007
Dzikrul Maut
Post By : Martias Oyonk
Dzikrul Maut
“Dalam konteks keislaman berdzikrul maut
sejujurnya akan memberikan setiap diri suatu kekuatan
yang luar biasa sebagai penegur/pengingat dikala pikiran,
hati, langkah kaki yang terkadang sudah menjurus pada
hal-hal yang menyesatkan, yang akan menyadarkan
setiap diri itu bahwa jalan yang akan atau sedang di
tempuhnya tersebut adalah sesat & salah yang akan
berujung keneraka.
Jelas mengingat kematian dalam konteks ini akan
mengantarkan setiap jiwa pada kesadaran penuh,untuk
lebih memikirkan apa yang akan kita terima di akhirat
kelak. Sebenarnya ini tidak terlalu klasik untuk
dibicarakan dan semestinyalah setiap pribadi khususnya
pribadi muslim secara sadar dan penuh kesungguhan serta
penuh kehati-hatian,meluangkan saat-saat tertentu untuk
merenungkan perihal maut ini.
Hal ini bertujuan bukan untuk memupuskan semangat hidup.
Namun,ia di ingat agar ditengah segala kesibukan dan
kelelahan kita,kita tidak lelah dua kali lantaran salah
meniti jalan hidup, bahkan diantara kita sangat jarang
sekali untuk menemukan tanda-tanda maut itu bakal
menjemput kita.
Suatu hari seperti di kutip oleh Syaikh Abdurrahman
As-Sinjari dalam Al-Buka’Min Khasyatillah.
Nabi Yakub berdialog dengan Malaikat pencabut
nyawa,”Aku inginkan sesuatu hal yang mau tidak mau harus
engkau penuhi sebagai tanda persaudaraan kita pinta Nabi
Yakub,apakah itu tanya Malaikat maut, jika ajalku telah
dekat beritahulah aku,baik aku akan memenuhinya wahai
Nabi Allah sambil berucap, aku akan mengirim tidak hanya
satu utusan namun,akan mengirimnya sampai tiga bentuk
utusan padamu. Setelah itu kedua mahkluk Allah itu
berpisah.
Hari berganti hari,minggu berganti bulan bulanpun
berganti tahun tidak terasa telah lama waktu berlalu
hingga setelah lama malaikat itu datang kembali.Wahai
sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau
untuk mencabut nyawaku ?, tanya Nabi Yakub Aku datang
untuk mencabut nyawamu jawab Malaikat Maut, lalu mana
ketiga utusanmu yang pernah kau janjikan padaku ?,
sudah duluan kukirim. Putihnya rambutmu setelah
hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah tegapnya dan
membungkuknya tubuhmu setelah kekarnya, itulah
utusanku untuk seluruh anak keturunan Adam.
Dari dialog ringan namun sarat makna, antara Nabi
Yakub dan Malaikat pencabut nyawa di atas
mengambarkan pada setiap jiwa tentang sesuatu hal yang
sangat penting yang kedatanganya sulit untuk di prediksi
dan di deteksi akal manusia dialah kematian dalam
bahasa Al Quranya kita kenal dengan maut.
Kematian tidak hanya milik orang tua renta atau orang
sakit saja ia akan datang menghampiri setiap yang hidup.
“ Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati,dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah di sempurnakan
pahalamu. Barang siapa di jauhkan dari neraka dan
dimasukan kedalam sorga sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia ini tidak lain adalah kesenangan yang
memperdayakan “. ( Qs Ali Imran-185).
Al Quran nul karim dan Hadis Raulullah Saw sangat banyak
berbicara tentang alam akherat atau alam barzah
ini,kadang kita di bawa kealam itu secara tiba-tiba. Hal
ini bertujuan agar umat manusia senantiasa sadar bahwa
detik demi detik, hari demi hari serta keringat demi
keringat yang mengiringai kelemahan kita,hanya terbagi
kedalan dua bagian. Bagian dari tangga menuju Sorga
atau bagian dari jalanan yang suram dan licin menuju ke
liang Neraka. Kematian adalah kepergian untuk
selama-lamanya sepanjang apapun umur kita,saat penting
itu pasti akan datang, berpulang menghadap Allah Swt,
kematian itu adalah pemupus kesenangan dunia.
Hidup ini ibarat berhenti sejenak,sekedar meminum
seteguk dua teguk air pelepas dahaga yang lara.
Maka,tak sepantasnyalah kita terlena akan kelezatan
dunia yang penuh tipu daya ini,apalagi sampai melupakan
diri kita akan datangnya saat-saat kematian (maut) itu.
Sangat bijaksana sekali kalau setiap diri mau
merenungkan hal ikhwal tentang maut ini. Tentang
tahun-tahun yang telah kita tinggalkan bagaimana kita
mengisinya dan merencanakan hal-hal yang baik, berguna
dan bermanfaat ke depanya demi kepentingan dunia dan
akhirat kita. Sambil mencermati segala bentuk perubahan
hidup,waktu pagi yang tiba-tiba berganti siang,kondisi
sehat yang tiba-tiba berubah sakit atau kondisi dunia
yang tahun demi tahun selalu lebih buruk dari tahun
sebelumnya.
Begitu juga hal-hal yang dekat dengan diri, rambut yang
sudah mulai memutih,garis-gari wajah kita yang semakin
memperjelas kerutan-kerutanya,gigi yang sudah mulai
rontok satu persatu dsb. Selamilah dengan tulus
keseluruhan akan diri pribadi kita guna menemukan
perubahan-perubahan yang akan menyadarkan bahwa umur
kita semakin terus berkurang dan semakin bertambah dekat
dengan pintu kubur. Ini bukan mendahului apa yang telah
di takdirkan-Nya,tapi begitulah Al Quran menerangkan
dengan baik dan sempurna.
Kematian memang menyesakkan, meski hanya sekedar untuk
di perbincangkan, tetapi justru berdzikrul maut akan
memberikan warning yang sangat kuat dan akan
meninggalkan bekas yang sangat mendalam dalam setiap
diri. Ia seperti obat bagi si sakit,atau suplemen bagi
yang sehat. Mengingat kematian akan memberikan manfaat
yang cukup besar,tentu bila dilakukan dengan serius dan
sungguh-sungguh.
Berapa banyak orang-orang sukses yang telah berhasil
merengkuh apa yang di inginkanya di dunia ini dengan
berbagai macam cara dan metode berfikir yang rasional
maupun irasional. Namun, tidak terhitung pula
jumlahnya yang telah lupa atau melupakan bahwa sejatinya
itu semua pemberian Allah. Tidak sedikit keberhasilan,
kesuksesan atau apalah namanya,membuat manusia sering
lupa diri dan bangga yang berlebih-lebihan (ujub) hingga
akhirnya berlaku sombong, takabur, suka berprilaku
sewenang-wenang.
Begitu juga yang namanya kegagalan seringkali orang
tidak bisa menerimanya dengan benar. Padahal dimensi
tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang
memang bukan hak kita,kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda begitu kata orang bijak. Berfirman Allah dalam
Qs Al Hadiid-23“ (Kami jelaskan yang semua
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu,dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa-apa yang di berikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong,takabur dan
membanggakan diri “.
Kesombongan, takabur, ujub dan lupa diri bukanlah
tabiat asli dari mukmin yang sesungguhnya.Umat-umat
terdahulu di binasakan Allah kebanyakan menyimpan
sifat-sifat tercela ini, dimana mereka sangat
mengingkari petunjuk Allah Yang di turukan pada mereka
melalui para Nabi sebagai utusan Allah. Sehingga
kebanyakan dari mereka terlalu hanyut dengan arus dunia
yang begitu kuat ini.
Di zaman sekarangpun realita itu sudah semakin
memperlihatkan taringnya masing-masing,hilangnya rasa
persaudaraan,saling merusak, membunuh saling
menuding,hasad,iri dan saling mendengki dan lain
sebagainya, semakin hari semakin terasa mencemaskan kita
moral anak negeri ini sedang dilanda krisis seiring
krisis multidimensi yang sampai tulisan ini di
luncurkan belum juga menampakan titik terangnya.
Sehingga akan berimbas pada akhlak islam yang semakin
hari semakin sulit dalam perealisasianya.
Maka, mengingat kematian dengan petunjuk yang benar
merupakan obat yang paling ampuh dan mujarab untuk
menyembuhkanya. Dzikrul maut, adalah sesuatu yang
perlu,guna menumbuhkan daya dorong dalam setiap jiwa
untuk terus mengejar dan menaiki tangga-tangga ketaqwaan,
memperbanyak amal dengan tidak megesampingkan dunia
dalam berkarya dan berbuat untuk nilai-nilai kemanusiaan
dengan penuh rasa sabar & optimistis. Dalam pranata
islam,sesuatu itu di terima Allah sebagai kebaikan /
amaliah bila dilakukan dengan ikhlas serta sesuai dengan
syareat yang telah di tetapkan Allah dan Rasul-Nya.
Setiap manusia, pasti mengharapkan perjumpaan dengan
Allah Swt dengan akhir hidup yang baik (Khusnul
Khatimah). Namun,keinginan itu terkadang bertolak
belakang dengan apa-apa yang kita kerjakan di atas dunia
ini. Kita mengakui bahwa syaitan dan Iblis adalah
musuh terbesar manusia muslim sejak dari dulunya,
anehnya setiap tingkah laku kita terkadang justru
menyeret kita kelembah kenistaan dengan memperturutkan
hawa nafsu duniawi.
Kita mengakui bahwa sang maut itu pasti akan datang
menjemput tampa di batasi ruang dan waktu,akan tetapi
tiada persiapan sedikitpun untuk menyambutnya. Berfirman
Allah dalam Qs Al Kahfi-110 “ Katakanlah bahwa aku
ini hanya seorang manusia seperti kamu yang di wahyukan
kepadaku bahwa tuhan kamu adalah tuhan yang maha
Esa,barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan
tuhanya,maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat pada tuhanya “.
Di tengah gemerlap dunia serta penuh dengan tanda tanya
ini yang cendrung berisikan kenikmatan sesaat,
berzikrul maut (mengingat mati) memang sesuatu yang
tidak ringan, bahkan untuk sekedar ingat sekalipun namun,
tidak pula terlalu memberatkan tergantung niat kita
masing-masing. Tapi, sejujurnya, kita harus selalu
membiasakan meski setapak demi setapak, sejengkal demi
sejengkal, agar kelak akhir hidup yang baik atau
Khusnul Khatimah akan mengantarkan kita ke tempat
yang di janjikan-Nya.
Ali Bin Abi Thalib pernah
memberikan wejangan yang konotasinya dengan hal maut ini
“ Sebaik-baik amal adalah yang diterima Allah,
sebaik-baik bulan adalah di mana engkau bertaubat
dengan taubatan yang murni dan sebaik-baik hari adalah
di mana engkau meninggalkan dunia ini dalam keadaan iman
dan taqwa pada Allah Swt “. Allah Hu a’llam.
Berbagai Sumber…
<<<
Kembali <<<
<<< Saran,
Tanggapan, Komentar Klik Disini >>>
Penulis :
Pengamat Sosial keagamaan Sumatera Barat |