002
Mempertanggungjawabkan Amanh
Post By : Martias Oyonk
Mempertanggungjawabkan Amanah“ Al Quran nul
karim menjelaskan bahwa segi kezaliman dan kebodohan
yang sering diperbuat manusia adalah mau menerima bahkan
mencari dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk
mendapatkan tugas/amanah,tetapi setelah didapat
tidak mau melaksanakanya atau menunaikanya dengan ikhlas
dan sungguh-sungguh.
Hal ini sesuai dengan firman Allah
Swt dalam Qs Al Ahzab-72.“ Sesungguhnya kami pikulkan
amanah kepada langit dan bumi dan gunung-gunung
semuanya enggan memikulnya dan rasa khawatir akan
kesanggupanya dan diterima oleh manusia, sayang manusia
itu zalim dan jahil”. Firman Allah diatas
menjelaskan betapa manusia itu telah diberikan
kepercayaan untuk menerima amanah dari Allah
Swt, yang masing-masingnya sudah menurut
ukuran,kekuatan dan kedudukannya ditengah-tengah
kehidupan dimuka bumi ini.
Memikul amanah yang
harus dipenuhi dan dipelihara untuk selanjutnya
dipertanggungjawabkan. Diakhir surat Al Ahzab ayat 72
diatas Allah juga mensinyalir dengan sindiran yang pedas
dan tegas “Inahukanazalummamjahullam”
Sesungguhnya manusia itu adalah zalim (aniaya) dan
jahil (bodoh). Zalim, berarti meletakkan
sesuatu sering tidak pada tempatnya,dengan kata lain
suka menyelewengkan sesuatu dari ketentuan yang
semestinya. Sedangkan jahil artinya,tidak
mengerti sama sekali dan tidak mau mencari tahu apa yang
seharusnya dilakukan,dan untuk apa sesuatu itu
dipergunakan atau dalam kalimat umumnya berarti
bodoh,malas serta tidak mau untuk memahami sesuatu
dengan serius.
Kesimpulan yang dapat kita petik dari firman Allah diatas adalah
bahwa amanah dipikulkan kepada manusia
untuk dipelihara,dipenuhi dan seterusnya
dipertanggungjawabkan. Namun,kata Allah ada dua
kelompok manusia yang tidak mau mempertanggungjawabkan
amanah tersebut dialah kelompok atau golongan manusia
zalim dan jahil dan sampai akhir duniapun kelompok
atau golongan ini tidak akan pernah hilang kecuali
Allah yang mengkehendakinya.
Betapa beratnya sangsi
amanah ini,serta beratnya akibat yang akan ditimbulkan
kepada manusia yang suka mensia-siakannya. Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud R.a
Rasulullah Saw pernah bersabda perihal amanah ini
“ Terbunuh mati dalam perang fi sabilillah
menghapuskan segala dosa kecuali dosa yang tidak
memelihara amanah. Dihadapkan manusia kehadapan Allah
di hari kemudian walaupun ia mati shahid fi
sabilillah,maka diperintahkan kepadanya “bayarkanlah
amanah yang diserahkan kepadamu” Dia menjawab yaa
tuhanku bagaimana lagi kami menunaikannya karena
kehidupan dunia telah berlalu. “Maka diperintahkan
turunkanlah dia kedalam neraka” selanjutnya beliau
meneruskan “ Dinampakan kepadanya amanah itu
kembali seperti pada hari diserahkan padanya dulu maka,
dilihat dan dikenalnya,dia turun untuk mendapatkannya
kembali dan dipikulkan setengah diatas pundaknya
sehingga dia telah mengira bahwa dia telah sampai
kembali keluar membawa amanah itu,maka amanah
itu jatuh dari pikulannya dikejarnya kembali. Demikian
dia lakukan terus menerus untuk selama-lamanya.
Imam Muhammad Abduh menerangkan bahwa amanah itu
adalah hasrat manusia untuk menunaikan kewajibannya
dengan sempurna dalam tugas dan pekerjaan yang
diserahkan padanya. Maka,setiap pribadi adalah pemegang
amanah ,amanah terhadap diri sendiri, sebagai
hamba Allah,dimana manusia diciptakan dengan
tugas langsung yaitu menghambakan diri kepada Allah
Swt. Setiap diri menerima amanah untuk
memelihara diri dan fungsinya sebagai makhluk
tuhan,dimana kelak di hari berbangkit diapun harus
mempertanggungjawabkan kemana setiap anggota tubuhnya
dipergunakan. Selanjutnya setiap diri adalah anggota
masyarakat sebagai makhluk sosial,makhluk yang hidupnya
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya.
Apakah dirinya sebagai anggota masyarakat tsb sudah
memenuhi fungsinya dengan menjalankan amanah
dengan baik dan benar ?. Sebagaimana yang telah
dipesankan Rasulullah Saw bahwa sebaik-baik
manusia adalah yang paling berguna dan bermanfaat kepada
sesama manusia. Setiap diri pasti menerima amanah
tersebut,amanah terhadap keluarga sebagai
ayah,sebagai ibu maupun sebagai anak masing-masing
berkewajiban terhadap yang lain,kewajiban itulah yang
dinamakan amanah. Apakah kewajiban atau amanah
tersebut sudah kita pertanggungjawabkan atau belum.
Demikian pula dengan tugas-tugas khusus ditengah
masyarakat,sebagai ulama,cendikiawan,pemimpin dan pemuka
masyarakat,pejabat dan pembesar dalam pemerintah negara,
saudagar yang menyalurkan kebutuhan untuk orang banyak
dsb,semuanya adalah pemegang amanah sesuai dengan bidang,
tugas, dan fungsinya masing-masing.
Rasulullah Saw bersabda “ Setiap kamu
adalah pengembala dan setiap kamu akan ditanya dan harus
mempertanggungjawabkan pengembalaanya. Pemimpin dan
pembesar adalah pengembala,akan diminta
pertanggungjawabanya tentang gembalaanya,laki-laki
adalah pengembala dalam keluarganya dia harus
mempertanggungjawabkan gembalaanya ,wanita adalah
pengembala dalam rumah tangga suaminya,dan dia harus
mempertanggungjawabkannya pula, sampai pada pembantu
rumah tanggapun adalah pengembala terhadap harta
majikanya diapun harus bertanggungjawab penuh dalam
gembalannya itu”. ( HR. Bukhari dari Ibnu Umar,
Muslim dari Anas bin Malik ). Kalimat pengembala
dalam hadis Beliau Saw diatas adalah sipenerima amanah
dari Allah Swt. Dalam artian yang mendalam Imam
Muhammad Abduh mengatakan bahwa memelihara amanah itu
adalah memelihara hak yaitu, hak Allah sebagai pemberi
dan hak-hak manusia sebagai pengemban. Hak, adalah
sesuatu yang harus ditunaikan,hak Allah pada manusia
adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh manusia
terhadap Allah,dan hak manusia atau hak hamba Allah
adalah sesuatu yang harus diterimanya dari orang lain
dan harus ditunaikan oleh orang lain kepadanya. Kedua
hak itulah yang di sebut amanah yang harus
dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai dengan yang telah
Allah firmankan dalam ayat Al Quran “Wahai manusia
sekalian,janganlah kamu khianati Allah dan Rasul-Nya,dan
janganlah kamu khianati amanah yang diserahkan padamu
padahal kamu mengetahuinya”.
Pada puncaknya Rasulullah Saw menegaskan bahwa betapa
utamanya memelihara amanah ini untuk keselamatan hidup
umat manusia. Dan pertanda kalau amanah itu tidak
terpelihara lagi bahwa dunia akan mendekati akhirnya (kiamat).
Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Ibnu
Umar,suatu kali sesorang laki-laki bertanya pada
Rasulullah Saw Bilakah datangnya hari kiamat itu
ya Rasulullah ? Beliau Saw menjawab, bila amanah
sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat itu datang,
tanya laki-laki itu lagi, apa maksud mensia-siakan
amanah itu ? maka menjawab Rasulullah Saw “ Bila
suatu pekerjaan sudah disandarkan atau diberikan kepada
yang bukan ahlinya,tunggulah kiamat itu “. Didalam
memahami sepotong hadis Rasulullah diatas maupun
hadis-hadis beliau yang berkorelasi dengan
kiamat,sebagai mukmin kita wajib mempercayainya bahkan
kiamat itu akan datang pada setiap diri manusia mungkin
akan lebih awal sesuai dengan ajalnya masing-masing. Dan
bila kiamat itu diartikan suatu kehancuran,memang kiamat
kubra itu diawali dengan kehancuran yang
setotal-totalnya. Maka,sebagai manusia yang sadar kita
mengakui saat ini bahwa amanah itu tidak
terpelihara lagi dan pekerjaan sudah banyak dipercayakan
kepada yang bukan ahlinya dan hanya untuk mencari
popularitas belaka. Kehancuran itu pasti akan datang
bahkan di sebahagian daerah dinegeri ini sudah
merasakannya dalam bentuk musibah dan bencana.
Beranjak dari berbagai macam musibah dan bencana yang datang silih
berganti akhir-akhir ini,yang telah banyak menelan
korban nyawa maupun materi yang kesemuanya adalah ulah
dari manusia itu sendiri. Seperti yang dikatakan
Allah Swt dalam Qs Ar Rum-41 “ Telah nampak
kerusakan didaratan dan dilautan disebabkan karena
perbuatan tangan manusia,supaya Allah merasakan pada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar
mereka kembali kejalan yang benar “ Begitu juga
manusia sekarang, ini secara globalnya sudah banyak jauh
dari Allah dan ajaran-Nya,melalaikan bahkan
meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya seakan sudah
menjadi hal yang biasa,hidup berlebih-lebihan,boros (Hedonisme)
seakan sudah menjadi tradisi dan budaya,tidak
memperdulikan kaum lemah,sombong,takabur dsb bahkan
kelestarian alampun sudah tidak terjaga lagi,hutan
dibabat sekehendak hati yang memicu berbagai macam
bencana.
Yang sangat memprihatinkan kita semua adalah
mereka-mereka yang tidak berbuatpun terkena imbas atas
perlakuan mereka terhadap alam ini. Namun, bagi orang
yang berilmu dan beriman berbagai bentuk kesulitan
didalam mengarungi kehidupan ini susah maupun senang
adalah suatu ujian keimanan guna meninggikan derajatnya
dimata Allah,sekaligus sebagai penghapus dosa-dosanya.
Bersabda Rasulullah Saw “ Tidak seorang
muslimpun yang mengalami kelelahan,kepayahan,kesusahan
atau penyakit bahkan penderitaan yang disebabkan hal
yang terkecil sekalipun,melainkan kesemuanya itu menjadi
penebus dosanya (HR. Bukhari & Muslim).
Jadi,jalan yang harus ditempuh oleh setiap muslim/muslimah
tiada lain adalah meningkatkan mendekatkan diri pada
Allah Swt serta selalu mengamalkan Al Quran dan
Hadis Rasul. Dengan memperhartikan dengan seksama
ayat-ayat Allah dan hadis Rasul diatas dan untuk
menyingkapi kenapa negeri ini tak sepi dari azab dalam
bentuk musibah dan bencana dan kesulitan multidimensi
lainya. Maka, sangat perlu sekali diadakan penelitian
dan introspeksi kembali kepada diri kita
masing-masing,baik sebagai anggota masyarakat,sebagai
hamba Allah apalagi sebagai pejabat,petugas dan
pemimpin yang merima amanah dari sesama manusia.
Maka pertanggungjawabannya bukan hanya terhadap manusia
yang memberikan kepercayaan akan tetapi akan lebih berat
dan besar pertanggungjawanya dihadapan pengadilah
Allah Aza Wajalla kelak. Allah hu A’llam.
<<<
Kembali <<<
<<< Saran,
Tanggapan, Komentar Klik Disini >>>
Penulis :
Pengamat Sosial keagamaan Sumatera Barat |