VISI
PIMPINAN UNTUK MEMBACA PETA
Oleh
: Prof. Dr. H.A. Syafi'i Ma'arif
Kita
sekarang ini berada dalam dunia yang nyaris tanpa tepi.
Dunia yang membuana dengan persoalan-pesoalan besar yang
memerlukan otak-otak besar untuk menghadapinya. Kaum
muslimin di seluruh dunia yang jumlahnya sekitar satu
milyar dari enam milyar penduduk bumi dengan sagala macam
masalah yang dideritanya, juga berada dalam pusaran dunia
yang penuh tantangan itu.
Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam yang terbilang besar d Indonesia,
bahkan di dunia muslim, tak luput dari cengkeraman dunia
yang membuana itu. Kita tidak mungkin lari dari kejaran
peruabahn-perubahan cepat yang digerakkan oleh roda
globalisasi, yang siap menggilas siapa saja yang tak
berdaya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi tumbuh pesat secara luar
biasa. Revolusi gaya hidup dan pemikiran juga menyertai
perkembangan dunia di era global itu.
Masalah
yang dihapai umat manusia juga semakin berat. Ada 840 juta
penduduk dunia yang termiskinkan, yang tidak tahu apa yang
harus dimakan besok hari. Juga berbagai krisis kemanusiaan
yang ikut menyertai perkembangan sejarah di era
globalisasi itu. Persoalannya ialah, sanggupkah kita
menghadapi badai sejarah dunia yang agresif seperti itu
tanpa hanyut di dalamnya. Lebih menantang lagi, mampukah
kita menjadi syuhada 'alannas?.
Sedangkan
di Tanah Air, kita juga tengah berada dalam krisis multi
dimensi yang juga tak kunjung usai. Perahu bangsa ini
nyaris tenggelam jika tidak ada upaya-upaya yang serius
untuk menyelamatkannya. Jumlah penganggur yang mencapai
angka 41 juta akan menjadi beban sangat berat di tubuh
bangsa ini, karena akan berakumulasi dengan
persoalan-persoalan sosial dan ekonomi lainnya yang tak
kalah dahsyat. Sementara dunia politik penuh dengan
berbagai riak dan skandal, yang menggambarkan ketiadaan
pijakan pemikiran dan bingkai moral yang kokoh.
Demikian
pula dengan masalah moral atau etika bangsa, yang kini
menjadi persoalan sangat serius di tubuh bangsa ini. Beban
nasional itu kian bertambah berat dengan sejumlah maslaah
lokal yang tidak kalah gawatnya dengan masalah
nasional.Celakanya, pemerintahan seolah berjalan tanpa
visi yang jelas, sehingga menambah ketidakpastian mengenai
arah masa depan. Bangsa ini sunguh berada dalam taruhan
yang akan menentukan nasibnya ke depan.
Di
sinilah pentingnya para pemimpin bangsa untuk merenungkan
ulang dan memperbincangkan visi mengenai masa depan
bangsa. Apa yang dihasilkan oleh MPR mengenai Visi
Indonesia Masa Depan merupakan terobosan yang lumayan,
tetapi tantangannya ialah bagaimana konsep yang bagus
semacam itu benar-benar menjadi rujukan dan bingkai bagi
para elit di negeri ini. Para elit di tubuh bangsa ini
perlu memperluas visi sekaligus benteng moral agar dapat
membawa negeri ini ke arah masa depan yang jelas dan penuh
kepanstian.
Bagi
para pemimpin Muhammadiyah, mari kita bangus visi dan
kekuatan moral untuk menjadi suhada 'alannas di
barisan terdepan. Merupakan suatu keniscayaan, bahwa
segenap pimpinan Muhammadiyah di seluruh lapisan dituntut
untuk memiliki visi guna membaca peta kehidupan yang
multikompleks. Pergkembangan global, nasional, dan lokal
yang sedemiikan rupa penuh dengan tantangan itu memerlukan
peran yang signifikan dari para pemimpin dan segenap warga
persyarikatan. Bukankah Muhammadiyah dikenal masyarakat
sebagai gerakan Islam yang modern, yang sejak kelahirannya
sebagaimana ditunjukkan oleh Kyai Ahmad Dahlan berusaha
dengan sekuat tenaga menjadi pelopor perubahan yang
bercita-cita untu membangun umat yang terbaik ?
Peran
pembaruan dan perubahan untuk membangun peradaban khaira
ummat tidaklah mungkin lahir dari kerja minimal dan visi
yang terbatas. Para pimpinan Muhammadiyah sebagai imam
gerakan bagaimanapun harus tampil dengan energi yang
optimal, visi yang luas, dan benteng mora yang kokoh dalam
membawa cita-cita gerakan ini sebagai rahmatan
lil-alamin di muka bumi ini. |