Tadzkir

 

HOME»

MANHAJ TARJIH MUHAMMADIYAH

 
 

 

MASALAH

Siapapun mempunyai persoalan, karena memang manusia selalu berada dalam lingkaran persoalan. Di dunia ini tidak ada manusia yang bebas dari persoalan, baik yang menyangkut persoalan diri pribadi, keluarga maupun masyarakat.

 

Masalah tidak tidak boleh dihindari, tetapi harus dicarikan solusi. Pemecahan setiap persoalan merupakan satu keniscayaan. Sebab kalau sekedar dihindari maka kapanpun akan muncul lagi. Dan kalau muncul lagi, biasanya dalam kualitas yang jauh lebih berat.

 

Menyelesaikan masalah harus dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. Kalau hanya setengah-setengah dan tidak ikhlas maka hasilnya tidak akan maksimal. Banyak orang gagal menyelesaikan masalahnya --sekalipun kecil dan ringan-- dikarenakan tidak adanya dua hal tersebut.

 

Ibarat sebuah pohon, maka masalah itu kita cari titik masalahnya dari daun hingga akar. Dari sekedar efek masalah hingga sampai pada pokok masalah (akarnya). Inventarisir masalah ini harus benar-benar tuntas dan lengkap agar penyelesaiannya pun menyeluruh atau konprehensip. Jangan sampai kita menyelesaikan dengan menyisakan masalah. Sebab, di kemudian hari masalah itu akan muncul ke permukaan.

 

Masalah yang menyangkut dengan manusia lain, harus diselesaikan dengan melibatkan orang bersangkutan. Satu hal yang perlu diingat dalam penyelesaian masalah seperti ini adalah adanya kesiapan merasa bersalah. Kalau mau menyelesaikan masalah yang menyangkut orang lain harus berangkat dari sama-sama merasa bersalah. Dengan awal seperti ini insya-Allah akan cepat selesai karena tidak ada yang mempertahankan diri sebagai pihak yang benar. Satu saja (apalagi dua-duanya) berangkat dari sama-sama benar, maka yang terjadi adalah ingin dominasinya salah satu pihak terhadap pihak yang lain. Dan ini tidak akan menyelsaikan masalah. Dalam hal ini perasaan legowo dan lilo mutlak sangat diperlukan. Niat baik untuk menyelesaikan masalah harus tetap dijaga ditambah dengan menghilangkan keinginan untuk mendominasi penyelesaian atau memenangkannya. Kesediaan untuk memberikan maaf terhadap orang yang  telah mendzalimi juga harus ditanamkan. Sebab, sikap ini akan lebih mendekatkan kepada takwa.

Firman Allah :

 

"Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa" (qs. Al-Baqarah : 237)

 

Kalau masalah - masalah itu muncul berkaitan dengan keputusan Allah yang tidak sesuai dengan keinginan manusiawi kita, maka satu-satunya jalan yang harus kita tempuh adalah keikhlasan menerima keputusan Allah dengan lapang dada. Tidak ada penyesalan dan tuduhan kepada Allah bahwa Allah tidak adil. Sungguh satu kesalahan besar apabila kita menuduh Allah tidak adil kepada hambanya. Kita harus menyadari bahwa keputusan Allah adalah terbaik bagi hamba-Nya.

 

Selanjutnya, sabar terhadap keputusan Allah dengan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk meraih apa yang menjadi keinginan dan cita-cita. Usaha-usaha ini  harus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan optimisme. Dan jangan lupa untuk terus berdo'a kepada Allah dengan khusu' dan tawadlu', penuh kepasrahan bahwa selain Allah tidak ada yang mampu memenuhi keinginan dan cita-citanya. Lakukan berdo'a setelah shalat tahajjud, hajat dan dhuha.

 

Langkah terakhir adalah tawakkal kepada Allah. Serahkan segala keputusan terbaik kepada Allah.

 

Firman Allah :

"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (qs. al-Insyirah 6-8)

 

Jangan pernah mempercayakan penyelesaian persoalan Anda kepada dukun (kahin). Ingat....! perkataan dukun satu kebenaran berbanding 100 kebohongan. Dan yang lebih berhaya, shalat Anda selama 40 hari akan terhapus begitu anda sekali saja percaya kepada ucapan dukun. (Ening W)

 

 
 

 

 

 

Copyright©Tarjih Muhammadiyah 2001

Webmaster@tarjikh.zzn.com