001
Manusia Puncak Ciptaan Allah
Post By : Martias Oyonk
Manusia, Puncak Ciptaan Allah.
Manusia diciptakan
sebagai makhluk yang paling lengkap dan sempurna oleh
Allah Swt. Diwaktu masih berupa janin Allah
pun meniupkan roh sehingga manusia itu bisa bernyawa.
Roh,mutlak ciptaan Allah Taalla,angapan bahwa kejadian
roh itu hanya secara alamiah adalah pendapat yang salah
dan keliru dalam pandangan Islam. Maka dengan roh
itulah manusia akan mampu berfikir dan memahami serta
selalu mempunyai ikatan yang kuat dengan penciptanya
tadi ( Allah Swt ). Dan hakekatnya ikatan itu tidak bisa
dipisahkan karena merupakan perwujudan sifat Ar
Rahim-Nya. Namun, walaupun sudah jelas dan terang
asal muasal kejadiannya,masih ada juga dari manusia itu
sendiri yang ragu dan bimbang bahkan tidak merasa
terpanggil hatinya untuk memahami untuk apa dirinya
diciptakan dan dihidupkan dipermukaan bumi ini lalu
dimasukkan kembali keperut bumi setelah ajalnya datang
dan akhirnya dibangkitkan kembali dalam bentuk lain
Hal ini diterangkan Allah dalan Qs Al Hajj-5 “ Hai manusia jika
kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur)
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah,kemudian dari setetes air mani,kemudian
dari segumpal darah dan segumpal daging yang sempurna
kejadianya dan yang tidak sempurna dan agar kami
jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahin,apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan,kemudian Kami keluarkan kamu sebagai
bayi,kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah
pada kedewasaan,dan diantara kamu ada yang diwafatkan
dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya
sampai pikun,supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun
yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi
ini kering,kemudian apabila telah Kami turunkan air
diatasnya,hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”.
Sedangkan didalam Qs Ali Imran-59 diterangkan bahwa Nabi Isa
sebagaimana Nabi Adam berasal dari tanah. Hanya saja
menurut Prof .Dr Salman Harun, proses penciptaan antara
keduanya mengalami perbedaan. Dalam diri Nabi Isa
terdapat unsur sel telur dari Ibunya. Sel telur itu
sendiri berasal dari darah,darah dari makanan,dan
makanan tumbuh dari tanah. Sedangkan kejadian Nabi Adam
langsung diciptakan melalui kreasi terindah dari Allah
dengan tanah. Didalam Qs Al mukminun-12 Allah
menerangkan lagi “ Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari
tanah “. Dari sinilah kemudian tahap kejadian
manusia (keturunan Adam ) berlanjut menurut
tahapan-tahapan yang telah digariskan-Nya.
Dari sinilah kemudian dapat dilihat perbedaan manusia dengan
ciptaan-ciptaan Allah lainnya dikarenakan setelah
dibentuk,Allah meniupkan rohnya sendiri kedalam diri
manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa penciptaan manusia
dalam prose salami (sunatullah) terdiri dari dua aspek
pokok,yaitu aspek material dan aspek immaterial. Aspek
material adalah jasmaniah (jasad) yaitu jisim
manusia,tubuh atau badan. Abu Ishak menjelaskan lagi
bahwa jasad adalah sesuatu yang tidak bisa berfikir dan
tidak bisa dilepaskan dari pengertian bangkai.
Sedangkan
Abu Lais mengungkapkan bahwa makhluk yang berjasad
adalah makhluk yang makan dan minum. Sedangkan menurut
Imam Al Ghazali Al jism atau jasad terdiri dari
unsur-unsur materi yang suatu saat komposisinya bisa
rusak,karena itu ia tidak memiliki sifat yang kekal.
Sehingga jasad tsb tidak akan memiliki kekuatan bila
tampa adanya roh. Namun demikian,realitas jasad adalah
realitas dari manusia yang dharuri,siqnifikan atau pokok
tampa adanya jasad tidak dapat di mengerti adanya
manusia,karena dengan jasadlah realitas dan eksistensi
manusia dapat dilihat pada aktifitas dalam ruang dan
waktu tertentu.
Sedangkan Aspek immaterial adalah rohaniah. Aspek rohaniah
ini sifatnya abstrak dan bagaimanapun tidak akan dapat
untuk direalitaskan,ia hanya terlihat dari adanya
aktifitas jasmaniah. Ia memberikan nilai kepada
jasmaniah dalam setiap aktifitasnya. Imam Al Ghazali
membagi aspek rohaniah ini dalam dua bentuk yaitu: Al
Roh atau daya manusia untuk mengenal dirinya,tuhanya dan
mencapai ilmu pengetahuan,sehingga dapat menentukan
manusia berkepribadian,berakhlak mulia serta menjadi
motivator sekaligus pengerak bagi manusia didalam
melaksanakan perintah Allah Swt. Dan aspek Al
Nafs yaitu, panas alami yang mengalir dalam
pembuluh-pembuluh nadi,otot-otot dan syaraf manusia. Ia
sebagai tanda adanya kehidupan pada diri manusia. Dalam
konteks ini Al Nafs diistilahkan dengan nyawa
yang membedakan manusia dengan benda mati,tetapi tidak
membedakanya dengan makhluk lainya,karena sama-sama
memiliki Al Nafs ini seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan.
Konsep Al Basyr. Dalam konsep ini manusia
dipandang dari segi biologis. Sebagai makhluk
biologis,manusia terdiri dari unsur materi,sehingga
menampilkan sosok dalam wujud fisik material. Ini
menjadikan manusia tak jauh beda dengan makhluk biologis
lainya,maka kehidupan manusia terikat pada kaidah
prinsip kehidupan biologis seperti berkembang
biak,mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan dalam
mencapai tingkat kematangan dan kedewasaan. Hal ini
telah diterangkan dalam Qs Al Mukminun-12-15 “ Dan
sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah,lalu segumpal daging,lalu
tulang-belulang,lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging kemudian kami jadikan dia makhluk yang
berbentuk lain. Maka maha suci Allah,pencipta yang
paling baik. Kemudian sesudah itu,sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati “.
Konsep Al Insan, kata Al Insan ini
mengacu pada potensi yang dianugerahkan Allah kepada
umat manusia diantaranya potensi untuk berkembang biak
secara fisik dan juga potensi berkembang secara mental
spiritual didalam mengenal serta mendekatkan diri
pada sang penciptanya. Singkatnya konsep Al Insan ini
mengacu pada bagaimana manusia dapat memerankan dirinya
sebagai sosok pribadi yang mampu mengembangkan dirinya
menjadi ilmuwan atau seniman dsb, serta berakhlak mulia.
Konsep ini mengarah pada upaya mendorong manusia untuk
berkreasi dan berinovasi dengan menyeimbangkan antara
kepentingan dunia dan kepentingan akhirat.
Konsep Al Nas, kalimat ini dalam Al Quran biasa
konotasikan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat yang
berawal dari perkawinan dan berketurunan yang berkembang
menjadi suku bangsa untuk saling kenal mengenal. (Qs Al
Hujarat-13). “.Dalam kitab shahih Al-Bukhari disebutkan
bahwa Ali Bin Abi Thalib Berpesan ”
sesungguhnya dunia ini telah pergi membelakangimu. Dan
Akhirat telah menghadap kedepanmu. Maka jadilah kamu
anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak
dunia,karena hari ini adalah hari beramal,bukan hari
dihisab,sedangkan esok adalah hari dihisab,bukan hari
beramal.
Pada akhirnya, manusia memang mempunyai
fitrah yang hakeketnya selalu membawa pada keteguhan dan
keyakinan akan pengabdian pada Allah. Dengan-Nyalah
manusia akan dapat terhindar dari godaan syaitan dan
dengan kekuasaan-Nya pula manusia itu bisa selamat dari
segala bentuk mara bahaya dan bencana. Manusia merupakan
puncak ciptaan Allah yang melampaui para malaikat,baik
didalam pengetahuan maupun didalam keshalehan.Karena itu
manusia diciptakan dengan berbagai macam konsep bukan
sekedar untuk permainan tapi harus mempertanggung
jawabkan keberhasilan atau kegagalan baik didunia
apalagi diakhirat nanti.
<<<
Kembali <<<
<<< Saran,
Tanggapan, Komentar Klik Disini >>>
Penulis :
Pengamat Sosial keagamaan Sumatera Barat |