan pernah bisa bersikap tegas.
"Hanya pemerintahan Soekarno saja yang bisa bilang tidak atau ya," kata AC
Manullang. "Dari sisi lain, hal ini menimbulkan kecurigaan AS sehingga mereka akan
tetap membuka peluang dengan melakukan operasi intelijen, untuk mengobok-obok
ada bahwa Al Qaeda ada di Indonesia," lanjut AC Manullang. Manullang sendiri tak
percaya Al Qaeda bisa tumbuh kuat di Indonesia mengingat meski mayoritas
beragama Islam, penduduk Indonesia mayoritas bukan pemeluk Islam taat. Lantas
kenapa AS tertarik dengan Indonesia? Menurut Manullang, AS melihat negara yang
penting dan potensial. Posisinya menentukan di Asia tenggara dan Indonesia pun
berpotensi menjadi negara terkuat di dunia bila seluruh penduduknya bersatu.
"Karena itu, Indonesia mungkin menjadi target strategi globalisasi AS," ujar
Manullang. Namun Manullang yakin, strategi ini tak akan berhasil mengingat banyak
negara di dunia tak akan rela melihat Indonesia di bawah kendali negara super power.
"Hal ini karena politik globalisasi sudah berubah dari bipolar (AS-Rusia) menjadi
multipolar (internasional).(*/jos/dtc)
Risbang © Copyright 1996, MANADO POST Online
|