Derita muslim
Maluku seakan tak ada ujungnya. Setelah rumah-rumah dan
pemukiman muslim dibakar, masjid-masjid dibumihanguskan, kaum
muslim dibantai, muslimah-muslimah diperkosa dan yang selamat
mengungsi ke atas gunung-gunung terpencil. Kini yang mengungsi
di gunung-gunung pun tak bisa dipastikan sampai kapan mereka
bisa bertahan, selain bahan makanan yang kian menipis, Pasukan
Merah pun sudah mengerahkan anjing untuk memburu kaum
muslimin. Setidaknya begitulah yang tergambar dari penuturan
M. Kasuba, Koordinator Pos Keadilan Peduli
Umat Maluku yang beberapa waktu lalu melawat ke Jakarta. “Kaum
Muslim jadi makanan anjing,” tuturnya dengan mata
berkaca-kaca.
Kisah di atas adalah sebagian kecil saja penderitaan yang
ditanggung Muslim Maluku. Kepada SABILI, M. Kasuba berkisah
tentang banyak hal dan kondisi di Maluku saat ini. Mulai dari
anak-anak yang selalu ketakutan dan wabah penyakit yang
menjadi momok para pangungsi sampai parahnya kerusakan
ekonomi. Berikut penuturannya:
Bagaimana kondisi terakhir
di
Maluku?
Ada dua fenomena menarik yang berbeda dari Maluku Utara dan
selatan. Di Ambon kini sudah sedikit terkendali karena
banyaknya aparat yang didatangkan, tapi akan segera rawan
kembali jika jumlah aparat menipis. Jaminan untuk stabil masih
belum terlihat. Contohnya, Ramadhan, Desember yang lalu, di
mana diterapkan jalur netral dan banyak orang mengganggap
sudah sedikit stabil. Nyatanya hanya berlangsung tiga hari
saja, kemudian terjadi pembantaian umat Islam jilid ketiga.
Kita tidak tahu berapa jilid lagi yang akan terjadi.
Jadi suasana tenang ini hanya
sementara?
Kelihatannya konflik fisik akan terkonsentrasi dalam jangka
waktu yang cukup lama. Konflik itu akan tetap berlangsung di
Maluku, khususnya Maluku Tengah, Tenggara dan Pulau Ambon
sendiri. Ada indikasi pihak luar membantu kelompok
Merah, bagaimana di
lapangannya?
Memang ada indikasi keterlibatan pihak luar. Sekarang
disinyalir RMS terlibat yang membuat tragedi ini besar dan
menjadi sangat sulit untuk diselesaikan. Gus Dur
katanya sudah melakukan penyelesaian, tapi konflik belum
mereda, bagaimana Anda
melihatnya?
Kelihatannya sampai sekarang Gus Dur belum menunjukkan satu
cara menyelesaikan konflik di Ambon. Jadi belum ada
penyelesaian yang menyeluruh. Menurut pengamatan saya, di
Ambon dan sekitarnya konflik kelihatannya masih akan
berlangsung lama. Lalu di Maluku Utara Sendiri
Bagaimana?
Bedanya Maluku Selatan dengan Utara adalah, Maluku Utara
mutlak mayoritas muslim. Dan tragedi yang terjadi di Maluku
Utara tidak banyak menjadi perhatian seperti di
Selatan. Bagaimana bisa terjadi di Utara sedangkan
di sana muslim
Mayoritas?
Sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan tokoh-tokoh umat
agar tragedi di Selatan tidak meluas ke Utara. Misalnya antara
umat Islam dan Kristen sebelum tragedi terjadi sudah melakukan
pertemuan sebanyak 80 kali yang membahas agar pertikaian
jangan sampai terjadi. Bahkan mereka sempat membuat pernyataan
bersama yang disampaikan ke Presiden, Panglima dan Komnas HAM.
Tapi ternyata kesepakatan itu tidak mereka taati, hingga
terjadilah pertikaian itu. Maka terjadilah pembantaian di
Tobelo, Popilo, Togoliwa, dan lainnya. Sekarang di Tobelo
sudah tak ada muslim lagi semuanya diusir ke
Ternate. Bagaimana muslim Tobelo setelah
pembantaian
berlangsung?
Korban Tobelo tidak semuanya mengungsi. Di Togoliwa juga,
jumlah masyarakatnya 1800 orang dan yang tercatat mengungsi di
Ternate hanya 400 orang. Diperkirakan yang terbantai sebanyak
400 orang. Keterangan lain disebutkan juga, di Kompi C ada
pengungsi sebanyak 45 orang. Kalau yang terbantai 400 dan yang
mengungsi 445 berarti yang tersisa di hutan sebanyak 955
orang. Bagaimana keadaan yang sekarang di
hutan?
Belum diketahui rimbanya dan ini masalah besar. Kalau memang
sudah dibantai kita tak bisa apa-apa, tapi yang ada di hutan,
kita serahkan saja pada Allah sebagai suatu cobaan dan kita
tindak lanjuti dengan bantuan agar mereka bisa melangsungkan
hidupnya. Tapi tragisnya muslim yang lari ke hutan jika
tertangkap bisa dibunuh secara sadis. Lebih dari itu, sekarang
kaum muslim diburu oleh anjing-anjing pemburu milik Pasukan
Merah. Mereka jadi makanan anjing dan sampai saat ini belum
ada yang bisa menolong mereka ke luar dari hutan. Kecuali,
kalau ada aparat, tapi sampai sekarang belum ada aparat yang
masuk hutan untuk menyelamatkan mereka. Ini jadi tanggungjawab
kita sesama muslim dan juga tanggungjawab pemerintah sebagai
pelindung warganya. Bagaimana keadaan pengungsi
Muslim hingga saat
ini?
Jumlah pengungsi terakhir sekitar 67-70 ribu lebih, ini belum
terhitung dari Tidore, Halmahera Selatan dan lainnya. Kalau
dihitung semua bisa mencapai 100 ribu lebih pengungsi. Mereka
kekurangan makanan sampai pada tahap kritis dan upaya bantuan
untuk mereka sangat terbatas. POs-pos bantuan swadaya
masyarakat tingkat desa yang ada hanya bertahan selama satu
bulan. Di Ternate sekarang hanya Pos Keadilan Peduli Umat saja
yang masih aktif membagikan bantuan makanan, itupun sangat
terbatas hanya 500 paket per hari. Banyak pengungsi yang sudah
kelaparan. Apa hambatan di
lapangan?
Bantuannya memang tidak ada, karenanya saya kawatir akan
terjadi masalah yang serius. Akhirnya, saya mencoba datang
lagi ke Jakarta ini untuk bertemu teman-teman untuk meminta
tambahan bantuan supaya meringankan kembali pengungsi yang
ada. Saya harapkan lembaga bantuan sosial peduli Maluku
betul-betul riil dan terbuka, agar masyarakat dapat mengetahui
ke mana mereka meminta bantuan. Permasalahan
lainnya?
Lumpuhnya perekonomian. Muslim kondisinya dalam keadaan rusuh
yang laki-laki aktif jihad, hasil-hasil perkebunan seperti
cengkeh, kopi dll tidak bisa lagi terjual bahkan tidak ada
yang bisa membeli. Di Galela hampir 800 ton hasil perkebunan
menumpuk tidak ada yang membeli dan mengangkut. Di Bacan,
Halmahera Utara terdapat ratusan ton hasil panen akan hancur.
Lumpuhnya transportasi juga menjadi
masalah. Kondisi kesehatan pengungsi
bagaimana?
PKPU di Ternate, sampai hari ini menerjunkan lima orang dokter
di Ternate dan tiga orang dokter di Ambon. Kondisi kesehatan
umat Islam di Ambon sudah mulai stabil. Sedangkan pada
pengungsi Ternate, diadakan pelayanan keliling intensif.
Selain PKPU ada juga Mer-C. Klinik, sebagai pelayanan di
tempat, sekarang sudah mulai kita buka. Di Bacan ada dua
dokter, Galela, Kane Barat. Di Loloda kita kirim obat-obat dan
mereka yang mengelolanya karena kita tak bisa mengirim dokter.
Penyakit yang banyak muncul mulai dari diare, paru-paru sampai
demam. Alhamdulillah semua bisa teratasi. Bagaimana
keamanan di
Ternate?
Alhamdulillah cukup aman, penduduk Ternate muslim semua dan
sampai sekarang belum ada yang berani masuk ke sana. Namun,
pedagang-pedagang Cina yang mau kembali dipersilahkan, asal
mereka tidak terlibat kerusuhan. Kalau
Galela?
Kondisinya lebih parah, karena suplai bantuan yang terputus.
Sebenarnya di Galela potensi ekonominya lebih besar tetapi
macet. Transportasi juga sampai saat ini belum lancar. Saya
dengar isolasi di Galela sudah dibuka, namun kenyataan di
lapangan tidak demikian, sehingga orang Galela pergi ke
Ternate dengan perahu-perahu kecil dan mengarungi ombak yang
besar. Kami dari PKPU tetap melakukan pengiriman sembako ke
Galela dan telah menempatkan pos bantuan di
Galela. Yose rizal dari Mer-C mengatakan kondisi
Galela sangat kritis dan perlu dipertahankan, bagaimana
sesungguhnya?
Sebetulnya, masyarakat Galela sangat mengharapkan para
mujahidin bisa membantu mereka di Galela. Tapi hal itu belum
dibuka karena memang salah satu bagian dari strategi mereka.
Kondisi Maluku pada umumnya sedikit reda, apa
faktornya?
Saya lebih melihat karena banyaknya pasukan yang menjaga di
sana dengan ketegasan mengendalikan keamanan. Tapi,
kelihatannya pengamanan ini temporer sifatnya. Artinya,
pengamanan ini harus diikuti tindakan lain agar terbangun
proses konsiliasi, kalau mengandalkan keberadaan TNI dan
Polri, saya rasa masih sangat rawan. Mengapa kaum
muslimin selalu
diserang?
Saya simpulkan, umat Islam lebih cepat percaya bahwa keadaan
sudah aman. Umat Islam begitu yakin akan hal itu, ini
menunjukkan bahwa umat Islam memang tidak menginginkan
pertikaian berlangsung terus. Bukankah kondisi
seperti itu membuat kaum muslimin lemah dan akan jadi
bumerang?
Kamu muslim begitu berkhusnudzon (prasangka baik) agar tak
terjadi pertikaian lagi. Tapi, mereka lupa bahwa musuh mereka
tak mempunyai pikiran yang demikian. Itulah yang saya katakan
harus banyak mengambil pelajaran. Oleh karena itu, saya
berharap agar umat Islam tetap waspada dan berjaga-jaga untuk
tidak terdesak kembali. Jatuh dua kali ke lubang yang sama,
tidak dibenarkan bagi umat Islam. Para mujahidin
tetap siap
tempur?
Insya Allah, karena jumlah umat Islam cukup besar dapat
menetralisir Halmahera, Belakao dan sekitarnya tentunya dengan
cara yang islami. Mereka akan hadapi siapa saja yang
menghalangi dan membebaskan setiap jengkal tanah umat Islam.
Saya dengar persis dari MUI Maluku Utara bahwa Muslim dan
Kristen akan hidup kembali di sana tapi tanpa Gereja Protestan
Maluku dari Ambon. MUI Maluku Utara bahkan telah membuat
stateman bahwa Gereja Protestan Maluku (GPM) adalah organisasi
terlarang di Maluku Utara. Bagaimana menjaga
kondisi agar tetap aman seperti
sekarang?
Aparat harus menjaga netralitas dan misi pengamanan harus
ditingkatkan dengan cara yang lebih efektif. Sehingga, bisa
menunjukkan bentuk-bentuk rekonsiliasi yang lebih bernuansa
hidup ke depan dengan mencoba menyelesaikan kendala-kendala
yang akan membuat harapan itu tak terwujud. Aparat diharapkan
agar lebih tegas melihat persoalan yang terjadi di Maluku.
Aparat juga harus tahu mana yang mesti ditekan dan mana yang
harus dilindungi. Sehingga penyelesaiannya lebih
adil. Kabarnya, kaum merah memiliki senjata-senjata
standar?
Informasi adanya senjata sebenarnya datang dari orang Tobelo
sendiri. Secara faktual memang ada di Tobelo dan Ternate, di
rumah-rumah orang Kristen ditemukan senjata-senjata standar.
Senjata itu berupa bom asli buatan Korea dan lainnya. Umat
Islam sangat marah sekali ketika melihat tetangga mereka yang
Kristen ternyata menyimpan persiapan untuk perang yang begitu
canggih dirumahnya. Inilah yang menimbulkan kemarahan umat
Islam.
|