MAKASSAR -- Situasi kota Makassar semakin memanas menyusul aksi
sweeping Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilakukan sejumlah orang
tak dikenal di depan Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Kamis
(1/6).
Aksi tersebut diduga berkaitan dengan kasus Poso di Sulawesi Tengah
ini menyebabkan tiga orang luka serius. Ketiga korban kini dirawat di
Rumah Sakit 45 Makassar. Mereka itu Simon (30) seorang pegawai swasta,
Hesron (25) instruktur STIMIK Dipanegara, dan Johny (18) mahasiswa
Universitas Hasanuddin.
Dari informasi yang berhasil dihimpun Republika, di Rumah
Sakit 45 dan RS Kepolisian Bhayangkara, korban aksi sweeping KTP
yang berlangsung sejak Selasa (30/5) sudah mencapai 16 orang, 10 orang
di antaranya dirawat di RS 45 dan 7 orang di RS Bhayangkara. Para korban
tersebut berstatus non-muslim.
Kapolsek Panakkukang Kapten Pol Marjuki yang dihubungi di lokasi
mengakui aksi yang berlangsung tiga hari ini diduga keras berkaitan
dengan kasus berbau SARA di Poso, Sulawesi Tengah. ''Aksi mereka ini
diduga sebagai aksi balasan kasus Poso yang masih berlangsung, sebab
sweeping KTP ini berlangsung saat Poso rusuh,'' kata Marjuki kemarin.
Aksi yang selalu berlangsung sekitar pukul 12.00 Wita ini, kata
Kapolsek, sudah berusaha dilokalisir dengan menurunkan tim gabungan dari
Polsek Panakkukang dan Poltabes Makassar. ''Pengamanan ini akan terus
kita tingkatkan untuk menghindari adanya aksi susulan atau aksi balasan
dari pihak yang merasa dirugikan,'' katanya.
Sementara Rektor UMI Prof Mansyur Ramli ketika dikonfirmasi belum
bisa memastikan apakah itu mahasiswanya atau bukan, sebab mereka yang
melakukan sweeping itu memakai tutup kepala. ''Tetapi kalau itu
terbukti mahasiswa UMI, kami akan mengambil tindakan tegas,'' tegasnya.
Bersamaan aksi sweeping ini, Poltabes Makassar juga berhasil
menangkap seorang pemuda yang sedang membawa bom molotov di Jl Cumicumi,
depan Masjid Raya Makassar. Pemuda bernama Muhaji (17), sementara
diperiksa intensif Poltabes Makassar.
Situasi kota Makassar yang tidak kondusif tiga hari belakangan ini
juga diakui Gubernur HZB Palaguna. Karena itu, Gubernur mengimbau agar
warga kota Makassar tidak mudah terpancing oleh aksi-aksi provokasi yang
dilakukan orang-orang tak dikenal. ''Masalah ini memang sudah mengarah
ke soal SARA, tetapi bagaimana pun jangan sampai menimbulkan kerusuhan
di kota Makassar, sebab kita juga yang akan rugi,'' imbuhnya pada
wartawan ketika ditemui di kediamnya kemarin.