010
Iman Dasar Aqidah
Post By : Martias Oyonk
Iman dasar Aqidah “ Sesungguhnya aku telah meninggalkan
untukmu dua pusaka,jika kamu berpegang teguh pada
keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat untuk
selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Hadis Rasulullah
Saw”. (HR. Al Hakim). Mengacu pada hadis Rasul
Saw di atas sebagai umat Islam sudah menjadi suatu
kewajiban menyakini seyakin-yakinnya bahwa yang
menciptakan / menjadikan baik dan buruk, anuqrah dan
bencana, yang mengatur riski, langkah, pertemuan dan
maut, sampai pada penciptaan jagat raya ini plus
pengaturanya tiada lain adalah sang khalik, Allah Swt.
Dialah zat yang maha pencipta dan maha kuasa atas segala
sesuatu yang ada di jagat raya ini. Keyakinan itulah
yang di sebut dalam Islam sebagai iman yang berujung
pada ketaqwaan serta Al Quran & Sunah Saw sebagai
pedomanya.
Menurut pengertian bahasa iman adalah percaya atau
membenarkan,sedangkan menurut ilmu tauhid iman
berarti membenarkan atau meyakini dengan
hati, mengucapkan dengan lisan dan yang terpenting adalah
mengamalkanya / meimplementasikanya dalam bentuk / wujud
perbuatan selain menjalani kehidupan di atas dunia ini.
Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa hal seperti yang
di sebutkan di ataslah yang merupakan pokok dasar dari
seluruh rangkaian akidah Islam dengan menyempurnakan
keimanan pada-Nya.
Seperti yang telah di firmankan Allah dalam Qs Al
Anfal-2-4 yang artinya. “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang apabila di sebut
nama Allah gemetarlah hati mereka,dan apabila di bacakan
pada mereka ayat-ayat-Nya,bertambahlah iman mereka
karenanya dan kepada tuhanlah mereka bertawakal.Yaitu
orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian riski yang kami berikan pada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya,mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
tuhan-Nya dan ampunan serta riski (ni’mat) yang mulia”.
Dari uraian ayat Al Quran di atas mengambarkan bahwa
Islam itu memandang iman dan takwa sebagai martabat
yang paling mulia di sisi Allah Swt. Jelas sangat percuma
sekali kalau hanya sekedar percaya atau sekedar
mempercayai Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya
maupun para Rasul-Rasul-Nya jika mengesampingkan / tidak
mengimani kesaan Allah Swt sebagai khalik yang harus di
sembah menurut aturan Syariat dan Hadis Rasul Saw.
Keyakinan terhadap sang pencipta itu sebenarnya tidak
saja di ajarkan oleh agama Islam khususnya, tetapi ilmu
pengetahuanpun telah mengakui akan keagungan dan
keberadaa-Nya itu. Seperti yang pernah di kemukakan oleh
seorang filosof Yunani Xenophanes (580-470 SM),dia
mengatakan tuhan yang maha esa itu di jadikan tidak
bergerak, berubah-rubah dan Dia adalah penguasa tunggal
alam semesta ini.
Hal ini dapat kita lihat dalan Qs Al
An’am-73 “ Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi
dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu dia
mengatakan ”Jadilah lalu terjadilah” dan
di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala
ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan
Dialah yang maha bijaksana lagi maha mengetahui”.
Inti ajaran Islam pada dasarnya adalah mengajarkan pada
setiap pemeluknya agar selalu hidup dalam kebahagiaan
baik di dunia yang fana ini maupun di akhirat yang kekal
dan abadi, yang salah satu cara untuk mendapatkanya
adalah dengan memelihara dan memupuk rasa keimanan
sebagai dasar/pondasi akidah Islam.
Al Quran memberikan petunjuk yang lengkap untuk
meraih kebahagiaan yang di janjikan-Nya itu,tentu
dengan mempelajarinya secara serius dan harus
benar-benar di pelajari (kaffah), di pahami sampai
mengerti,agar orang-orang yang berfikir mendapat
pelajaran di sisi Al Quran tersebut. Sebagai mana yang
telah di firmankan Allah dalam Qs Shaad- 29 “ Inilah
kitab yang kami turunkan kepadamu yang penuh dengan
keberkahan,supaya kamu memperhatikan ayat-ayat-Nya, dan
supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat
pelajaran”. Begitu juga ajaran Islam ini
bagaimanapun situasi dan kondisi zaman, dalam keadaan
susah maupun senang harus di amalkan dengan tepat dan
benar penuh kesabaran di setiap lini dan sisi kehidupan
ini (lihat Qs Al Ahzab-36).
Sikap orang mukmin / mukminat yang di landasi dengan
keimanan yang mantap seharusnya selalu berkata /
berprinsip, kami taat pada hukum-hukum Allah yang
tercantum dalam Al Quran, dan akan selalu mentaati
tuntutan Rasulullah Saw berat maupun ringan. Sebab
tidak ada hukum Allah maupun Hadis Saw yang merugikan
dan yang di rugikan. Kita harus menanamkan keyakinan
yang teguh bahwa ayat-ayat Allah benar-benar membawa
keselamatan dan kebahagiaan yang besar untuk hidup di
dunia maupun di akhirat. Berfirman Allah “
Sesungguhnya perkataan (jawaban) orang-orang yang
beriman di kala mereka di panggil oleh Allah dan
Rasul-Nya agar menghukum (mengadili) di antara
mereka,mereka hanyalah berkata “kami mendengar dan kami
mentaati dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Allah juga mengatakan bahwa Islam adalah agama yang
telah di pilihnya dan di ridhoinya sebagaimana yang
telah tertulis dalam Hadis Qudsi yang artinya
“ Ini (agama Islam) adalah agama yang telah Ku ridhoi
untuk diriku sendiri dan tidak akan dapat di
manifestasikan kecuali dalam perbuatan murah hati dan
akhlak yang baik. Karena itu jadikanlah mulia dengan
sifat itu selama kalian menganutnya. ( Hadis Qudsi
Riwayat Sumawaih dan Ibnu Adi ).
Setiap orang Islam yang mengaku beriman dan bertaqwa
tidak akan melepaskan dirinya dari Allah, ia akan selalu
bertawakal (berserah diri) setelah melakukan usaha yang
relefansinya dengan berbagai macam nilai kebaikan.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang
yang menyerahkan diri hanya pada Allah,sedang dia
mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Ibrahim yang
lurus”. ( Qs An Nisa-125).
Ajaran Islam tidak akan berarti apa-apa jikalau
kurang mendapatkan tempat yang khusus dalam setiap
pribadi muslim/muslimah, dengan artian ajaran Islam
itu harus dihayati dan dipahami oleh para pemeluknya
dalam segala sisi kehidupan dengan berkarakterkan tauhid
serta menanamkan satu harapan yaitu keridhoan Allah Swt.
Nah pengamalan ajaran seperti inilah yang akan bisa
mengantarkan manusia itu menjadi orang yang benar-benar
beriman dan bertaqwa,yaitu suatu sebutan yang paling
mulia di sisi Allah Swt. Dengan kata lain,iman dan taqwa
sebagai dasar akidah sebagai kunci kesuksesan hidup
dunia dan akhirat. Dalam sikap ini terkandung gaya hidup
yang islami, patuh,ikhlas. tawadhu’, ulet dalam
berusaha, sabar dsb. Dan jelas akan selalu
mengutamakan hak Allah dari pada segala-galanya. Allah
Hu a’llam.
<<<
Kembali <<<
<<< Saran,
Tanggapan, Komentar Klik Disini >>>
Penulis :
Pengamat Sosial keagamaan Sumatera Barat |