PAK AMIEN  
Home | Depan 

Manhaj Tarjih Muhammadiyah

 
 

sumber : www.e-amienrais.com  

Syirik Politik

 

Merujuk pada Al Qur’an, surah Al-Ahzab ayat 39, Amien Rais menyatakan bahwa seharusnya orang mukmin tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah semata. Karena itu, orang mukmin selalu akan mengatakan yang benar (hak) itu benar adanya, dan yang salah (batil) itu salah adanya. Hal ini seharusnya tercermin dalam perilaku dan kehidupan sosial, ekonomi, serta politik di negeri ini, karena notabene 88 persen lebih penduduk Indonesia adalah muslim.

 

Tetapi, dalam kaca mata Amien, realitasnya bangsa ini sering kali masih menumbuhkan gejala-gejala “syirik sosial”, ekonomi, dan politik. Kita begitu terkekang oleh paternalisme, feodalisme, dan masih belum merdeka dalam arti sebenarnya. Dalam praktik kehidupan sosial dan politik, sebagian besar pemimpin kita belum bisa mengejawantahkan nilai-nilai tauhid, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik. Dan yang memprihatinkannya, ulama, yang sebenarnya merupakan sandaran terakhir umat, juga tidak luput dari penyakit ini. Ia menunjuk pada maraknya doa politik, dimana ulama hanya ditempatkan sebagai alat legitimasi dan berperan hanya dalam dukung-mendukung. Mereka tidak bisa berbicara kritis, korektif, dan bersandar hanya kepada kebenaran dan petunjuk Ilahi. Amien juga menyesalkan ulama yang sama sekali tidak berani bicara korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Padahal, penyakit kronis penghancur bangsa itu sudah berlangsung selama puluhan tahun. Akibatnya, kini bangsa Indonesia ditimpa berbagai musibah, seperti kebakaran hutan, resesi ekonomi, dan kekacauan politik.2

 

Amien sangat menyesalkan perilaku elit politik kita yang, dalam waktu relatif singkat, dalam rentang waktu tidak sampai satu generasi, melakukan lagi kesalahan yang sama: mengukuhkan presiden seumur hidup. Memang Pak Harto tidak pernah secara eksplisit dinyatakan sebagai presiden seumur hidup, sebagaimana halnya Bung Karno. Tetapi, ia terus-menerus dipilih kembali tanpa memberi kesempatan kepada kandidat lain untuk ikut berkompetisi. Ini berarti, pada hakikatnya, apa yang dilakukan Orde Baru tidak berbeda dengan apa yang dilakukan Orde Lama.

 

 

 
     

 

Copyright©Tarjih Muhammadiyah 2001

E-mail : Webmaster@tarjikh.zzn.com