Di
balik rencana serangan AS ke Afganistan :
LEMAHNYA
SOLIDARITAS DUNIA ISLAM
Sebagaimana
diketahui bahwa pada tanggal 11 September 2001, menara
kembar World Trade Center (WTC) dan gedung pertahanan
Amerika, Pentagon, dihancurkan oleh benturan pesawat.
Pesawat-pesawat terbang tersebut sengaja ditabrakkan
oleh pilot-pilot berani mati. Tidak kurang 5000 nyawa
melayang. Jumlah korban ini melampaui jumlah korban
serangan Jepang ke pangkalan AL Amerika di Pearl Harbour
pada PD II.
Peristiwa
tersebut membangkitkan amarah Amerika. Bersama-sama
dengan sekutu-sekutunya, Amerika Serikat berniat
menghancurkan segala macam bentuk terorisme hingga ke
akar-akarnya.
Segala
potensi intelejen dikerahkan untuk mencaru dalang
penghancuran gedung WTC dan Pentagon. CIA dan FBI
bekerja tiada henti untuk menemukan siapa dalang di
balik peristiwa tersebut. “Kesimpulannya”, dalang di
balik hancurnya gedung WTC dan Pentagon adalah Usamah
bin Laden. Sebuah kesimpulan yang terburu-buru dan
tendensius.
Karena
dalang dari penyerangan yang menghancurkan pusat bisnis
dan pertahanan Amerika telah “diketahui”, maka
langkah selanjutnya adalah balas dendam. Usamah bin
Laden harus ditangkap dan negara yang melindunginya
hasrus ikut ditumpas.
Dalam
rencana serangan ke Afganistan, tampak Amerika tidak
sekedar ingin menangkap Usamah bin Laden. Tetapi juga
ingin memupus benih-benih keuatan Islam di Afganistan.
Seperti halnya yang telah dilakukan Amerika terhadap
Irak, Iran dan Libia.
Sekalipun
Presiden George W Bush dalam berbagai kesempatan setelah
hancurnya gedung WTC dan Pentagon menyampaikan bahwa
peristiwa tersebut tidak ada kaitannya dengan Islam dan
Arab, namun pada tataran konkrit, Amerika seakan
memaksakan pelakunya harus Usamah bin Laden dengan
mendapat back up dari pemerinatahan Taliban Afganistan.
Kalau
ini yang terjadi, maka benarlah apa yang dikatakan
Samuel P. Huntington dalam tulisannya Clash of
Civilization? bahwa setelah runtuhnya Komunisme di
Uni Soviet, maka musuh Barat adalah Islam dan
Konfusianisme di Cina. Saat ini, Amerika dan dunia Barat
sedang berkonsentrasi untuk menghadapi Islam.
Dukungan
Rencana
infasi Amerika ke Afganistan dengan dalih menghancurkan
sarang teroris mendapat dukungan penuh dari berbagai
negara. Baik negara-negara di kawasan Barat maupun
Timur.
Jepang,
siap memberikan bantuan logistik penuh. Pakistan dan
India mempersilahkan wilayahnya menjadi tempat transit
bagi armada perang Amerika sebelum menggempur
Afganistan.
Ironisnya,
negara-negara Islam tak satupun yang “membela”
Afganistan. Mereka ramai-ramai mendukung langkah
Amerika. Bahkan lawan politik Taliban yang berpusat di
kawasan utara Afganistan ikut mempersiapkan pasukan dan
persenjataanya guna menyerang Taliban. Mereka
memanfaatkan momentum Taliban menjadi musuh banyak
negara.
Kenapa
hal ini bisa terjadi ? Negara-negara yang mendukung
langkah ekstrem Amerika untuk menyerang Afganistan
disorong oleh kepentingan nasionalnya. India dan
Pakistan adalah dua negara yang diembargo Amerika karena
percobaan senjata nuklirnya. Saat ini adalah momentum
yang tepat bagi mereka untuk berusaha menghentikan
embargo Amerika atas mereka.
Iran
yang notabene adalah negara Syi’ah sangat tidak suka
kepada Taliban yang sunni. Permusuhan laten antara kedua
aliran dalam Islam ini mewarnai sejarah perkembangan
mereka. Maka wajar kalau Iran tidak menyukai Taliban.
Negara-negara Arab yang kaya sangat membutuhkan jaminan
keamanan dari Amerika. Peristiwa invasi Irak ke Kuwait
menjadi pengalaman pahit bagi negara kaya tersebut. Bagi
mereka, dekat dengan Amerika adalah cara terbaik untuk
memperoleh jaminan keamanan.
Solidaritas
Islam : lemah ?
Afganistan
benar-benar sendirian. Ia tidak mendapat dukungan kawan
untuk menghadapi raksasa Amerika, termasuk dari
negara-negara Islam. Satu-satunya jalan adalah percaya
kepada kekuatan sendiri, seperti yang ia perlihatkan
saat menghadapi si Beruang Merah, Uni Soviet dulu.
Kesendirian
Afganistan dalam menghadapi Amerika juga dihadapi
negara-negara Islam lainnya, seperti Irak, Iran dan
Libia. Kenestapaan, ketertindasan dan ketidakadilan yang
dialami satu negara Islam, termasuk Palestina, tidak
mampu membangkitkan semangat solidaritas dunia Islam.
Dukungan
dan rasa simpati yang diterima Afganistan bersifat
personal. Misalnya, sebagian muslim Pakistan,
Bangladesh, Palestina dan Indonesia. Di Indonesia,
bentuk dukungan kepada Afganistan dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu aksi demontrasi, rencana sweeping
terhadap warga negara Amerika hingga kepada pembukaan
pendaftaran jihad.
Satu
hal yang sangat mencolok dari rencana serangan
Amerika ke Afganistan adalah lemahnya solidaritas
dunia Islam kepada sesamanya. Satu lagi bukti bahwa
tidak ada perstuan dan persaudaraan yang tergalang dalam
negara-negara Islam. Jangankan Afganistan, Palestina
yang berpuluh-puluh tahun menjadi bulan-bulanan
ketidakadilanpun dibarkan menanggung deritanya.
|