APLIKASI RESEARCH & DEVELOPMENT  (R & D)

DALAM PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN

REMAJA EFEKTIF ANTI NARKOBA

 

A.     Pendahuluan

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan idealisme-idealisme yang membawa banyak nilai-nilai positif, namun banyak juga nilai-nilai negatif yang mengiringinya. Dalam diri remaja tersimpan energi yang besar untuk berkembang, energi motivasi berprestasi, motivasi kreativitas dan motivasi kemandirian. Energi perkembangan tersebut bukan saja mendorong ke arah positif, namun energi tersebut adalah netral yang mampu digerakkan ke arah negatif. Kemampuan memanage energi perkembangan pada masa ini sangat penting untuk optimalisasi perkembangan kepribadian menuju dewasa.

Ketidakmampuan memanage energi perkembangan ini akan mengakibatkan energi ini menjadi liar dan buas. Keliaran dan kebuasan energi ini antara lain terlihat dalam fenomena Making love menurut polling yang dilakukan oleh Jawa Pos pada akhir tahun 2001 yang disebarkan kepada 1000 responden hampir 30 persen permisif dengan making love, kemudian fenomena keterlibatan remaja dengan narkoba yang sampai kini berjumlah sekitar 500.000 – 1,5 juta anak, termasuk remaja (Kompas, 8 Januari 2001) dan lain-lain. Kemampuan memanage energi perkembangan ini sangat terkait dengan nilai dan visi yang ada pada diri remaja itu sendiri. Nilai dan visi ini tidak muncul dengan sendirinya, namun lebih banyak dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan sosial serta informasi yang diterima oleh remaja.

Fenomena remaja dengan perilaku negatif dikarenakan internalisasi nilai dan  pengarahan visi yang diterima oleh remaja selama ini kurang efektif. Hal ini disebabkan antara lain karena pengaruh lingkungan dan informasi yang gencar mempengaruhi remaja bukan nilai dan visi yang positif. Nilai yang terinternalisasi pada remaja kebanyakan nilai permisif dan kapitalistik yang membawa visi remaja ‘hanya’ berujung pada kenikmatan, kemewahan dan keuntungan materialistik. Pengaruh lingkungan sosial yang negatif dan informasi yang berpengaruh negatif harus segera didesak dan tidak mempunyai ruang untuk berkembang.

Masalah pokok remaja berpangkal pada pencarian identitas diri. Mereka mengalami krisis identitas; dikelompokkan anak-anak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok dewasa. Identitas diri adalah kepastian posisi sosial dalam lingkup pergaulan di mana seseorang berada. Sejauh mana remaja mampu meraih identitas dirinya, tergantung dari sejauh mana remaja mampu mengendalikan luapan emosi saat merasa tersinggung oleh seseorang di sekitarnya; menempatkan diri dengan wajar dalam relasinya dengan teman sebaya; memperoleh tokoh idola untuk pencapaian identitas diri yang mantap, baik dalam kelompok rekan sebaya (peer) atau dalam keluarga; menerima diri apa adanya; mengendalikan intensitas emosi yang kurang menguntungkan karena keterbatasan tersebut dengan mengompensasi melalui pencapaian prestasi sekolah/sosialnya.

 Demi kepentingan tersebut, salah satu usaha yang mungkin dilakukan adalah dengan Pelatihan Remaja Efektif Anti Narkoba. Pelatihan Remaja Efektif Anti Narkoba ini adalah merupakan perpaduan antara strategi penanaman nilai-nilai spiritual universal, psikologi perkembangan, teori belajar, strategi pembelajaran, ergonomic dan media pembelajaran. Pelatihan Remaja Efektif Anti Narkoba diharapkan pada gilirannya akan mampu memunculkan remaja-remaja yang berpikir dan bersikap dengan dasar kematangan emosional, dorongan berprestasi, kreatif dan mandiri yang mengantarkan mereka pada pengembangan diri sesuai dengan bakat dan minat mereka. Saat mereka, menjadi remaja efektif, maka “kebebasan-kebebasan” kalau tidak dikatakan keliaran dan kebuasan yang merugikan perkembangan remaja dapat terkurangi atau bahkan terkikis habis berganti dengan remaja yang penuh motivasi untuk berprestasi. Pelatihan Remaja Efektif Anti Narkoba ini menjadi lebih penting lagi mengingat kecenderungan bahwa pengembangan kualitas sumber daya manusia, terutama anak dan remaja berusia di bawah 19 tahun yang kini berjumlah 85 juta orang masih membutuhkan perhatian yang serius.

Untuk melakukan Pelatihan Remaja Efektif Anti Narkoba tersebut tidak harus dilakukan di dalam kelas ataupun outbound, namun dapat dilakukan secara mandiri dengan bantuan media inetraktif yang didesain secara khusus, yang memadukan unsur-unsur komprehensif dalam memfasilitasi perkembangan kepribadian remaja. Media tersebut, yang akan dikembangkan oleh peneliti adalah Training Mandiri: Menjadi Remaja Efektif Anti Narkona. Model pendidikan dan pelatihan ini akan dikembangkan dengan pendekatan Research and Development (R & D).

 

B.     Langkah-Langkah dalam Research and Development

Menurut Borg dan Gall (1989: 783-795), pendekatan Reseach and Development (R & D) dalam pendidikan meliputi sepuluh langkah, yaitu:

1.       Studi Pendahuluan: Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literature, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.

a.       Analisis Kebutuhan: Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?

b.      Studi Literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan.

c.       Riset Skala Kecil: Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan  mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.

2.       Merencanakan Penelitian: Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.

3.       Pengembangan Desain: langkah ini meliputi: 1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.

4.       Preliminary Field Test: langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; 2) bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.

5.       Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas: langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas.

6.       Main Field Test: langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

7.       Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas: langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama.

8.       Uji Kelayakan: Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.

9.       Revisi Final Hasil Uji Kelayakan: Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan.

10.   Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir: Laporan hasil dari R & D melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control.

Masing-masing langkah secara terperinci akan penulis deskripsikan di bawah ini. Semaksimal mungkin penulis mencoba memberikan contoh terkait dengan Pengembangan Pelatihan Mandiri: Remaja Efektif Anti Narkoba.

 

C.     Aplikasi Langkah I: Studi Pendahuluan

Pertanyaan pertama saat akan melakuan penelitian dan pengembangan produk adalah apakah produk yang akan dibuat mempunyai makna dalam perkembangan pendidikan? Tema penelitian dan pengembangan tentang model pelatihan di atas, mempunyai jawaban “ya!”. Argumentasi yang dapat disampaikan mengapa pengembangan produk model pelatihan remaja efektif penting untuk dilakukan dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya remaja yang terjerat permasalahan narkoba. Hal ini mempunyai pengertian di sisi lain bahwa remaja belum siap menghadapi tugas perkembangannya (untuk mempersipakan dirinya menjadi dewasa) di tengah arus godaan yang menghambat dan menerjang mereka.

Apakah model pelatihan yang akan dikembangkan belum ada? Realitas membuktikan bahwa kasus narkoba semakin bertambah dan semakin banyak melibatkan remaja. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan untuk remaja belum cukup menghindarkan mereka dari jeratan narkoba. Oleh karenanya diperlukan model pendidikan baru bagi remaja untuk menghindarkan mereka dari narkoba, plus menjadi remaja efektif yang mampu menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik dan diharapkan akan memasuki masa dewasa.

Secara teknis, langkah studi pendahuluan dimulai dengan studi literatur. Untuk melakukan studi literatur, maka objek penelitian harus diurai terlebih dahulu. Dalam penelitian ini “Training Mandiri: Remaja Efektif Anti Narkoba”, objek penelitian (produk) yang akan dikembangkan adalah Model Pelatihan Mandiri Berbasis Multimedia. Ada banyak model pelatihan yang sudah berkembang, namun secara spesifik model Pelatihan Mandiri Remaja Efektif Anti Narkoba berbasis multimedia adalah belum ada. Produk dari penelitian dan pengembangan ini adalah CD Interaktif Training Mandiri: Remaja Efektif Anti Narkoba. Ada tiga objek yang harus dipahami melalui studi literatur dalam penelitian ini, yaitu model pelatihan madiri, remaja efektif dan Narkoba. Untuk memperoleh studi literatur dapat diperoleh melalui buku, jurnal, majalah, koran, dan website.

Riset skala kecil dalam konteks penelitian dan pengembangan produk model pelatihan ini dapat difokuskan pada komparasi antara kerangka teori yang didapat dari studi literatur dengan kondisi riil di lapangan. Umpamanya, apakah tugas-tugas perkembangan remaja masih relevan dengan perkembangan masa kini; pola jebakan bagi remaja yang disiapkan oleh sindikasi narkoba; program-program pendidikan dan pelatihan bagi remaja.

 

D.    Aplikasi II: Merencanakan Penelitian

Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: 1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian. Borg dan Gall (1989) mengungkapkan bahwa perencanaan penting dalam rangka mengantisipasi kebutuhan material, bantuan ahli, dan uji lapangan.

 

1.      Merumuskan tujuan penelitian

Secara operasional, tujuan penelitian dapat dirumuskan dari masalah yang menjadi sumber munculnya ada dan mengapa penelitin dilakukan. Sumber muncul masalah penelitian adalah karena adanya kesejangan antara idealita (das sein) dan realita (das sollen). Dalam pendekatan R & D Pendidikan, sumber masalah penelitian dipetakan menjadi 4 bidang (Sumarno dalam Anik Ghufron, 2004) yang berakar pada mencari solusi pemecahan problem pendidikan dengan mencari dan atau mengembangkan model. Keempat bidang tersebut yaitu: 1) Organisasi dan Menajemen Pendidikan; 2) Pembiayaan Pendidikan; 3) Mutu/Pembelajaran; dan 4) Kinerja dan Manajmen Guru.

Dalam konteks penelitian dan Pengembangan Model Pelatihan ini, sumber masalah adalah mutu pembelajaran. Seyogyanya pendidikan untuk remaja akan menghasilkan remaja yang tuntas menjalani masa perkembangannya sehingga menjadi remaja efektif. Bentuk remaja efektif, di antaraya adalah remaja anti narkoba. Dalam gambar berikut dapat dilihat sumber masalah dalam konteks penelitian ini:

Text Box: Salah satu solusinya adalah Pelatihan/Training Mandiri Remaja Efektif dengan Menggunakan Media CD Interkatif.
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

Dari sumber masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan penelitian, yaitu Mengembangkan Model Palatihan/Training Mandiri: Remaja Efektif Anti Narkoba. Tujuan penelitian tidak harus hanya satu, boleh dua atau bahkan lebih, namun yang harus diperhatikan adalah fokus dari penelitian itu sendiri.

2.      Memperkirakan Dana, Tenaga dan Waktu

Memperkirakan Dana, Tenaga dan Waktu adalah terkait dengan manajemen penelitian, artinya keberhasilan dan kegagalan penelitian. Oleh karenanya sangat penting untuk membuat estimasi dana, kebutuhan tenaga dan membuat time schedule. Untuk estimasi kebutuhan dana dalam penelitian, maka peneliti perlu membuat daftar kebutuhan, termasuk kebutuhan tenaga tambahan dan pendek-panjangnya rentang waktu yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Membuat Daftar kebutuhan berarti mengurai perjalanan penelitian tahap demi tahap, mulai dari kebutuhan kertas dan tinta hingga untuk deseminasi dan distribusi produk dan implementasi tahap akhir.

3.      Merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian

Pada dasarnya merumuskan kualifikasi peneliti ini adalah untuk mengatasi keterbatasan peneliti (utama). Seorang peneliti sangat mungkin mempunyai keterbatasan pada hal-hal tertentu, umpamanya keterbatasan dalam uji data statistik, pengambilan data dan lain-lain. Secara praktis, untuk membuat kualifikasi peneliti dan bentuk partisipasinya harus dibuat terlebih dahulu kebutuhan penelitian yang harus minta bantuan orang lain. Umpamamnya untuk pengembilan data, skoring data atau analisis data statistik.

 

E.     Aplikasi III: Pengembangan Desain

 Langkah-langkah dalam mengembangkan desain meliputi: 1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.

1.      Menentukan Desain Produk yang akan dikembangkan (Desain Hipotetik)

Desain hipotetik Pelatihan Mandiri ini dapat didesain dengan memperhatikan hasil penelitian dan teori di bawah ini, yang terangkum aspek-aspek berikut:

a.   Aspek Perkembangan remaja (Sasaran Produk Pengembangan);

b.  Hasil Penelitian 1: Penyebab Remaja Menjadi Pemakai Narkoba;

Desain produk dalam konteks penelitian ini adalah sebagai berikut: CD Interaktif Pelatihan Mandiri Remaja Efektif, Remaja Anti Narkoba. Desain produk ini dikembangkan berdasarkan beberapa hasil penelitian dan survey, antara lain:

Dalam sebuah hasil penelitian ilmiah, seorang psichiater Dr. Graham Blaine (dalam Subiyanto, 2006) antara lain mengemukakan bahwa biasanya seorang remaja mempergunakan narkotika dengan beberapa sebab yaitu:

1)      Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti: ngebut, berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain.

2)      Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua atau guru atau norma-norma sosial.

3)      Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.

4)      Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman emosional.

5)      Untuk mencari dan menemukan arti dari pada hidup.

6)      Untuk mengisi kekosongon dan kesepian/kebosanan.

7)      Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan ketepatan hidup.

8)      Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas.

9)      Hanya iseng-iseng atau didorong rasa ingin tahu.

c.   Hasil Penelitian 2: Prinsip-Prinsip Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Menurut Sadar (Badan Narkotika Nasional, 2006), pencegahan penyalahgunaan narkoba terhadap anak dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1)      Menjadi orang tua sekaligus sahabat.

a)      Jadilah teman diskusi dan pendengar yang baik terhadap masalah yang dihadapi anak. Ajak anak untuk berdialog secara terbuka dan mendalam, tentunya di saat yang tepat. Perhatikan ekspresi wajah dan tingkah lakunya, jagalah kerahasiaan anak serta emosi Anda.

b)      Menjadi tempat bertanya, mengikuti perkembangan anak dan permasalahannya, sehingga dapat memberikan penjelasan bila anak bertanya, termasuk masalah narkoba.

c)      Kenali dan berkomunikasilah dengan teman-teman anak Anda. Bila putra-putri Anda membawa teman ke rumah, bergabunglah dengan mereka, walau sejenak, tanpa mempermalukan anak di depan teman-temannya. Pembiasaan ini akan membuat anak maupun teman-temannya menjadi akrab dengan orang tua dan menganggap orang tua sebagai bagian dari kelompok mereka.

d)      Ketika komunikasi berlangsung, tumbuhkan kesadaran dan beritahukan akibat negatif jika menyalahgunakan narkoba. Di antaranya: tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat, mengakibatkan putus sekolah, terlibat tindak kekerasan dan mengganggu ketertiban umum, terkena berbagai macam penyakit, kurang dihargai dan dipercayai orang, dikucilkan dari lingkungan, yang pada akhirnya tidak bisa menjadi manusia mandiri.

e)      Kontrol kegiatan anak untuk menunjukkan bahwa Anda punya perhatian khusus kepada anak tanpa bertindak semaunya, dengan senatiasa berdialog dan mempertimbangkan keberatan-keberatan yang disampaikan anak.

2)      Setiap peraturan berlaku bagi tiap anggota keluarga

a)      Bila Anda tidak menghendaki anak merokok, maka Andapun jangan merokok. Selain itu, jujur dan akui kelemahan-kelemahan Anda kepada anak tanpa harus merasa takut kehilangan wibawa.

b)      Buat aturan secara konsisten, kontinyu, dan konsekuen. Pertimbangkan pendapat anggota keluarga secara umum. Aturan yang telah ditetapkan, harus dilaksanakan seluruh anggota keluarga, tidak terkecuali Anda sendiri sebagai orang tua.

3)      Mengarahkan tanpa menggurui anak

a)      Kembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai relijius hingga menjadi budaya keluarga. Misalnya: makan malam bersama, melaksanakan ibadah bersama, mengerjakan pekerjaan rumah bersama pada hari libur, rekreasi, sampai pada budaya mengakui kesalahan dan meminta maaf, baik anak kepada orang tua ataupun orang tua kepada anak.

b)      Ketahui dan gali potensi anak untuk dikembangkan melalui berbagai kegiatan dengan membimbing, membantu dan mengembangkan, serta mengatasi tekanan dan pengaruh negatif teman sebayanya. Melalui prestasinya maka akan tumbuh rasa percaya diri, harga diri yang positif, dan akhirnya memiliki jati diri yang stabil.

4)      Libatkan anak untuk mewujudkan cita-cita keluarga. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, Anda harus memiliki komitmen yang kuat dalam membiasakan anak sejak dini untuk terlihat mewujudkan keutuhan dan keharmonisan keluarga -misalnya diskusi tentang masalah keluarga, mengomentari berita di televisi, dan lain-lain.

d.  Aspek Desain Produk

Selanjutnya, dalam mendesain produk R & D harus memperhatikan hal-hal berikut:

1)      Kejelasan tujuan pelatihan;

2)      Relevansi tujuan pembelajaran dengan kebutuhan remaja;

3)      Ketepatan penggunaan media yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran;

4)      Kesesuaian materi, pemilihan media dan evaluasi (latihan, test, kunci jawaban) dengan tujuan pembelajaran;

5)      Sistematika yang runut, logis, dan jelas;

6)      Interaktivitas;

7)      Penumbuhan motivasi belajar;

8)      Kontekstualitas;

9)      Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar;

10)  Kejelasan uraian materi, pembahasan, contoh, simulasi, latihan;

11)  Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran;

12)  Relevansi dan konsistensi alat evaluasi;

13)  Pemberian umpan balik terhadap latihan dan hasil evaluasi.

 

 

e.   Aspek Rekayasa Perangkat Lunak dalam Pemanfaatan Bahan dan Strategi

Dalam mendesain produk, pemanfaatan bahan dan strategi model harus memperhatikan hal-hal berikut:

1)      Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran;

2)      Reliabilitas (kehandalan);

3)      Maintainabilitas (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah);

4)      Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya);

5)      Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan;

6)      Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada);

7)      Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi;

8)      Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas dan menggambarkan alur kerja program);

9)      Reusabilitas (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain).

f.    Aspek Komunikasi Visual

Selain harus memperhatikan aspek-aspek di atas, strategi training mandiri harus dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1)      Komunikatif: visualisasi mendukung materi ajar, agar mudah dicerna oleh peserta;

2)      Kreatif: visualisasi diharapkan disajikan secara unik dan tidak klise (sering digunakan), agar menarik perhatian;

3)      Sederhana: visualisasi tidak rumit, agar tidak mengurangi kejelasan isi materi ajar dan mudah diingat;

4)      Unity: menggunakan bahasa visual yang harmonis, utuh, dan senada, agar materi ajar dipersepsi secara utuh (komprehensif);

5)      Penggambaran objek dalam bentuk image (citra) yang representatif;

6)      Pemilihan warna yang sesuai, agar mendukung kesesuaian antara konsep kreatif dan topik yang dipilih;

7)      Tipografi (font dan susunan huruf), untuk memvisualisasikan bahasa verbal agar mendukung isi pesan, baik secara fungsi keterbacaan maupun fungsi psikologisnya;

8)      Tata letak (lay-out): peletakan dan susunan unsur-unsur visual terkendali dengan baik, agar memperjelas peran dan hirarki masing-masing unsur tersebut;

9)      Unsur visual bergerak (animasi dan/atau movie), animasi dapat dimanfaatkan untuk mensimulasikan materi ajar dan video untuk mengilustrasikan materi secara nyata;

10)  Navigasi (icon) yang familiar dan konsisten agar efektif dalam penggunaannya.

2.      Menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan

Menentukan sarana dan prasarana bertujuan untuk kelancaran penelitian yang akan dilakukan. Semua direncanakan secara detail untuk menjamin kelancaran penelitian. Sarana dan Prasarana penelitian dalam konteks ini dapat berupa program (sofware) dan perangkat keras (hardware). Termasuk dalam kategori sarana-prasarana terpenting adalah instrumen penelitian untuk memperoleh umpan balik dari pemakai produk dan ahli (untuk mengevaluasi validitas produk dan validitas konstruk).

3.      Menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan

Tatap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan meliputi: Kesiapan model, personel, tempat, subjek penelitian, instrumen evaluasi. Prinsip terpenting dari tahapan uji terbatas ini adalah adanya umpan balik dari pemakai produk. Oleh karenanya

4.      Menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian

Deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah prosedur kerja dari pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian (pengembang, peneliti, guru/tainer, orang tua, peserta tarining/sasaran, ahli, asisten).

 

F.      Aplikasi IV: Preliminary Field Test

Tujuan dari langkah ini adalah untuk memperoleh deskripsi latar (setting) penerapan atau kelayakan suatu produk. Hal terpenting dari langkah ini adalah didapatnya umpan balik dari produk yang sudah didesain untuk mendesain ulang produk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Langkah ini meliputi: 1) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; 2) bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.
Uji yang pertama ini bersifat terbatas untuk meminimalkan resiko dari pengujian tersebut. Dari uji awal ini didapatkan kelemahan dan kelebihan dari desain yang sudah ada tersebut. Langkah pengujian ini dapat dilakukan di depan 4 sampai 8 partisipan (subjek dari model yang dikembangkan, yaitu remaja).

 

G.    Aplikasi V: Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas

Langkah ini merupakan langkah lanjutan dari langkah sebelumnya -beberapa ahli di Indonesia menyatukan langkah ini dengan langkah sebelumnya, dan menyatukan kelima dengan keenam serta menyatukan langkah ketujuh dengan kedelapan, sehingga sepuluh langkah menurut Borg dan Gall ini diringkas menjadi tujuh langkah. Borg dan Gall sendiri dalam menjelaskan sepuluh langkah ini juga meringkas menjadi tujuh (dengan tetap mempertahankan sepuluh langkah R&D). Langkah ini pada intinya bertujuan untuk merevisi produk berdasarakan hasil uji lapangan terbatas.

Data yang diperoleh dari hasil uji lapangan terbatas dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut digunakan oleh pengembang untuk merancang ulang produk yang akan dikembangkan.

 

H.    Aplikasi VI: Main Field Test

 Langkah merupakan uji produk secara lebih luas, biasanya disebut uji coba utama. Tujuan dari tahap ini adalah menentukan apakah suatu produk yang hendak dikembangkan benar-benar telah menunjukkan suatu performansi sebagaimana yang diharapkan. Langkah ini meliputi 1) melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi. Tahapan ini biasanya menggunakan rancangan penelitian eksperimen.

 

I.       Aplikasi VII: Revisi Hasil Uji Lapangan Lebih Luas

Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Bahan revisi tahap ini adalah hasil uji coba utama. Hasil revisi tahap ini adalah produk yang siap divalidasi.

 

J.      Aplikasi VIII: Uji Kelayakan (Operational Field Test)

Langkah ini dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah suatu produk yang dikembangkan tersebut benar-benar siap pakai oleh sasaaran produk tanpa melibatkan kehadiran peneliti atau pengembang produk. Pada umumnya tahap ini disebut tahap validasi model.

 

K.    Aplikasi IX: Revisi Final Hasil Uji Kelayakan

Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Sebagaimana dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya, yaitu hasil uji dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan dan penyempurnaan produk yang dikembangkan .

 

L.     Aplikasi X: Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir

Laporan hasil dari R & D dapat berupa tesis, disertasi atau Hasil Penelitian. Sebisa mungkin hasil penelitian tersebut diringkas dalam bentuk artikel yang bisa dimuat di Jurnal Ilmiah ataupun media massa. Hal ini untuk mempublikasikan  hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat juga dipublikasikan melalui forum-forum ilmiah. Sementara itu, produk dari penelitian yang telah dilakukan dapat didistribusikan melalui perpustakaan, dinas-dinas terkait ataupun melalui toko buku. Yang terpenting dalam mendistribusikan produk ini adalah produk harus dilakukan setelah melalui quality control.

 

M.  Kesimpulan: Meringkas Langkah dan Penyusunan Laporan

Kesepuluh langkah tersebut, dapat diringkas menjadi lima langkah:

1.      Studi Pendahuluan, yang merupakan kegiatan research and information collecting, memiliki dua kegiatan utam, yaitu studi literatur (kaji pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan.

2.      Tahap perencanaan, sebagai gabungan dari tahap planning and development of the preliminary form of product. Tahap ini meliputi penentuan tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan (peneliti, guru, orang tua, trainer), merumuskan bentuk partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan, menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan. Dari kegiatan perencanaan ini diperoleh draft desain model yang siap diujicobakan.

3.      Tahap uji coba, meliputi: preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan product revision, yang memiliki kegiatan utama uji coba, baik uji coba terbatas, maupun uji coba lebih luas. Kegiatan ini menjadi satu dengan revisinya setiap selesai uji coba. Kegiatan uji coba ini dilakukan secara siklis (desain, implementasi, evaluasi dan penyempurnaan) sampai ditemukan model yang siap divalidasi.

4.      Tahap Validasi, terdiri dari tahap operatioonal field testing dan final product revision yang bertujuan untuk menguji odel melalui eksperimentasi model kepada sejumlah responden. Hasil eksperimentasi ini menjadi bahan pertimbangan dalam membuat rekomendasi tentang efektivitas dan adaptabilitas produk dalam konteks sistem pendidikan.

5.      Tahap pelaporan, yang diartikan sebagai tahap dissemination and implementation mengandung kegiatan pelaporan dan distribusi.

Lazimnya, penelitian di Program Pascasrjana UNY membagai sistematika Laporan Penelitian dalam format 5 lima bab.

Bab I: Pendahuluan, yang meliputi: 1) Latar Belakang Masalah; 2) Rumusan Masalah; 3) Tujuan Pengembangan; 4) Spesifikasi Produk; 5) Pentingnya Pengembangan; 6) Asumsi dan Keterbatasan; 7) Definisi Istilah.

Bab II: Kajian Pustaka, yang meliputi: 1) Acuan konsep, teori, prinsip dan landasan pengembangan yang terkait dengan spesifikasi produk; 2) Kajian mengenai model yang digunakan, bagian ini memaparkan mengenai model dan mengapa model ini dikembangkan; 3) Upaya lain yang pernah dilakukan untuk memecahkan masalah terkait.

Bab III: Metode Penelitian, yang meliputi: 1) Model Pengembangan (berfokus pada kelas, produk, sistem atau organisasi); 2) Prosedur Pengembangan; 3) Uji Coba Produk (desain uji coba, subjek uji coba, jenis data, instrumen pengumpul data, teknis analisis data).

Bab IV: Hasil Pengembangan, yang meliputi: 1) Penyajian data uji coba; 2) Analisis data uji coba; 3) revisi produk.

Bab V: Penutup, yang meliputi; 1) Kajian produk yang telah direvisi; 2) Saran Pemanfaatan, 3) Diseminasi dan 4) Pengembangan Produk Lebih Lanjut.

 

DAFTAR BACAAN

Anik Ghufron. 2006. Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R&D) di Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Outline Perkuliahan Program Studi Teknologi Pembelajaran Semester I Tahun Akademik 2006/2007. Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Ary, Donal dkk. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Penerjemah Arief Furchan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

 

Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien Gall. Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

 

Idionline (2006). Remaja Berkepribadian Lemah dan Narkoba diakses dari    http://www.keluargasehat.com/keluarga-remajaisi.php?news_id=636 tanggal 18 Desember 2006.

Irmayani  & Kanya Eka Santi. 2006. Forum Aliansi Anti Narkoba (ASA-NARKOBA) :Suatu bentuk pemberdayaan pranata sosial lokal  dalam menangani penyalahgunaan narkoba di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Diakses dari http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/irmayani.htm tanggal 6 desember 2006.

Lilly H. Setiono. 2006. Beberapa Permasalahan Perkembangan Kejiwaan Remaja. Diakses dari  http://www.duniaguru.com/Mengenal%20Siswa/psikologi_remaja.htm, tanggal 8 September 2006

 

Noeng Muhadjir, 2003. Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluation Research: Integrasi Penelitian, Kebijakan dan Perencanaan. Yogyakarta: Rake Sarasin

 

Sadar Badan Narkotika Nasional. 2006. Mencegah, Mencari Tahu, dan Menyelamatkan Anak dari Narkoba. Diakses dari http://www.bnn.go.id/konten.php?nama=ArtikelCegah&op=detail_artikel_cegah&id=48&mn=2&smn=e. tanggal 18 Desember 2006.

 

Subiyanto. 2006. Remaja dan Narkotika, diakses dari http://depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=287 tanggal 1 November 2006.

 

Suharsimi Arikuto. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Wasis D. Dwiyogo. 2004. Penulisan Proposal Penelitian dan Pengembangan. Makalah Lokakarya Metodologi Penelitian dan Pengembangan UNY, 19-20 Juli 2004.