|
|
Yon-Gab TNI Sukses Lumpuhkan Letkol Saragih Cs Ambon, Siwalima (23/01/01) - Tekad Yon-Gab TNI memberantas kelompok perusuh dan otak dibalik skenario kerusuhan Ambon, akhirnya menemui titik terang. Keterlibatan oknum aparat TNI-Polri yang selama ini sulit terjamah, justru dibuat tak berdaya menghadapi manuver yang dilakukan Yon-Gab TNI. Alhasil, Sesdit Diklat Polda Maluku, Letkol Pol Jati Waramas Saragih, dan komplotannya berhasil dilumpuhkan aparat Yon-Gab TNI, Senin (22/1) subuh di hotel Wijaya II. Bersama Saragih, juga tertangkap Mayor Inf Nurdin, Staf Irdam XVI Pattimura, Mayor Pol Drs Riky Pais, Kabag Sabhara Polda Maluku, Letda Pol Saihuddin, Polres P Ambon dan Pp Lease, Serda Pol A (Polwan?), Serka Pol Korim Suharna, Polres P Ambon dan Pp Lease, Sertu Pol Rustam, Polres. Polres P Ambon dan Pp Lease, Bharada Ashar, pengemudi mobil Dan Sat Bri-mob, Polda Maluku. Sementara itu, Mayor Pol Drs Abdi Darman Sitepu, Waka Polres Jeneponto terpaksa diikutsertakan ke Pomdam XVI Pattimura, lantaran saat pernyergapan, Sitepu berada di lokasi yang sama. Hanya saja informasi yang diterima menyebutkan Sitepu ternyata cuma sementara waktu menginap di hotel Wijaya II, sambil menunggu serah terima jabatan menjadi Dansat Brimob Polda Maluku. Manuver penyergapan yang dilakukan aparat Yon-Gab TNI tersebut menemukan sejumlah barang bukti berupa senjata standar laras panjang dan pendek milik TNI-Polri, amunisi, dan perlengkapan militer lainnya. Pula, obat terlarang shabu-shabu. Pangdam XVI Pattimura Brig-jen TNI I Made Yasa kepada pers di Makodam XVI Pattimura mengatakan, kronologis kegiatan aparat Yon-Gab TNI sebenarnya berkaitan dengan aksi tembakan 19 Januari 2001 malam sampai dengan 20 Januari pagi. "Kejadian tadi malam dimulai dari sore harinya, dimana ada upaya-upaya dari kelompok masyarakat tertentu untuk membuat pele-pele di beberapa tempat, diantaranya di sekitar jembatan Ruko Batumerah, arah jalan di sekitar pelabuhan-dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Dari pele-pele tersebut kita memperkirakan akan ada sesuatu yang berkaitan lagi dengan isu-isu yang dihembuskan di masyarakat bahwa ada 2 jenazah yang diambil dan dibawa oleh Marinir," jelas Made Yasa. Menurutnya, isu ini kelihatannya disampaikan untuk memancing emosi masyarakat sehingga
masyarakat pun merasa terpengaruh untuk kegiatan itu. Alhasil, pada malam hari mulailah
tembakan-tembakan itu kepada pos Marinir dan pos Kompi Yon Gab di Mardika. Tembakan
itu, Made Yasa, berasal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang diperkirakan ada speed boat
yang masuk ke sana, kemudian tembakan itu juga berasal dari jembatan Ruko Batumerah.
Malah, ada juga tembakan-tembakan dari arah Taman Victoria. "Tembakan-tembakan itu
begitu gencar sedangkan aparat TNI yang ada di sana khususnya pos Marinir dengan kompi
gabungan itu statis di tempat. Kalau boleh saya katakan pos ini mulai diserang dari segala
penjuru oleh perusuh-perusuh. Karena diserang secara bertubi-tubi, maka mau tidak mau untuk
mempertahankan diri, pasukan pun membalas tembakan-tembakan tersebut," tegas Made
Yasa. Dikatakan, sekitar pukul 02.30 WIT tembakan justru lebih strategis lagi karena dilakukan dari gedung-gedung. "Oleh karena itu, saya juga berpikir dimana sentral komando dari kegiatan ini. Pasukan memang sudah tergelar kemudian semua pos sudah disiapkan di sana, akhirnya sekitar pukul 04.30 pagi tadi Wadan Sektor dan As Ops ke saya minta ijin gunakan Yon Gab sisanya, maka saya ijinkan langsung saya BKO-kan kepada Dansektor, Silahkan pakai itu, yang penting bisa selesai. Kekuatan kita hanya 1 peleton dari unsur Yon-Gab. Saya beranggapan adalah tempat komando pengendalian kegiatan itu adalah Hotel Wijaya II. Dan betul begitu masuk ke sana beberapa oknum-oknum TNI dan oknum-oknum Kepolisian ada di sana dan siap dengan senjatanya. Anak buah pada saat masuk ke sana, itu mendapat perlawanan sehingga anak buah terpaksa melumpuhkan mereka," tandas Made Yasa. Pangdam mengakui, pada prinsipnya ke dalam dilakukan proses hukum, tetapi intinya Pangdam ingin anak buahnya dipecat. "Masalah-masalah kegiatan lain saya tetap berkeinginan masyarakat-masyarakat itu menghentikan kegiatan negatifnya, hentikan keinginan serang-menyerang itu yang tidak bermanfaat, itu hanya untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu saja," ujarya, sembari menambahkan, jika ada yang menilai ada komando liar justru dia tidak melihat itu sebagai hal yang mendasar. "Saya tidak pernah berpikir itu komando jihad-kah, komando apakah dan sebagainya. Yang saya pikirkan, siapa yang bermanuver saya hadapi, siapa saja yang membawa senjata dengan berpakaian preman itu juga harus kita lumpuhkan. Jadi, saya tidak melihat itu komando apa, komando apa dan sebagainya, yang bermanuver pasti kita akan lumpuhkan," tegasnya lagi. (eda/lai)
|