Merujuk
pada Al Qur’an, surah Al-Ahzab ayat 39, Amien Rais menyatakan
bahwa seharusnya orang mukmin tidak takut kepada siapa pun
kecuali kepada Allah semata. Karena itu, orang mukmin selalu
akan mengatakan yang benar (hak) itu benar adanya, dan yang
salah (batil) itu salah adanya. Hal ini seharusnya tercermin
dalam perilaku dan kehidupan sosial, ekonomi, serta politik di
negeri ini, karena notabene 88 persen lebih penduduk Indonesia
adalah muslim.
Tetapi,
dalam kaca mata Amien, realitasnya bangsa ini sering kali masih
menumbuhkan gejala-gejala “syirik sosial”, ekonomi, dan
politik. Kita begitu terkekang oleh paternalisme, feodalisme,
dan masih belum merdeka dalam arti sebenarnya. Dalam praktik
kehidupan sosial dan politik, sebagian besar pemimpin kita belum
bisa mengejawantahkan nilai-nilai tauhid, baik dalam kehidupan
sosial, ekonomi, maupun politik. Dan yang memprihatinkannya,
ulama, yang sebenarnya merupakan sandaran terakhir umat, juga
tidak luput dari penyakit ini. Ia menunjuk pada maraknya doa
politik, dimana ulama hanya ditempatkan sebagai alat legitimasi
dan berperan hanya dalam dukung-mendukung. Mereka tidak bisa
berbicara kritis, korektif, dan bersandar hanya kepada kebenaran
dan petunjuk Ilahi. Amien juga menyesalkan ulama yang sama
sekali tidak berani bicara korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Padahal, penyakit kronis penghancur bangsa itu sudah berlangsung
selama puluhan tahun. Akibatnya, kini bangsa Indonesia ditimpa
berbagai musibah, seperti kebakaran hutan, resesi ekonomi, dan
kekacauan politik.2
Amien
sangat menyesalkan perilaku elit politik kita yang, dalam waktu
relatif singkat, dalam rentang waktu tidak sampai satu generasi,
melakukan lagi kesalahan yang sama: mengukuhkan presiden seumur
hidup. Memang Pak Harto tidak pernah secara eksplisit dinyatakan
sebagai presiden seumur hidup, sebagaimana halnya Bung Karno.
Tetapi, ia terus-menerus dipilih kembali tanpa memberi
kesempatan kepada kandidat lain untuk ikut berkompetisi. Ini
berarti, pada hakikatnya, apa yang dilakukan Orde Baru tidak
berbeda dengan apa yang dilakukan Orde Lama.