Republika Online edisi:
24 Jan 2000

Menjelang Kunjungan Wapres Megawati

18 Tewas, 28 Luka di Maluku

AMBON -- Menjelang kunjungan Wapres Megawati ke Maluku Utara hari ini, kerusuhan masih saja membakar kawasan Maluku hingga kemarin. Pertikaian berdarah kembali terjadi di Kecamatan Pulau Haruku -- di antara P Ambon dan P Seram -- dan melibatkan empat desa: Kabauw dan Ruhumony di satu pihak, dengan Haruku dan Sameth di pihak lain.

Pangdam XVI/Pattimura Brigjen Max Markus Tamaela mengatakan pihaknya telah mendata 18 korban tewas, 28 luka berat, serta puluhan rumah terbakar. Menurut Pangdam, dia mendapat laporan tentang kerusuhan pada pukul 06.00 WIT kemarin.

Kekuatan aparat setempat, tuturnya, sempat kewalahan mengatasi keadaan. Aparat keamanan baru bisa menguasai keadaan setelah dikerahkan bala bantuan yang diterjunkan dengan helikopter Puma milik TNI-AL ke lokasi pertikaian. ''Sekitar pukul 10.00 WIT bantuan pasukan itu telah dikirim untuk membantu mengatasi kerusuhan,'' papar Pangdam.

Pertikaian serupa yang tak kalah sengit juga terjadi di Masohi, ibu kota Kab Maluku Tengah. Namun, sejauh ini belum ada informasi resmi tentang penyebab terjadinya kerusuhan termasuk korban jiwa dan harta benda.

Menanggapi laporan adanya korban massa akibat tembakan aparat, Pangdam mengatakan hal itu akan diselidiki oleh tim investigasi. ''Saya belum dapat informasi detail, tim investigasi yang akan mencari fakta dan menggali dari masyarakat dan korban,'' katanya.

Kepada masyarakat, Pangdam mengimbau agar tak terprovokasi pertikaian terakhir di Kec Haruku, Kab Maluku Tengah, kemarin itu. ''Kami menyikapi semua kejadian, termasuk di Haruku dengan lebih terkoordinasi,'' kata Pangdam dalam jumpa pers di kediamannya, kemarin.

Ia berjanji akan mengirim tim investigasi untuk menyelidiki pertikaian di Haruku. Ia menyayangkan pertikaian itu masih terjadi juga, padahal sudah ditempatkan satu peleton TNI dan satu peleton Brimob di wilayah itu. ''Saya minta pertanggungjawaban pasukan pengaman di sana. Tim investigasi yang paling lambat tiba besok pagi di lokasi akan mencari data untuk menentukan langkah selanjutnya,'' katanya.

Pangdam mengharapkan bantuan masyarakat untuk menjaga kondisi keamanan yang sudah mulai tenang, khususnya di Kodya Ambon, berkaitan dengan kunjungan Wapres ke Maluku. ''Saya imbau masyarakat menjaga situasi yang telah terbangun sekarang, jangan lagi mencoba-coba membuat situasi yang lebih buruk dari sekarang,'' katanya.

Ia juga berharap kunjungan Wapres Megawati membawa hasil bagi penyelesaian berbagai masalah di Maluku, sehingga situasi keamanan kembali seperti semula. Tentang dugaan peristiwa Haruku untuk menggagalkan kunjungan Wapres Megawati, Pangdam menolak memberi komentar. ''Saya tidak ingin mengait-ngaitkan dan mengandai-andaikan, yang jelas kita akan cek,'' katanya.

Dalam kesempatan itu, Pangdam juga mengungkapkan kondisi keamanan Pulau Ambon sampai kemarin terkendali dengan baik, tidak ada permasalahan menonjol. ''Hanya, tadi ada keributan kecil di daerah mulai Pos Kota hingga ke depan Amplas,'' paparnya.

Ia menambahkan aparat keamanan dapat cepat mengatasi perkelahian tersebut dan situasi dapat dikendalikan dengan baik. Sedangkan situasi Maluku Utara, katanya, juga tidak ada yang menonjol, karena aparat keamanan sudah menyekat semua daerah rawan di sana.

Ia juga menjelaskan soal razia dan patroli keamanan sudah dilakukan demi mengantisipasi rencana kunjungan Wapres ke Ambon sore ini. Aparat keamanan, ujarnya, telah menyita 23 mortir modifikasi, empat pistol rakitan, empat pucuk senjata rakitan laras panjang, 165 butir panah, enam bom molotov, dan dua karung bahan bom molotov.

Ia menegaskan pihaknya akan melakukan tindakan tegas dengan mengenakan sanksi terhadap masyarakat yang ketahuan menyimpan dan memiliki senjata api dan rakitan. ''Besok telah diberlakukan sanksi, apabila ditemukan adanya masyarakat yang masih membawa [senjata] akan ditangkap dan dikenakan hukuman,'' katanya.

Situasi Kodya Ambon hingga pukul 16.00 WIT tenang, aktivitas dalam kelompok terjadi secara normal, bahkan lalu lintas di beberapa pasar seperti Pasar Lama terlihat agak macet. Arus lalu lintas di Jl Sultan Babullah dan Jl Dr Tamaella juga normal. Aktivitas masyarakat di beberapa kampung seperti Waihaong, Soabali, Kuda Mati, Batu Gajah, dan beberapa kampung di pusat kota Ambon juga lancar.

Bahkan, di depan Masjid Al Fatah Ambon, terpampang spanduk hijau bertuliskan ucapan selamat datang kepada Wapres Megawati serta suaminya Taufik Kiemas yang juga akan berkunjung ke masjid tersebut.

Melihat perkembangan konflik Maluku yang telah menjadi pembantaian terhadap ribuan warga Muslim, Sekretaris Umum Organisasi Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Adi Sasono minta pemerintah tak menerapkan standar ganda. Menurutnya, pemerintah harus bertindak adil.

Adi menambahkan keadilan dalam penanganan kerusuhan itu bukan melulu bagi Ambon atau Maluku, melainkan di seluruh tanah air. Dari itu, tim pencari fakta harus segera dibentuk. Jika tidak, maka Aceh, Ambon, dan Maluku Utara, akan menorehkan sejarah yang terus-menerus berdarah bagi bangsa ini.

''Bila untuk kasus Mataram diberlakukan tembak di tempat bagi perusuh, hal yang sama juga harus diberlakukan untuk kasus Maluku Utara dan kasus lainnya. Jangan seperti tidak peduli dan hanya bisa berkata 'silakan selesaikan sendiri','' kata Adi di sela-sela seminar nasional 'Reaktualisasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,'' di Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (22/12).

Menurut Adi, tim pencari fakta sangat perlu. Ini untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa pemerintah telah berlaku adil dan jujur kepada rakyatnya. Saat tim pencari fakta itu dibentuk, ketika itu pula pemerintah harus berupaya secara sungguh-sungguh untuk tidak lagi menerapkan standar ganda.

Standar ganda yang tampak sekarang ini, menurut Adi, tak lebih dari penampilan sikap tidak adil pemerintah. Di situ terasa, katanya, bahwa umat Islam selalu terpojok. ''Jika di Mataram diberlakukan tindakan yang tegas, hal yang sama juga harus diberlakukan di daerah lain.''

Adi juga menyayangkan, untuk kasus Maluku Utara, jumlah korban yang dibantai cenderung ditutup-tutupi bahkan dikurangi dari data yang sesungguhnya. Itu beda dengan kasus Mataram yang semua korban dibeberkan secara jelas.

''Tragisnya lagi, pemerintah terhadap kasus Maluku Utara sampai sekarang belum berniat menyampaikan ucapan belasungkawa atau duka cita, mengirim tim pencari fakta, mendudukkan persoalan, serta mengambil keputusan tegas,'' tambahnya.

Pernyataan pemerintah dan sikap yang mendua itu, menurut Adi, telah melukai hati umat Islam. ''Standar ganda tidak akan mampu menciptakan rasa adil di hati masyarakat, bahkan sebaliknya justru bisa memicu berbagai tindakan kekerasan, karena masyarakat merasa tidak dihormati dan aparat tidak menegakkan hukum,'' jelasnya.run/ant/rul

Diterbitkan oleh Republika Online
Hak Cipta © PT Abdi Bangsa 2000