|
Home | Produk | Hobby | Sport | Bisnis | Feature | Kontak | Site Index |
|
||||
|
Apa
itu R/C ? Sistem
R/C sebelumnya memang ditujukan untuk keperluan militer, yakni untuk
mengendalikan peluru kendali yang tidak berawak yang dilepaskan dari
pesawat terbang untuk menghancurkan daerah lawan. Saat ini R/C sudah
banyak digunakan
orang untuk mengendalikan berbagai sistem, baik untuk keperluan riset,
industri, rekreasi maupun
keperluan rumah tangga. Berbagai jenis pesawat terbang model, Perahu,
mobil-mobilan bahkan robot mainan saat
inipun sudah banyak tersedia di toko-toko dengan dilengkapi radio
control. Secara
umum sistem R/C terdiri dari sebuah Pemancar atau Transmitter, sebuah atau lebih
Penerima atau Receiver dan beberapa buah Servo sebagai penggerak. Baterai
sebagai sumber daya diperlukan oleh bagian Pemancar maupun bagian Penerima.
Pemancar atau Transmitter bertugas menerima perintah kendali dari orang yang
mengendalikan dan merubahnya menjadi kode-kode
elektronik dan mengirimkannya melalui gelombang radio ke udara. Bagian
Penerima atau Receiver bertugas
menerima informasi gelombang radio, menerjemahkan kode-kode elektroniknya
menjadi perintah gerak yang dikirimkan ke servo. Selanjutnya Servo bertugas
melaksanakan perintah gerak elektronik menjadi gerakan mekanik ke posisi
tertentu yang diinginkan. Berbagai
cara modulasi Range
Frekuensi Di
dalam setiap jalur terdapat
berpuluh-puluh kanal yang dapat digunakan diantaranya ada sekitar 5 kanal di
frekuensi 27 Mhz, 50 kanal di
frekuensi 29 Mhz dan lebih dari seratus kanal tersedia di frekuesi lainnya.
Selisih frekuensi antara kanal satu dengan kanal lainnya adalah 20 kHz untuk
radio type mutakhir dengan band width yang sempit.
Jadi sebenarnya kemungkinan frekuensi R/C satu bentrok dengan frekuensi R/C lainnya adalah cukup kecil walaupun tetap ada saja
kemungkinannya. Sebagai
contoh jika R/C kita berfrekuensi 40.710 Mhz akan kita pergunakan maka di
lapangan ada saja kemungkinanya seorang atau lebih menggunakan R/C yang brefreku Daya
jangkau Bila
Frekuensi bentrok Kalau
sampai satu frekuensi digunakan oleh sebuah radio control kemudian ada R/C lain
yang bekerja di frekuensi tersebut, maka akan terjadi suatu gejala yang di
kalangan penggemar radio amatir dikenal dengan istilah Jamming atau beradu
frekuensi. Mengingat bahwa radio control umumnya diproduksi dengan daya pancar
yang sama yakni 500 mW, maka tidak dikenal istilah adu kekuatan pemancar sewaktu
jamming. Yang ada hanyalah hadirnya gelombang interferensi yang membawa
informasi kacau. Untuk R/C yang menggunakan gelombang transmisi PCM, kekacauan
informasi yang diterima oleh Receiver akan disaring oleh sistem perlindungan
fail safe-nya. Sistem
fail safe yang dimiliki oleh R/C yang beroperasi dengan gelombang PCM dapat
mendeteksi kekacauan gelombang radio yang diakibatkan oleh jamming. Sistem ini
selanjutnya memutuskan untuk tidak mengikuti dan mengabaikan informasi dari
gelombang radio yang diterimanya. Berbeda dengan R/C yang beroperasi dengan
gelombang AM maupun FM, yang tidak mempunyai sistem perlindungan seperti itu.
Akibatnya gelombang interferensi akibat jamming akan diterima sebagai sinyal
informasi dan diteruskan ke servo. Prosedur
keamanan Meskipun
pengecekan frekuensi sudah memberikan tanda aman, kita sebagai pengguna R/C
untuk menerbangkan pesawat terbang model harus melakukan satu test lagi terhadap
sistem kendali tersebut yakni yang disebut dengan pengecekan daya jangkau (range
check). Caranya adalah dengan melihat bahwa dalam jarak minimal 30 meter antara
pemancar dan penerimanya, perintah kemudi masih dapat diterima dan dilaksanakan
dengan baik walaupun antena teleskopik pada pemancar tidak ditarik keluar.
Dengan kondisi tanpa antena seperti itu R/C masih dapat beroperasi dengan
baik pada jarak 30 meter, maka dapat diyakini apabila antenanya terpasang sistem
kendali tersebut akan dapat menjangkau jarak radius 1 km dengan baik. Pengaruh
Mesin mati Untuk efektifnya anda menggunakan R/C khususnya terhadap jumlah kanal yang perlu anda milii pada sistemnya ada baiknya anda simak tulisan saya berikutnya di harian Surabaya Post Ini, yang akan membahas mengenai Programmable R/C dan Upgradeable R/C.Radio Control, kini bisa mengendalikan banyak sistem dan dapat diprogram Melihat
dari fasilitas yang dimilikinya radio control tersedia dengan ragam yang cukup
memberikan keleluasaan bagi kita calon pemakainya mengingat bahwa harganya juga ikut bervariasi secara lebar.
Radio
Control yang paling murah harganya sekitar Rp700 ribu bisa mengendalikan 2
fungsi terpisah sekaligus (2 channel) misalnya naik-turun dan belok kiri-kanan,
sedangkan R/C yang paling mahal di jumpai di pasaran saat ini harganya sekitar
Rp 4.5 juta rupiah dapat diprogram dan dapat mengendalikan 9 atau 10 fungsi
terpisah secara serentak (9 - 10 channel). Radio canggih ini beroperasi dengan
gelombang PCM. Kebanyakan
para penggemar aeromodeling yang menerbangkan pesawat terbang maupun helikopter
model saat ini menggunakan radio 4 atau 5 channel
yang harganya sekitar Rp 1.45 juta rupiah. Banyak
merek R/C beredar di pasaran saat ini. Kita bisa mengenal nama-nama Futaba,
Sanwa, JR, Airtronics, RCD maupun Robbe sebagai merek-merek
Radio Control yang banyak dipakai. Prestasi maupun keandalan dari
masing-masing merek terlihat cukup berimbang, demikian juga dengan penawaran
harga jual ecerannya. Dengan
pengalaman yang saya alami menggunakan beberapa produk dan merk yang berbeda,
saya menganggap bahwa produk-produk tersebut saling bersaing dan tidak mempunyai
perbedaan yang mencolok. Untuk itu rasanya saya tidak perlu merekomendasikan
salah satu merek R/C untuk digunakan oleh anda para pembaca sekalian yang ingin
ikut beraeromodeling. Programable
Radio Saat
ini ada sistem mekanik yang dikendalikan dengan R/C yakni model helikopter yang
diterbangkan oleh para aeromodeler. Helikopter ini mempunyai sistem pengendalian
yang sedikit kompleks. Masalahnya adalah bahwa di dalam sistem pengendalian
helikopter terdapat 2 atau 3 fungsi yang harus bisa diaktifkan oleh satu buah
stick kemudi. Sebagai gambaran, pada saat sudut pitch rotor utama di channel ke
6 ditambah, kita harus juga menambahkan daya ke engine di channel ke 3 dan juga
menambahkan sudut pitch rotor belakang di channel ke 4. Jadi disini telah
terjadi pencampuran antar channel. Pencampuran antara channel (mixing) ini sebenarnya bisa juga
dilaksanakan di radio control biasa dengan bantuan beberapa buah konektor dan
tuas-tuas tertentu. Tentu saja hal ini tidak praktis. Oleh karenanya untuk
mengendalikan helikopter, sangatlah disarankan untuk menggunakan R/C yang bisa
diproram (programable radio). Beberapa contoh R/C yang bisa diprogram adalah
Futaba 8 UHPS, Futaba 9 ZHPS, JR 388 S, JR PCM 10 S serta
Airtronics Stylus 8Ch PCM. Untuk
kegunaan lain/paralel Sebuah
pemancar R/C akan dapat menggerakkan berpuluh-puluh servo dengan beberapa
receiver yang beroperasi di frekuensi yang sama. Dengan kenyataan ini banyak
aeromodeler mempunyai sebuah
pemancar R/C untuk mengendalikan beberapa pesawat dan helikopternya. Tentunya
tidak bersama-sama, sebab kita sendiri nantinya yang bingung bagaimana
mengendalikannya, walaupun secara teknologi hal ini sangat dimungkinkan. Untuk
mereka yang baru belajar menerbangkan pesawat terbang model memang bisa saja
membeli R/C 2 channel yang relatih murah, namun pada saat ia belajar
menerbangkan pesawat trainer yang memerlukan R/C 4 channel,
radio 2 channel tersebut tidak dapat dipakai lagi dan ia harus membeli
lagi radio 4 channel. Dari sinilah saya menyarankan agar para aeromodeler walaupun
di tahap awal belajarnya hanya mengaktifkan 2 fungsi kemudi (2 channel), untuk melakukan investasi membeli radio
control yang 4 channel atau 5 channel dengan perhitungan bahwa di saat nanti ia
sudah cukup menguasai pesawat latih mulanya, ia tidak perlu membeli radio baru
untuk menerbangkan pesawat sport aerobatik yang minimal memerlukan pengendalian
4 channel. Beberapa pesawat sport yang berkecepatan tinggi malah memerlukan
radio control 5 channel untuk
pengendaliannya.
Kemungkinan
Upgrade Fasilitas
canggih Beberapa
institusi terkenal seperti MIT yang bekerja sama dengan NASA mengunakan sistem
kendali radio ini untuk menguji pesawat terbang bersayap oblik (miring) untuk
uji terbang pertama kalinya. Sistem R/C yang digunakan saat itu adalah JR PCM 10
S yang memiliki 10 kanal terpisah
yang dapat dicampur dan dapat diprogram.
|
|||
Copyright © 2003 Bandung Aeromodeling All right Reserved, designed by GDP |