Republika Online edisi:
25 Apr 2000

KMA tak Undang Pemerintah dan GAM

MEDAN -- Setelah sempat tertunda gara-gara tidak ada rekomendasi dari Pemda Sumut, Kongres Mahasiswa Pemuda Pelajar dan Masyarakat Aceh -- lazim disebut sebagai Kongres Masyarakat Aceh (KMA) -- akhirnya akan dilaksanakan juga, 30 April - 4 Mei di Medan. Kongres ini tidak mengundang pihak Pemerintah RI maupun Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meski tujuannya untuk menyelesaikan masalah Aceh.

Kepastian KMA itu disampaikan panitia kepada wartawan di Medan, kemarin. ''Kami sudah mendapat rekomendasi dari Pemda Sumut,'' kata Noernikmat, kemarin. Sebagaimana rencana awal, kongres selama lima hari yang direncanakan akan dihadiri sekitar 600 peserta itu, nantinya tetap akan menghadirkan sejumlah narasumber. Antara lain Ketua MPR Amien Rais, Menteri Negara Otonomi Daerah Ryaas Rasyid, dan beberapa tokoh Aceh dari kalangan akademisi lainnya.

Meski belum ada konfirmasi positif dari tokoh-tokoh nasional yang akan hadir dalam kongres tersebut, pihak panitia optimistis mereka akan hadir. Alasannya, sejak awal kongres yang diadakan oleh para warga Aceh di rantau ini, telah banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pihak panitia juga yakin kelompok-kelompok strategis -- ulama, santri, mahasiswa, pelajar, cendekiawan, pemuka adat, pengusuaha, pedagang -- akan hadir dalam kongres.

Perihal tidak diundangnya pemerintah dan pihak GAM, menurut Noernikmat, memang disengaja agar hasil kongres bisa lebih merupakan suara rakyat Aceh. ''Kecuali itu, yang menjadi korban selama ini kan rakyat Aceh. Jadi, biarkanlah rakyat Aceh sendiri yang mencari solusi penyelesaian masalah yang telah berlarut-larut dan mengambil korban harta dan jiwa ini,'' tandasnya menjawab pertanyaan Republika.

Tentang legitimasi kongres yang dipertanyakan banyak pihak, Noernikmat tidak begitu mempedulikannya. Ia mengatakan, kongres ini semata-mata dilakukan sebagai panggilan kemanusiaan, agar di Aceh tidak ada lagi pembunuhan, pelanggaran HAM dan pertumpahan darah. Kongres, kata Noernikmat lagi, akan membentuk suatu badan, yang diharapkan bisa menjadi wakil kelompok masyarakat dalam menyelesaikan masalah Aceh, baik dengan pihak GAM maupun dengan Pemerintah RI.

Sampai kemarin belum terdengar reaksi dari kelompok GAM tentang rencana KMA itu. Yang pasti, sebelumnya Panglima AGAM, Tengku Abdullah Syafi'ie, melarang rakyat Aceh menghadiri kongres di Medan tersebut. Alasannya, kongres itu hanya untuk kepentingan bisnis sekelompok orang tertentu, dengan memanfaatkan konflik Aceh. Gara-gara larangan ini pula, dikhawatirkan banyak pihak yang tidak akan hadir dalam KMA yang berbiaya Rp 500 juta ini. n nin

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000