HARRY POTTER
and the Order of the Phoenix
-- BAB TIGA PULUH DUA --
Keluar dari Api
'Aku tidak akan pergi ... aku tidak butuh sayap rumah
sakit ... aku tidak mau'
Dia sedang meracau selagi mencoba melepaskan diri dari
Profesor Tofty, yang sedang memandang Harry dengan penuh kekuatiran setelah
membantunya keluar ke Aula Depan dengan tatapan murid-murid di sekeliling
mereka.
'Aku -- aku baik-baik saja, sir,' Harry tergagap,
sambil menyeka keringat dari wajahnya. 'Benar ... aku cuma tertidur ... dapat
mimpi buruk ...' 'Tekanan ujian!' kata penyihir pria tua
itu dengan bersimpati, sambil menepuk bahu Harry dengan gemetaran. 'Hal itu
terjadi, anak muda, terjadi! Seakrang, minum air yang menyejukkan, dan mungkin
kamu akan siap kembali ke Aula Besar? Ujian hampir usai, tapi kamu mungkin bisa
menyelesaikan jawaban terakhirmu dengan baik?' 'Ya,' kata
Harry dengan liar. 'Maksudku ... tidak ... aku sudah melakukan -- melakukan
sejauh yang kubisa, kukira ...' 'Sangat bagus, sangat
bagus,' kata penyihir tua itu. 'Aku akan pergi mengumpulkan kertas ujianmu dan
kusarankan kamu pergi dan berbaring.' 'Saya akan
melakukannya,' kata Harry sambil mengangguk penuh semangat. 'Terima kasih
banyak.' Begitu tumit orang tua itu menghilang dari ambang
pintu ke dalam Aula Besar, Harry berlari menaiki tangga pualam, menderu cepat
menyusuri koridor-koridor begitu cepatnya sehingga potret-potret yang dia lalui
menggumamkan celaan, menaiki lebih banyak tangga lagi, dan akhirnya masuk
seperti topan melalui pintu-pintu ganda sayap rumah sakit, mengakibatkan Madam
Pomfrey -- yang sedang menyendokkan sedikit cairan biru terang ke dalam mulut
Montague yang terbuka -- menjerit takut. 'Potter, kamu
pikir apa yang sedang kamu lakukan?' 'Saya perlu bertemu
Profesor McGonagall,' Harry terengah-engah, napasnya merobek-robek paru-parunya.
'Sekarang ... penting!' 'Beliau tidak ada di sini, Potter,'
kata Madam Pomfrey dengan sedih. 'Beliau ditransfer ke St Mungo pagi ini. Empat
Mantera Pembeku langsung ke dada pada usianya? Ajaib mereka tidak membunuhnya.'
'Dia ... pergi?' kata Harry, terguncang. Bel berdering
tepat di luar kamar asrama dan dia mendengar kegaduhan biasa dari murid-murid di
kejauhan yang mulai membanjir keluar ke koridor-koridor di atas dan di bawahnya.
Dia tetap tidak bergerak, sambil memandang Madam Pomfrey. Teror tumbuh di dalam
dirinya. Tak seorangpun tertinggal untuk diberitahu.
Dumbledore telah pergi, Hagrid telah pergi, tetapi dia selalu mengharapkan
Profesor McGonagall akan berada di sana, lekas marah dan tidak luwes, mungkin,
tetapi selalu dapat diandalkan kehadirannya ... 'Aku tidak
terkejut kamu terguncang, Potter,' kata Madam Pomfrey, dengan semacam
persetujuan dashyat di wajahnya. 'Seolah-olah salah satu dari mereka akan bisa
Membekukan Minerva McGonagall saat berhadapan langsung di bawah sinar matahari!
Kepengecutan, itulah namanya ... kepengecutan yang patut dibenci ... kalau aku
tidak kuatir apa yang akan terjadi dengan kalian para murid tanpa diriku, aku
akan mengundurkan diri sebagai protes.' 'Ya,' kata Harry
dengan hampa. Dia berputar dan berjalan tak tentu arah dari
sayap rumah sakit ke koridor yang penuh sesak di mana dia berdiri, dikelilingi
kerumunan, rasa panik mengembang di dalam dirinya seperti gas beracun sehingga
kepalanya berputar dan dia tidak bisa memikirkan apa yang harus dilakukan ...
Ron dan Hermione, kata sebuah suara di dalam kepalanya.
Dia berlari lagi, sambil mendorong murid-murid menyingkir dari jalannya, tak
memperhatikan protes marah mereka. Dia berlari cepat kembali menuruni dua lantai
dan berada di puncak tangga pualam ketika dia melihat mereka bergegas ke
arahnya. 'Harry!' kata Hermione seketika, sambil terlihat
sangat ketakutan. 'Apa yang terjadi? Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu
sakit?' 'Ke mana kamu?' tuntut Ron.
'Ikut aku,' Harry berkata dengan cepat. 'Ayolah, aku harus memberitahu kalian
sesuatu.' Dia menuntun mereka menyusuri koridor lantai
pertama, mengintip melalui ambang-ambang pintu, dan akhirnya menemukan sebuah
ruang kelas kosong ke mana dia masuk, menutup pintu di belakang Ron dan Hermione
saat mereka berada di dalam, dan bersandar ke pintu itu, menghadap mereka.
'Voldemort menangkap Sirius.' 'Apa?'
'Bagaimana kamu --?' 'Aku lihat. Baru saja. Waktu aku
tertidur saat ujian.' 'Tapi -- tapi di mana? Bagaimana?'
kata Hermione, wajahnya putih. 'Aku tak tahu bagaimana,'
kata Harry. 'Tapi aku tahu persis di mana. Ada sebuah ruangan di Departemen
Misteri yang penuh dengan rak-rak yang berisikan bola-bola kaca kecil ini dan
mereka ada di ujung baris sembilan puluh tujuh ... dia berusaha menggunakan
Sirius untuk mendapatkan apapun yang diinginkannya dari dalam sana ... dia
sedang menyiksanya ... bilang dia akan mengakhirinya dengan membunuhnya!'
Harry mendapati suaranya bergetar, begitu pula lututnya. Dia pindah ke sebuah
meja dan duduk di atasnya, sambil mencoba menguasai dirinya sendiri.
'Bagaimana kita akan pergi ke sana?' dia bertanya kepada mereka.
Ada keheningan sejenak. Lalu Ron berkata, 'P-pergi ke sana?'
'Pergi ke Departemen Misteri, sehingga kita bisa menyelamatkan Sirius!' Harry
berkata keras-keras. 'Tapi -- Harry ...' kata Ron dengan
lemah. 'Apa? Apa?' kata Harry. Dia
tidak mengerti mengapa mereka berdua menatapnya dengan mulut terbuka seolah-olah
dia sedang meminta mereka melakukan sesuatu yang tidak masuk akal.
'Harry,' kata Hermione dengan suara agak ketakutan, 'er ... bagaimana ...
bagaimana Voldemort masuk ke dalam Kementerian Sihir tanpa ada yang menyadari
dia ada di sana?' 'Bagaimana aku tahu?' teriak Harry.
'Pertanyaannya adalah bagaimana kita akan masuk ke dalam sana!'
'Tapi ... Harry, pikirkan ini,' kata Hermione, sambil maju selangkah ke arahnya,
'saat ini pukul lima sore ... Kementerian Sihir pastilah penuh pekerja ...
bagaimana Voldemort dan Sirius bisa masuk tanpa terlihat? Harry ... mereka
mungkin dua penyihir yang paling dicari-cari di dunia ... menurutmu mereka bisa
masuk ke dalam sebuah gedung yang penuh dengan Auror tanpa terdeteksi?'
'Aku tak tahu, Voldemort menggunakan Jubah Gaib atau sesuatu!' Harry berteriak.
'Lagipula, Departemen Misteri selalu sepenuhnya kosong kapanpun aku berada di
--' 'Kamu belum perrnah berada di sana, Harry,' kata
Hermione pelan. 'Kamu memimpikan tempat itu, itu saja.'
'Itu bukan mimpi biasa!' Harry berteriak ke wajahnya, sambil berdiri dan maju
selangkah mendekat kepadanya.Dia ingin mengguncangnya. 'Kalau begitu bagaimana
kamu menjelaskan ayah Ron, tentang apa semua itu, bagaimana aku tahu apa yang
terjadi kepadanya?' 'Dia benar juga,' kata Ron pelan,
sambil memandang Hermione. 'Tapi ini hanya -- hanya begitu tidak
mungkin,' kata Hermione dengan putus asa. 'Harry, bagaimana Voldemort bisa
menangkap Sirius kalau dia berada di Grimmauld Place sepanjang waktu?'
'Sirius mungkin tidak tahan dan cuma ingin sedikit udara segar,' kata Ron,
terdengar kuatir. 'Dia dari dulu sangat ingin keluar dari rumah itu --'
'Tapi kenapa,' Hermione bertahan, 'kenapa Voldemort mau menggunakan Sirius
untuk mengambil senjata itu, atau apapun benda itu?' 'Aku
tak tahu, mungkin ada banyak alasan!' Harry menjerit kepadanya. 'Mungkin Sirius
hanyalah seseorang yang Voldemort tidak peduli jika terluka --'
'Kalian tahu apa, aku baru saja terpikir sesuatu,' kata Ron dengan suara
berbisik. 'Adik Sirius adalah seorang Pelahap Maut, bukan? Mungkin dia
memberitahu Sirius rahasia bagaimana mengambil senjata itu!'
'Yeah -- dan itulah sebabnya Dumbledore sangat ingin menahan Sirius terkurung
sepanjang waktu!' kata Harry. 'Lihat, aku menyesal,' jerit
Hermione, 'tapi tak satupun dari kalian masuk akal, dan kita tidak punya bukti
untuk ini, tak ada bukti Voldemort dan Sirius bahkan ada di sana --'
'Hermione, Harry melihat mereka!' kata Ron, memberondongnya.
'OK,' katanya, tampak takut namun bertekad, 'aku cuma harus mengatakan ini --'
'Apa?' 'Kamu ... ini bukan kritik, Harry! Tapi kamu memang
... semacam ... maksudku -- tidakkah menurutmu kamu punya sedikit -- hal
tentang menyelamatkan orang!' katanya. Harry melotot
kepadanya. 'Dan apa artinya itu, "hal tentang
menyelamatkan orang"?' 'Well ... kamu ...' dia
tampak lebih gelisah dari sebelumnya. 'Maksudku ... tahun lalu, contohnya ... di
danau ... saat Turnamen ... kamu seharusnya tidak ... maksudku, kamu tidak perlu
menyelamatkan gadis kecil Delacour itu ... kamu agak ... terbawa ...'
Sebuah gelombang kemarahan panas membara menyapu badan Harry, bagaimana bisa dia
mengingatkannya pada kesalahan itu sekarang? 'Maksudku,
kamu hebat dan sebagainya,' kata Hermione cepat-cepat, tampak benar-benar ngeri
melihat tampang Harry, 'semua orang mengira itu hal yang mengagumkan untuk
dilakukan --' 'Lucu,' kata Harry melalui gigi-gigi yang
digertakkan, 'karena aku jelas-jelas ingat Ron berkata aku membuang waktu bertindak
sebagai pahlawan ... apakah menurutmu ini seperti yang waktu itu? Kaurasa
aku ingin bertindak sebagai pahlawan lagi?' 'Tidak, tidak,
tidak!' kata Hermione, terlihat kaget. 'Itu bukan yang kumaksud sama sekali!'
'Well, keluarkan apa yang ingin kau katakan, karena kita sedang membuang
waktu di sini!' Harry berteriak. 'Aku sedang mencoba
mengatakan -- Voldemort mengenalmu, Harry! Dia membawa Ginny turun ke dalam
Kamar Rahasia untuk memikatmu ke sana, hal-hal seperti itulah yang dilakukannya,
dia tahu kamu adalah -- jenis orang yang akan pergi menolong Sirius! Bagaimana
kalau dia cuma mencoba membuat kamu masuk ke dalam Departemen Mist--?'
'Hermione, tidak masalah apakah dia melakukannya untuk membuatku ke sana atau
tidak -- mereka sudah membawa McGonagall ke St Mungo, tak seorangpun dari Order
tersisa di Hogwarts yang bisa kita beritahu, dan kalau kita tidak pergi, Sirius
mati!' 'Tapi Harry -- bagaimana kalau mimpimu -- cuma itu,
sebuah mimpi?' Harry mengeluarkan raungan frustrasi.
Hermione bahkan melangkah mundur darinya, tampak kuatir.
'Kau tidak mengerti!' Harry berteriak kepadanya, 'Aku tidak sedang mimpi buruk,
aku tidak hanya bermimpi! Menurutmu semua Occlumency itu untuk apa, menurutmu
kenapa Dumbledore ingin mencegahku melihat hal-hal ini? Karena memang NYATA,
Hermione -- Sirius terperangkap, aku sudah melihatnya. Voldemort menangkapnya,
dan tak seorangpun yang tahu, dan itu berarti kita satu-satunya yang bisa
menyelamatkannya, dan kalau kamu tidak mau melakukannya, baik, tapi aku akan
pergi, paham? Dan kalau aku ingat dengan benar, kau tidak punya masalah dengan hal
menyelamatkan orang-ku waktu kamu yang kuselamatkan dari Dementor, atau --'
dia memberondong Ron '-- waktu adikmu yang kuselamatkan dari Basilisk --'
'Aku tak pernah bilang aku punya masalah!' kata Ron dengan panas.
'Tapi Harry, kamu baru saja bilang,' kata Hermione dengan garang, 'Dumbledore
mau kamu belajar menghalangi hal-hal ini dari pikiranmu, kalau kamu mengerjakan
Occlumency dengan semestinya kamu tidak akan pernah melihat ini --'
'KALAU KAUKIRA AKU AKAN BERTINDAK
SEOLAH-OLAH AKU TIDAK MELIHAT --' 'Sirius
bilang kepadamu tak ada yang lebih penting daripada kamu belajar menutupp
pikiranmu!' 'WELL, KUDUGA DIA AKAN
MENGATAKAN SESUATU YANG BERBEDA KALAU DIA
TAHU APA YANG BARU SAJA AKU --'
Pintu ruang kelas membuka. Harry, Ron dan Hermione berputar cepat. Ginny
berjalan masuk, terlihat ingin tahu, diikuti dari dekat oleh Luna, yang seperti biasa
tampak seolah-olah dia melintas masuk tanpa disengaja.
'Hai,' kata Ginny dengan tidak yakin. 'Kami mengenali suara Harry. Apa yang
sedang kamu teriakkan?' 'Tak usah peduli,' kata Harry
dengan kasar. Ginny mengangkat alisnya.
'Tidak perlu berbicara dengan nada begitu kepadaku,' dia berkata dengan dingin,
'aku hanya ingin tahu apakah aku bisa membantu.' 'Well,
kamu tidak bisa,' kata Harry singkat. 'Kau agak kasar, kau
tahu,' kata Luna dengan tenang. Harry menyumpah dan
berpaling. Hal terakhir yang diinginkannya sekarang adalah percakapan dengan
Luna Lovegood. 'Tunggu,' kata Hermione tiba-tiba. 'Tunggu
... Harry, mereka bisa membantu.' Harry dan Ron
memandangnya. 'Dengar,' dia berkata dengan mendesak,
'Harry, kita perlu memastikan apakah Sirius benar-benar telah meninggalkan
Markas Besar.' 'Aku sudah bilang, aku lihat --'
'Harry, aku mohon padamu, tolong!' kata Hermione dengan putus asa. 'Tolong
periksa saja bahwa Sirius tidak ada di rumah sebelum kita menyerbu ke London.
Kalau kita mendapati dia tidak ada di sana, aku bersumpah aku tidak akan mencoba
menghentikanmu. Aku akan ikut, aku akan m-melakukan apapun yang diperlukan untuk
mencoba menyelamatkannya.' 'Sirius sedang disiksa
SEKARANG!' teriak Harry. 'Kita tidak punya waktu untuk dibuang.'
'Tapi kalau ini tipuan Voldemort, Harry, kita harus periksa, kita harus.'
'Bagaimana?' Harry menuntut. 'Bagaimana kita akan memeriksanya?'
'Kita harus menggunakan api Umbridge dan lihat apakah kita bisa menghubunginya,'
kata Hermione, yang tampak benar-benar ngeri memikirkan itu. 'Kita akan menarik
Umbridge pergi lagi, tapi kita butuh pengintai, dan di situlah kita bisa
menggunakan Ginny dan Luna.' Walaupun jelas sedang berjuang
memahami apa yang sedang terjadi, Ginny berkata segera, 'Yeah, kami akan
melakukannya,' dan Luna berkata, 'Waktu kau bilang "Sirius", apakah
kau sedang membicarakan Stubby Boardman?' Tak seorangpun
menjawabnya. 'OK,' Harry berkata dengan agresif kepada
Hermione, 'OK, kalau kamu bisa memikirkan suatu cara melakukan ini dengan cepat,
aku ikut, kalau tidak aku akan pergi ke Departemen Misteri sekarang juga.'
'Departemen Misteri?' kata Luna, tampak agak terkejut. 'Tapi bagaimana kamu akan
pergi ke sana?' Lagi-lagi, Harry mengabaikannya.
'Benar,' kata Hermione, sambil memuntirkan tangannya bersamaan dan berjalan
bolak-balik di antara meja-meja. 'Benar ... well ... salah satu dari kita
harus pergi mencari Umbridge dan -- dan mengirimnya ke arah yang salah,
menjauhkannya dari kantornya. Mereka bisa bilang padanya -- aku tidak tahu --
bahwa Peeves sedang melakukan sesuatu yang mengerikan seperti biasa.'
'Aku akan melakukannya,' kata Ron seketika. 'Aku akan memberitahunya Peeves
sedang menghancurkan departemen Transfigurasi atau sesuatu, letaknya bermil-mil
dari kantornya. Kalau dipikir-pikir, aku mungkin bisa membujuk Peeves untuk
melakukannya kalau aku bertemu dengannya di jalan.' Tanda
keseriusan keadaan itu adalah Hermione tidak keberatan menghancurkan departemen
Transfigurasi. 'OK,' katanya, alisanya mengerut sementara
dia terus berjalan. 'Sekarang, kita perlu menjauhkan murid-murid dari kantornya
saat kita mendobrak masuk, atau beberapa anak Slytherin pasti akan pergi
mengisikinya.' 'Luna dan aku bisa berdiri di kedua ujung
koridor,' kata Ginny dengan segera, 'dan memperingatkan orang-orang untuk tidak
ke sana karena seseorang melepaskan banyak Gas Pencekik.' Hermione tampak
terkejut pada kesiapan Ginny menciptakan kebohongan ini; Ginny mengangkat bahu
dan berkata, 'Fred dan George merencanakan melakukannya sebelum mereka pergi.'
'OK,' kata Hermione. 'Well kalau begitu, Harry, kamu dan aku akan berada
di bawah Jubah Gaib dan kita akan menyelinap masuk ke dalam kantor dan kamu bisa
berbicara kepada Sirius --' 'Dia tidak ada di sana,
Hermione!' 'Maksudku, kamu bisa -- bisa memeriksa apakah
Sirius ada di rumah atau tidak sementara aku berjaga-jaga, kukira kamu
seharusnya tidak berada di dalam sana sendirian, Lee sudah membuktikan
jendela-jendelanya adalah titik lemah, dengan mengirimkan Niffler-Niffler itu
melaluinya.' Walaupun melalui kemarahan dan
ketidaksabarannya, Harry mengenali tawaran Hermione untuk menemaninya ke dalam
kantor Umbridge sebagai tanda solidaritas dan kesetiaan.
'Aku ... OK, trims,' dia bergumam. 'Benar, well,
kalaupun kita melakukan semua itu, kukira kita tidak akan bisa mengambil lebih
dari lima menit,' kata Hermione, tampak lega bahwa Harry kelihatannya menerima
rencana itu, 'tidak dengan Filch dan Regu Penyelidik sialan itu berkeliaran.'
'Lima menit cukup,' kata Harry. 'Ayolah, ayo pergi --'
'Sekarang?' kata Hermione, tampak terguncang. 'Tentu saja
sekarang!' kata Harry dengan marah. 'Menurutmu apa, kita akan menunggu sampai
sehabis makan malam atau apa? Hermione, Sirius sedang disiksa tepat saat
ini!' 'Aku -- oh, baiklah,' dia berkata dengan putus asa.
'Kamu pergi ambil Jubah Gaib dan kami akan menemuimu di ujung koridor Umbridge,
OK?' Harry tidak menjawab, melainkan berlari cepat keluar
dari ruangan itu dan mulai berjuang melewati kerumunan yang ramai di luar. Dua
lantai di atas dia bertemu Seamus dan Dean, yang menegurnya dengan riang dan
memberitahunya mereka merencanakan perayaan akhir ujian dari senja hingga fajar
di ruang duduk. Harry hampir tidak mendengar mereka. Dia bersusah payah melewati
lubang potret sementara mereka masih mendebatkan berapa banyak Butterbeer pasar
gelap yang akan mereka butuhkan dan sedang memanjat keluar, Jubah Gaib dan pisau
Sirius aman di dalam tasnya, sebelum mereka memperhatikan dia telah meninggalkan
mereka. 'Harry, apakah kamu mau memasukkan beberapa
Galleon? Harold Dingle mengira dia bisa menjual sedikit Whisky-Api kepada kami
--' Tetapi Harry suudah berlari menyusuri koridor kembali,
dan beberapa menit kemudian sedang melompati sedikit anak tangga terakhir untuk
bergabung dengan Ron, Hermione, Ginny dan Luna, yang berkerumun bersama di ujung
koridor Umbridge. 'Dapat,' dia terengah-engah. 'Kalau
begitu, siap pergi?' 'Baiklah,' bisik Hermione ketika
sekelompok anak-anak kelas enam yang berbicara keras-keras melewati mereka.
'Jadi Ron -- kamu pergi membawa Umbridge menjauh ... Ginny, Luna, kalau kalian
bisa mulai mengeluarkan orang-orang dari koridor ... Harry dan aku akan
mengambil Jubah dan menunggu sampai keadaan aman ...' Ron
berjalan pergi, rambut merah terangnya tampak jelas hingga ke ujung lorong;
sementara itu kepala Ginny yang sama menyalanya tampak di antara murid-murid
yang berdesak-desakan yang mengelilingi mereka di arah yang berlawanan, diikuti
oleh kepala pirang Luna. 'Ke mari,' gumam Hermione, sambil
menarik pergelangan tangan Harry dan menariknya kembali ke celah tempat kepala
batu jelek seorang penyihir pria abad pertengahan berdiri bergumam kepada
dirinya sendiri di atas sebuah tiang. 'Apakah -- apakah kamu yakin kamu
baik-baik saja, Harry? Kamu masih sangat pucat.' 'Aku
baik,' dia berkata singkat, sambil menarik Jubah Gaib keluar dari tasnya.
Sejujurnya, bekas lukanya sakit, tetapi begitu parah sehingga dia berpikir
Voldemort belum memberi Sirius pukulan mematikan; jauh lebih sakit dari ini
waktu Voldemort menghukum Avery ... 'Ini,' katanya; dia
melemparkan Jubah Gaib menutupi mereka berdua dan mereka berdiri sambil
mendengarkan dengan hati-hati pada gumaman Latin patung di depan mereka.
'Kalian tidak boleh datang ke sini!' Ginny sedang berseru kepada kerumunan.
'Tidak, maaf, kalian harus berputar ke tangga putar, seseorang melepaskan Gas
Pencekik di sekitar sini --' Mereka bisa mendengar
orang-orang mengeluh; satu suara masam berkata, 'aku tidak melihat ada gas.'
'Itu karena tidak berwarna,' kata Ginny dengan suara putus asa yang meyakinkan,
'tapi kalau kamu mau berjalan melewatinya, teruskan, dengan begitu kami akan
punya tubuhmu sebagai bukti untuk idiot berikutnya yang tidak percaya pada
kami.' Lambat laun, kerumunan menipis. Berita tentang Gas
Pencekik tampaknya telah menyebar; orang-orang tidak berdatangan ke arah sini
lagi. Saat akhirnya daerah sekitar kosong, Hermione berkata pelan, 'Kukira hanya
sebaik itulah yang bisa kita dapat, Harry -- ayolah, mari lakukan.'
Mereka bergerak maju, diselubungi Jubah. Luna sedang berdiri memunggungi mereka
di ujung jauh koridor. Ketika mereka melewati Ginny, Hermione berbisik, 'Bagus
... jangan lupa tandanya.' 'Tanda apa?' gumam Harry, ketika
mereka mendekati pintu Umbridge. 'Nyanyian keras
"Weasley adalah Raja kami" kalau mereka melihat Umbridge datang,'
jawab Hermione, ketika Harry memasukkan bilah pisau Sirius ke celah antara pintu
dan dinding. Kunci berbunyi membuka dan mereka memasuki kantor itu.
Anak-anak kucing yang mengilat sedang mandi sinar matahari petang yang
menghangatkan plakat mereka, tetapi selain itu kantor itu hening dan tidak
berpenghuni seperti kali terakhir. Hermione menghela napas lega.
'Kukira dia mungkin telah menambahkan pengamanan tambahan setelah Niffler kedua
itu.' Mereka menarik lepas Jubah itu; Hermione bergegas ke
jendela dan berdiri di luar pandangan, sambil mengintip ke bawah ke halaman
sekolah dengan tongkatnya dikeluarkan. Harry berlari ke perapian, menyambar pot
bubuk Floo dan melemparkan sejumput ke dalam kisi, menyebabkan nyala api zamrud
timbul di sana. Dia berlutut cepat-cepat, memasukkan kepalanya ke dalam api yang
menari-nari dan berteriak, 'Grimmauld Place nomor dua belas!'
Kepalanya mulai berputar seolah-olah dia baru saja turun permainan di udara
walaupun lututnya terus tertahan di lantai kantor yang dingin. Dia terus
memicingkan matanya melawan abu yang berputar dan saat putarannya berhenti dia
membuka mata dan mendapati dirinya memandang ke dapur panjang yang dingin dari
Grimmauld Place. Tak seorangpun ada di sana. Dia sudah
menduga ini, namun belum siap menghadapi gelombang campuran rasa ngeri dan panik
yang tampaknya meledak di perutnya saat melihat ruangan yang sepi itu.
'Sirius?' dia berteriak. 'Sirius, apakah kamu di sana?'
Suaranya menggema di ruangan itu, tetapi tidak ada jawaban kecuali bunyi decit
kecil di sebelah kanan api. 'Siapa di sana?' dia berseru,
sambil bertanya-tanya apakah itu cuma seekor tikus.
Kreacher si peri-rumah bergerak pelan ke dalam pandangan. Dia terlihat sangat
senang tentang sesuatu, walaupun dia tampaknya baru saja mengalami luka
mengerikan di kedua tangannya, yang diperban berat. 'Kepala
bocah Potter itu ada di dalam api,' Kreacher memberitahu dapur yang kosong itu,
sambil mencuri pandang aneh penuh kemenangan sembunyi-sembunyi kepada Harry.
'Untuk apa dia datang, Kreacher ingin tahu?' 'Di mana
Sirius, Kreacher?' Harry menuntut. Peri-rumah itu tertawa
kecil menciut-ciut. 'Tuan sudah keluar, Harry Potter.'
'Ke mana dia pergi? Ke mana dia pergi, Kreacher?'
Kreacher hanya terkekeh. 'Kuperingatkan kamu!' kata Harry,
sepenuhnya sadar bahwa jangkauannya untuk memberikan hukuman kepada Kreacher
hampir tidak ada dalam kedudukan ini. 'Bagaimana dengan Lupin? Mad-Eye? Salah
satu dari mereka, apakah ada yang di sana?' 'Tak seorangpun
di sini kecuali Kreacher!' kata peri itu dengan senang, dan sambil berpaling
dari Harry dia mulai berjalan lambat-lambat menuju pintu di ujung dapur.
'Kreacher pikir dia akan bincang-bincang sedikit dengan nyonyanya sekarang, ya,
dia lama tidak punya kesempatan, tuan Kreacher telah menjauhkannya darinya --'
'Ke mana Sirius pergi?' Harry berteriak kepada peri itu. 'Kreacher, apakah
dia pergi ke Departemen Misteri?' Kreacher berhenti di
tengah jalan. Harry hanya bisa melihat belakang kepala botaknya melalui lautan
kaki kursi di hadapannya. 'Tuan tidak memberitahu Kreacher
malang ke mana dia pergi,' kata peri itu pelan. 'Tapi kamu
tahu!' teriak Harry. 'Bukankah begitu? Kamu tahu di mana dia!'
Ada keheningan sejenak, lalu peri itu mengeluarkan kekeh terkerasnya.
'Tuan tidak akan kembali dari Departemen Misteri!' dia berkata dengan senang.
'Kreacher dan nyonyanya akan sendirian lagi!' Dan dia
bergegas maju dan menghilang melalui pintu ke aula. 'Kau
--!' Tetapi sebelumm dia bisa mengutarakan kutukan atau
hinaan tunggal, Harry merasakan rasa sakit hebat di puncak kepalanya; dia
menghirup banyak abu dan, sambil tercekik, mendapati dirinya diseret ke belakang
melalui nyala api, sampai mendadak dengan mengerikan dia sedang menatap ke wajah
pucat lebwa Profesor Umbridge yang telah menyeretnya ke belakang keluar dari api
dan sekarang sedang membengkokkan lehernya sejauh yang bisa dilakukan,
seolah-olah dia akan merobek tenggorokan Harry. 'Kau
kira,' dia berbisik, sambil membengkokkan leher Harry ke belakang lebih
jauh lagi, sehingga dia sekarang memandang ke atas ke langit-langit, 'bahwa
setelah dua Niffler aku akan membiarkan satu lagi makhluk busuk pencari sampah
memasuki kantorku tanpa sepengetahuanku? Aku punya Mantera Pendeteksi
Tersembunyi ditempatkan di sekeliling ambang pintuku setelah yang terakhir
masuk, kau bocah bodoh. Ambil tongkatnya,' dia menghardik seseorang yang tidak
bisa dilihat, dan Harry merasa sebuah tangan meraba-raba di bagian dalam kantong
dada jubahnya dan mengeluarkan tongkat itu. 'Miliknya juga.'
Harry mendengar bunyi decit di dekat pintu dan tahu bahwa tongkat Hermione juga
baru saja diambil paksa darinya. 'Aku mau tahu kenapa
kalian ada di dalam kantorku,' kata Umbridge, sambil menggoyangkan kepalan yang
mencengkeram rambut Harry sehingga dia sempoyongan. 'Aku
sedang -- mencoba mengambil Fireboltku!' Harry berkata dengan parau.
'Pembohong.' Dia mengguncangkan kepalanya lagi. 'Fireboltmu ada di bawah
penjagaan ketat di ruang bawah tanah, seperti yang kau tahu benar, Potter. Kamu
memasukkan kepalamu ke dalam apiku. Dengan siapa kamu berkomunikasi?'
'Tak seorangpun --' kata Harry, sambil mencoba menarik lepas darinya. Dia
merasakan beberapa rambutnya berpisah dari kepalanya. 'Pembohong!'
teriak Umbridge. Dia melemparkannya menjauh dan Harry terbanting ke meja tulis.
Sekarang dia bisa melihat Hermione ditahan pada dinding oleh Millicent
Bulstrode. Malfoy sedang bersandar di ambang jendela, sambil tersenyum
menyeringai selagi dia melemparkan tongkat Harry ke udara dengan satu tangan dan
menangkapnya kembali. Ada kegaduhan di luar dan beberapa
anak Slytherin yang besar-besar masuk, masing-masing sambil mencengkeram
Ron, Ginny, Luna dan -- yang membuat Harry bingung -- Neville, yang terperangkap
dalam pegangan mencekik Crabbe dan tampak berada dalam bahaya mati lemas segera.
Mereka berempat semuanya disumpal mulutnya. 'Dapat mereka
semua,' kata Warrington, sambil mendorong Ron dengan kasar maju ke dalam
ruangan. 'Yang satu itu,' dia menyodokkan satu jari gemuk kepada Neville,
'mencoba menghentikanku mengambil dia,' dia menunjuk kepada Ginny, yang
sedang berusaha menendang tulang kering anak perempuan Slytherin bertubuh besar
yang sedang memeganginya, 'jadi kubawa serta juga.' 'Bagus,
bagus,' kata Umbridge, sambil mengamati pergumulan Ginny. 'Well,
tampaknya seakan-akan Hogwarts akan segera menjadi daerah bebas-Weasley, bukan?'
Malfoy tertawa keras-keras dan seperti penjilat. Umbridge memberinya senyum
lebar puas diri dan menempati sebuah kursi berlengan yang diselimuti kain,
sambil berkedip kepada para tangkapannya seperti seekor katak di atas bedeng
bunga. 'Jadi, Potter,' katanya. 'Kamu menempatkan pengintai
di sekitar kantorku dan kamu mengirim badut ini,' dia mengangguk kepada Ron --
Malfoy tertawa lebih keras lagi -- 'untuk memberitahuku hantu jail sedang
membuat kekacauan di departemen Transfigurasi padahal aku tahu persis bahwa dia
sedang sibuk melumuri tinta ke lensa-lensa semua teleskop sekolah -- Mr Filch
baru saja memberitahuku. 'Jelas, sangat penting bagimu
untuk berbicara kepada seseorang. Apakah Albus Dumbledore? Atau keturunan
campuran itu, Hagrid? Aku ragu Minerva McGonagall, kudengar dia masih terlalu
sakit untuk berbicara kepada siapapun.' Malfoy dan beberapa
anggota Regu Penyelidik yang lainnya tertawa lagi mendengar itu. Harry mendapati
dirinya begitu penuh amarah dan kebencian sehingga dia gemetaran.
'Bukan urusanmu kepada siapa aku berbicara,' dia menggeram.
Wajah Umbridge yang kendur tampak mengencang. 'Baiklah,'
dia berkata dengan suaranya yang paling berbahaya dan pura-pura manis. 'Sangat
baik, Mr Potter ... aku menawarkan kepadamu peluang untuk memberitahuku dengan
bebas. Kamu menolak. Aku tidak punya pilihan kecuali memaksamu. Draco -- jemput
Profesor Snape.' Malfoy menyimpan tongkat Harry ke bagian
dalam jubahnya dan meninggalkan ruangan itu sambil tersenyum menyeringai, tetapi
Harry hampir tidak memperhatikan. Dia baru saja menyadari sesuatu; dia tidak
bisa percaya dia begitu bodoh hingga melupakannya. Dia telah mengira bahwa semua
anggota Order, semua yang bisa membantunya menyelamatkan Sirius, telah pergi --
tetapi dia salah. Masih ada seorang anggota Order of Phoenix di Hogwarts --
Snape. Ada keheningan di kantor itu kecuali gerakan gelisah
dan decit sepatu yang dihasilkan dari usaha anak-anak Slytherin untuk menjaga
Ron dan yang lainnya di bawah kendali. Bibir Ron berdarah ke atas karpet
Umbridge selagi dia berjuang melawan Warrington; Ginny masih berusaha menginjak
kaki anak perempuan kelas enam yang mencengkeram erat kedua lengan atasnya;
Neville berubah semakin ungu di bagian wajah selagi menarik lengan-lengan
Crabbe; dan Hermione sedang mencoba, dengan sia-sia, untuk melemparkan Millicent
Bulstrode menjauh darinya. Namun, Luna berdiri dengan lemah di sisi
penangkapnya, sambil menatap dengan tidak jelas keluar jendela seolah-olah agak
bosan dengan kejadian itu. Harry memandang balik kepada
Umbridge, yang sedang mengamatinya dengan seksama. Dia sengaja menjaga wajahnya
tetap tenang dan hampa ketika langkah-langkah kaki di koridor di luar dan Draco
Malfoy memasuki ruangan, diikuti dari dekat oleh Snape.
'Anda ingin menjumpaiku, Kepala Sekolah?' kata Snape, sambil memandang
berkeliling kepada semua pasangan murid yang sedang bergumul dengan
ekspresi sama sekali tidak peduli. 'Ah, Profesor Snape,'
kata Umbridge, sambil tersenyum lebar dan berdiri lagi. 'Ya, saya ingin botol
Veritaserum yang lain, tolong, secepat yang Anda bisa.'
'Anda mengambil botol terakhir saya untuk menginterogasi Potter,' katanya sambil
memandangnya dengan dingin melalui tirai rambut hitamnya yang berminyak.
'Tentunya Anda tidak menggunakannya semua? Saya memberitahu Anda bahwa tiga
tetes sudah cukup.' Umbridge merona.
'Anda bisa membuat lagi, bukan?' katanya, suaranya menjadi semakin manis seperti
anak perempuan seperti yang selalu terjadi saat dia marah besar.
'Tentu saja,' kata Snape, bibirnya melengkung. 'Butuh siklus bulan penuh untuk
matang, jadi aku seharusnya sudah menyiapkan untuk Anda dalam waktu sekitar satu
bulan.' 'Satu bulan?' keluh Umbridge, sambil menggembung
mirip katak. 'Satu bulan? Tapi aku butuh malam ini, Snape! Aku baru saja
mendapati Potter menggunakan apiku untuk berkomunikasi dengan seseorang atau
beberapa orang yang tidak dikenal!' 'Benarkah?' kata Snape,
sambil memperlihatkan tanda ketertarikan pertamanya yang lemah ketika dia
memandang berkeliling kepada Harry. 'Well, tidak mengejutkanku. Potter
tidak pernah memperlihatkan banyak kecenderungan untuk mengikuti
peraturan-peraturan sekolah.' Matanya yang gelap dan dingin
menusuk ke dalam mata Harry, yang beradu pandang dengannya tanpa berkedip,
sambil berkonsentrasi keras pada apa yang telah dilihatnya di dalam mimpinya,
menghendaki Snape membacanya di dalam pikirannya, memahaminya ...
'Aku ingin menginterogasinya!' ulang Umbridge dengan marah, dan Snape
mengalihakan pandangan dari Harry kembali kepada wajahnya yang bergetar karena
marah. 'Aku ingin Anda menyediakan untukku sebuah ramuan yang akan memaksanya
menceritakan yang sebenarnya kepadaku!' 'Saya sudah
memberitahu Anda,' kata Snape dengan licin, 'bahwa saya tidak punya stok
Veritaserum lagi. Kecuali Anda ingin meracuni Potter -- dan kuyakinkan Anda saya
akan memberikan simpati terbesar kepada Anda kalau Anda melakukannya -- saya
tidak bisa membantu Anda. Satu-satunya masalah adalah kebanyakan bisa bereaksi
terlalu cepat untuk memberi korban banyak waktu untuk menceritakan kebenaran.'
Snape memandang kembali kepada Harry, yang menatapnya, sangat ingin berkomunkasi
tanpa kata-kata. Voldemort menangkap Sirius di dalam
Departemen Misteri, dia berpikir dengan putus asa. Voldemort menangkap
Sirius -- 'Kamu berada dalam masa percobaan!' jerit
Profesor Umbridge, dan Snape memandang balik kepadanya, alisnya sedikit
terangkat. 'Kamu sengaja bersikap tidak membantu! Aku mengharapkan yang lebih
baik, Lucius Malfoy selalu memuji-mujimu! Sekarang keluar dari kantorku!'
Snape membungkuk menyindir dan berbalik untuk pergi. Harry tahu kesempatan
terakhirnya untuk memberitahu Order apa yang sedang terjadi sedang berjalan
keluar dari pintu. 'Dia menangkap Padfoot!' teriaknya. 'Dia
menangkap Padfoot di tempat itu disembunyikan!' Snape
berhenti dengan tangannya di atas pegangan pintu Umbridge.
'Padfoot?' jerit Profesor Umbridge, sambil memandang dengan bersemangat dari
Harry kepada Snape. 'Apa itu Padfoot? Di mana itu disembunyikan? Apa yang dia
maksudkan, Snape?' Snape memandang kepada Harry. Wajahnya
tidak dapat diduga. Harry tidak bisa bilang apakah dia mengerti atau tidak,
tetapi dia tidak berani berbicara lebih jelas lagi di hadapan Umbridge.
'Aku tidak punya gambaran,' kata Snape dengan dingin. 'Potter, kalau aku mau
omong kosong diteriakkan kepadaku aku akan memberimu Minuman Mengoceh. Dan
Crabbe, longgarkan peganganmu sedikit. Kalau Longbottom mati lemas artinya
banyak pekerjaan membuat laporan yang melelahkan dan aku takut aku akan harus
menyebutkannya pada referensimu kalau kamu pernah melamar kerja.'
Dia menutup pintu di belakangnya dengan bantingan, meninggalkan Harry dalam
penderitaan yang lebih parah daripada sebelumnya: Snape adalah harapan
terakhirnya. Dia memandang kepada Umbridge, yang tampaknya merasakan hal yang
sama, dadanya naik-turun dengan kemarahan dan frustrasi.
'Baiklah,' katanya, dan dia menarik tongkatnya keluar. 'Sangat baik ... aku
tidak punya pilihan lain ... ini lebih dari masalah disiplin sekolah ... ini
masalah keamanan Kementerian ... ya ... ya ...' Dia
kelihatannya sedang meyakinkan dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu. Dia
sedang memindahkan berat tubuhnya dengan gugup dari satu kaki ke kaki lain,
sambil menatap Harry, memukul-mukulkan tongkatnya pada telapak tangannya yang
kosong dan bernapas dengan berat. Selagi Harry memperhatikannya, dia merasa
tidak berdaya tanpa tongkatnya sendiri. 'Kamu memaksaku,
Potter ... aku tidak mau,' kata Umbridge, masih bergerak tidak tenang di tempat,
'tapi kadang-kadang keadaan membenarkan penggunannya ... aku yakin Menteri akan
mengerti bahwa aku tidak punya pilihan.' Malfoy
mengamatinya dengan ekspresi lapar di wajahnya. 'Kutukan
Cruciatus seharusnya bisa mengendurkan lidahmu,' kata Umbridge pelan.
'Tidak!' jerit Hermione. 'Profesor Umbridge -- itu ilegal!'
Tetapi Umbridge tidak memperhatikan. Ada tampang kejam, bersemangat, tidak sabar
di wajahnya yang belum pernah dilihat Harry sebelumnya. Dia mengangkat
tongkatnya. 'Menteri tidak akan mau Anda melanggar hukum,
Profesor Umbridge!' jerit Hermione. 'Apa yang tidak
diketahui Cornelius tidak akan melukainya,' kata Umbridge, yang sekarang sedikit
terengah-engah selagi dia menunjuk tongkatnya ke bagian-bagian tubuh Harry yang
berbeda-beda secara bergantian, tampaknya mencoba memutuskan di mana akan
memberikan rasa sakit terbesar. 'Dia tidak pernah tahu aku memerintahkan
Dementor mengejar Potter musim panas lalu, tapi tetap saja dia senang diberikan
kesempatan untuk mengeluarkannya dari sekolah.' 'Anda
yang melakukannya?' Harry terkesiap. 'Anda mengirim Dementor mengejarku?'
'Seseorang harus bertindak,' bisik Umbridge, selagi tongkatnya diam
sambil menunjuk tepat ke kening Harry. 'Mereka semua mengoceh tentang mendiamkan
kamu dengan suatu cara -- mendiskreditkan kamu -- tapi aku satu-satunya yang
benar-benar melakukan sesuatu ... hanya saja kamu berkelit dari yang satu itu,
bukan, Potter? Namun tidak hari ini, tidak sekarang --' Dan sambil mengambil
napas dalam, dia menjerit, 'Cruc--' 'TIDAK!' teriak
Hermione dengan suara pecah dari belakang Millicent Bulstrode. 'Tidak -- Harry
-- kita harus memberitahunya!' & 'Tidak mau!' jerit Harry
sambli menatap bagian kecil Hermione yang bisa dilihatnya.
'Kita harus, Harry, atau dia akan tetap memaksanya keluar darimu, apa ... apa
gunanya?' Dan Hermione mulai menangis dengan lemah ke
punggung jubah Millicent Bulstrode. Millicent segera berhenti mencoba
menggencetnya ke dinding dan mengelak darinya sambil terlihat jijik.
'Well, well, well!' kata Umbridge, tampak penuh kemenangan. 'Nona Kecil
Tanya-Semua akan memberi kita beberapa jawaban. Ayolah kalau begitu, nak, ayo!'
'Er -- my -- nee -- jangan!' teriak Ron melalui sumbat mulutnya.
Ginny sedang menatap Hermione seolah-olah dia belum pernah melihatnya
sebelumnya. Neville, masih bernapas dengan tercekik, juga sedang menatapnya.
Tetapi Harry baru saja memperhatikan sesuatu. Walaupun Hermione sedang
terisak-isak dengan putus asa ke dalam tangannya, tidak ada bekas air mata.
'Aku -- aku minta maaf, semuanya,' kata Hermione. 'Tapi -- aku tidak bisa
menahannya --' 'Itu benar, itu benar, nak!' kata Umbridge
sambil meraih pundak Hermione, mendorongnya ke kursi kain yang ditinggalkan dan
mencondongkan badan ke atasnya. 'Kalau begitu sekarang ... dengan siapa Potter
berkomunikasi baru saja?' 'Well,' Hermione menelan
ludah, 'well, dia sedang mencoba berbicara kepada Profesor
Dumbledore.' Ron membeku, matanya lebar; Ginny berhenti
mencoba menginjak jari kaki penangkapnya yang dari Slytherin; dan bahkan
Luna tampak agak terkejut. Untung saja, perhatian Umbridge dan antek-anteknya
terfokus terlalu khusus pada Hermione untuk memperhatikan tanda-tanda
mencurigakan ini. 'Dumbledore?' kata Umbridge dengan
bersemangat. 'Kalau begitu, kamu tahu di mana Dumbledore?'
'Well ... tidak!' Hermione tersedu sedan. 'Kami sudah mencoba Leaky
Cauldron di Diagon Alley dan Three Broomsticks dan bahkan Hog's Head --'
'Gadis idiot -- Dumbledore tidak akan duduk di sebuah bar saat seluruh
Kementerian sedang mencarinya!' teriak Umbridge, kekecewaan terukir di setiap
garis kendur wajahnya. 'Tapi -- tapi kami perlu
memberitahunya sesuatu yang penting!' rengek Hermione, sambil memegang tangannya
lebih erat lagi ke wajahnya, yang Harry tahu, bukan karena sedih, tetapi untuk
menyamarkan tidak adanya air mata. 'Ya?' kata Umbridge
dengan serbuan kembali semangat yang mendadak. 'Apa yang ingin kalian
beritahukan kepadanya?' 'Kami ... kami ingin memberitahunya
itu sudah s-siap!' Hermione tercekik. 'Apa yang siap?'
tuntut Umbridge, dan sekarang dia mencengkeram bahu Hermione lagi dan
mengguncangnya sedikit. 'Apa yang siap, nak?' 'Sen ...
senjata itu,' kata Hermione. 'Senjata? Senjata?' kata
Umbridge, dan matanya tampaknya meletus karena bersemangat. 'Kalian telah
mengembangkan semacam metode perlawanan? Sebuah senjata yang bisa kalian gunakan
untuk melawan Kementerian? Atas perintah Profesor Dumbledore, tentu saja?'
'Y-y-ya,' Hermione terengah-engah, 'tetapi dia harus pergi sebelum siap dan
se-se-sekarang kami sudah menyelesaikannya untuknya, dan kami tidak b-b-bisa
menemukannya u-u-untuk memberitahunya!' 'Senjata seperti
apa?' kata Umbridge dengan kasar, tangannya yang gemuk pendek masih erat di bahu
Hermione. 'Kami tidak b-b-benar-benar mengerti,' kata
Hermione, sambil terisak keras. 'Kami h-h-hanya melakukan apa yang P-P-Profesor
Dumbledore suruh l-l-lakukan.' Umbridge meluruskan diri,
tampak gembira. 'Bawa aku ke senjata itu,' katanya.
'Aku tidak mau memperlihatkan kepada ... mereka,' kata Hermione dengan
nyaring, sambil memandang berkeliling kepada anak-anak Slytherin melalui
jari-jarinya. 'Kamu tidak boleh membuat persyaratan,' kata
Profesor Umbridge dengan kasar. 'Baik,' kata Hermione,
sekarang tersedu-sedu ke dalam tangannya lagi. 'Baik ... biarkan mereka
melihatnya, kuharap mereka menggunakannya kepadamu! Nyatanya, aku berharap kamu
mengundang banyak orang untuk datang melihat! It -- itu akan pantas kamu
dapatkan -- oj, aku akan senang kalau se -- seluruh sekolah tahu di mana
letaknya, dan bagaimana m-menggunakannya, dan kemudian kalau kamu membuat salah
satu dari mereka marah mereka akan bisa m-mengatasimu!'
Kata-kata ini punya pengaruh kuat pada Umbridge: dia memandang sekilas dan penuh
curiga kepada Regu Penyelidiknya, matanya yang menonjol diam sebentar pada
Malfoy, yang terlalu lambat menyamarkan tampang bersemangat dan rakus yang
muncul di wajahnya. Umbridge menatap Hermione lagi agak
lama, lalu berkata dengan apa yang jelas dipikirnya suara keibuan.
'Baiklah, sayang, cuma kau dan aku ... dan kita akan bawa Potter juga, baik?
Bangkitlah, sekarang.' 'Profesor,' kata Malfoy dengan
bersemangat, 'Profesor Umbridge, kukira beberapa dari Regu harus ikut bersama
Anda untuk menjaga --' 'Aku seorang pejabat Kementerian
yang berijazah penuh, Malfoy, apakah kamu benar-benar mengira aku tidak bisa
menangani dua remaja tak bertongkat sendirian?' tanya Umbridge dengan tajam.
'Bagaimanapun, kedengarannya senjata ini bukan sesuatu yang harus dilihat
anak-anak sekolah. Kamu akan tetap di sini sampai aku kembali dan memastikan tak
seorangpun dari yang ini --' dia memberi isyarat kepada Ron, Ginny, Neville dan
Luna '-- lolos.' 'Baiklah,' kata Malfoy, tampak dongkol dan
kecewa. 'Dan kalian berdua bisa pergi di depanku dan
memperlihatkan jalannya kepadaku,' kata Umbridge, sambil menunjuk kepada Harry
dan Hermione dengan tongkatnya. 'Pimpin jalannya.'
Previous | Home | Next |