KOMPAS, Rabu, 16 Januari 2002, 13:54 WIB
Pasukan KodamV/Brawijaya akan Ditarik dari Aceh dan Ambon
Surabaya, Rabu
Sebanyak dua batalyon pasukan Kodam V/Brawijaya yang hampir satu tahun
bertugas di dua daerah konflik, yakni Aceh dan Ambon, dalam waktu dekat akan
segera ditarik ke markasnya di Surabaya dan Sidoarjo.
"Mungkin Maret atau April pasukan Kodam sudah kembali kesini dan soal
penggantinya, Kodam juga sudah menyiapkan pasukan, tinggal menunggu perintah
dari Panglima TNI," kata Kapendam V/Brawijaya Letkol (Inf) Djoko Agus, SH, MBA di
Surabaya, Rabu (16/1).
Ia menjelaskan, pasukan yang akan ditarik itu berasal dari Batalyon Arhanudse-8
sebanyak 682 orang bertugas di Ambon dan pasukan Batalyon Infantri (Yonif) 516
sebanyak 655 orang bertugas di Aceh. Pasukan dari Yon Arhanudse-8 bermarkas di
Sidoarjo sedangkan Yonif 516 di Surabaya.
Menurut Kapendam, sebetulnya kedua batalyon Kodam itu akan melaksanakan tugas
selama enam bulan, namun karena situasi di Ambon dan Aceh belum pulih, terutama
pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Natal, maka penugasannya diperpanjang. "Pada
saat menjelang penarikan pasukan, di Ambon dan Aceh terus terjadi konflik dan
kontak senjata, akhirnya penarikan diundur. Tapi penambahan waktu tugas itu tidak
akan lebih dari satu tahun akrena bisa menimbulkan kerawanan bagi pasukan
sendiri," katanya.
Sebagaimana biasa, katanya, pemulangan pasukan tempur itu akan dilakukan
dengan menggunakan kapal perang RI (KRI) milik TNI AL melalui Dermaga Ujung,
Markas Komando Armada RI Kawasan Timur Koarmatim) di Surabaya.
Ia menjelaskan, untuk menggantikan pasukan kedua batalyon itu, saat ini Kodam
V/Brawijaya juga telah menyiapkan personelnya, antara lain sudah berlatih di
Bandung. Para komandan satuan milik Kodam itu telah melaksanakan latihan
pratugas untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Selama ini pasukan kita 'kan biasa hidup di markas dan kondisinya aman-aman,
sehingga kemungkinan kewaspadaannya berkurang. Untuk itu, mereka kami latih
lagi, sebelum diberangkatkan ke medan konflik," ujar Kapendam.
Ia menjelaskan, selama ini keberadaan pasukan andalan Kodam,
yakni "Pasukan Rajawali" atau yang dikenal sebagai pasukan pemburu dinilai lebih
efektif dalam menjalankan tugas di Aceh karena sifat penugasannya yang bergerilya.
"Pasukan Rajawali itu jumlahnya hanya satu kompi, tapi bergerak terus untuk
mengejar pengacau di Aceh. Keberadaan mereka sulit dideteksi karena biasanya
dibagi dalam peleton-peleton, bahkan dalam regu. Mereka bergerak dari satu tempat
ke tempat lain. Di satu tempat, paling lama hanya tiga hari," ujarnya.(Ant/zrp)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|