Istilah
“tauhid sosial” merupakan istilah baru yang diperkenalkannya
dalam wacana ilmu-ilmu sosial. Tauhid
sosial dimaksudkan sebagai dimensi sosial dari pengakuan
kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad itu adalah
Rasul-Nya. Sebagai muslim, tidaklah cukup kalimat tauhid
tersebut hanya dinyatakan dalam bentuk ucapan (lisan) dan
diyakini dalam hati, tetapi harus dilanjutkan dalam bentuk
perbuatan. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, berarti semua
ibadah murni (mahdhah) seperti salat, puasa, haji, dan
seterusnya memiliki dimensi sosial. Kualitas ibadah seseorang
sangat tergantung pada sejauh mana ibadah tersebut mempengaruhi
perilaku sosialnya.
Menurut
Amien Rais, tauhid sesungguhnya menurunkan atau mengisyaratkan
adanya
lima
pengertian. Pertama, unity of Godhead, yaitu kesatuan
ketuhanan. Kedua, unity of creation, yaitu kesatuan
penciptaan. Seluruh makhluk di alam semesta ini, baik yang
kelihatan maupun yang tidak, yang lahir maupun yang gaib,
merupakan bagian dari ciptaan Allah. Ketiga, unity of mankind,
yaitu kesatuan kemanusiaan. Jadi, perbedaan warna kulit, bahasa,
geografi, sejarah, dan segala perbedaan yang melatarbelakangi
keragaman umat manusia tidak boleh dijadikan alasan untuk
melakukan diskriminasi. Keempat, unity of guidance, yaitu
kesatuan pedoman hidup. Bagi orang yang beriman, hanya ada satu
pedoman hidup, yakni yang datangnya dari Allah yang berupa
wahyu. Karena Allah yang menciptakan manusia, maka Allah pula
yang paling tahu apa yang baik atau buruk bagi manusia, sehingga
kita betul-betul dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun
akhirat. Kelima, unity of the purpose of life, yaitu
kesatuan tujuan hidup. Bagi orang yang beriman, satu-satunya
tujuan hidup adalah untuk mencapai rida Allah.
Konsep
“tauhid sosial” ini tampaknya muncul dari Amien Rais sebagai
respon terhadap meluasnya persoalan ketidakadilan yang ia
lihat. Hal ini bisa dirujuk pada pernyataannya yang retoris:
“Benang
merah dari ajaran Islam adalah keadilan. Karena Islam itu
merupakan religion of justice, maka secara potensial
setiap orang Islam bisa menjadi truble maker bagi
kemapanan yang tidak adil.”
Dengan
merujuk sosiolog Prof. Gelner, Amien mengatakan bahwa di muka
bumi ini, setiap orang Islam bisa menjadi masalah bagi rezim
yang mapan yang mempertahankan ketidakadilan, karena orang Islam
selalu resah, gelisah, dan selalu ingin mengejawantahkan
nilai-nilai keadilan dalam berbagai dimensi kehidupannya.
Dengan
mengutip
Ibn Hazim
,
ia
juga mengatakan, bila di tengah masyarakat ada kelompok kaya dan
miskin, adalah kewajiban si kaya untuk melakukan proses
pemerataan sosial ekonomi ke seluruh masyarakat. Dan, menjadi
hak dari si papa untuk mengambil bagiannya dari si kaya. Jadi,
secara sederhana, konsep tauhid sosial Amien Rais dapat
disimpulkan sebagai tuntutan terwujudnya masyarakat yang adil,
sekaligus memperoleh rida Allah.