Polri Gunakan Metode Operasi Tempur di Aceh

CONTENTS

Muslim World News On-line

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

Polri Gunakan Metode Operasi Tempur di Aceh
Reporter: Rizal Maslan


Jakarta, detikcom, Penyelesaian konflik di Aceh justru melahirkan pelanggaran HAM baru, apabila Polri masih melakukan Metode Operasi Tempur. Kalau itu terjadi, artinya pihak TNI maupun Polri masih sengaja membiarkan pelanggaran tersebut terjadi.

Juru bicara Cease Fire Watch (CFW) Aceh, Ridwan Muchtar seperti dikutip dari Radio Nikoya, Rabu dinihari (7/6/2000) mengatakan bahwa pihak kepolisian dalam operasinya selalu menggunakan metode tempur dengan mengerahkan pasukan Brimob dan Gegana.

Masih timbul pro dan kontra dalam Jeda Kemanusiaan yang ditanda tangani antara pemerintah dan GAM, menurut Ridwan, tampaknya ada kemungkinan terjadinya pelanggaran yang baru yang disengaja pihak TNI/Polisi. Dugaan itu diperkuat dengan tugas-tugas Komite Bersama Modalitas Keamanan, pada point 'e' tentang tugas Kepolisian yang diatur dalam nota kesepahaman tersebut, yang isinya, "Melanjutkan adanya fungsi Polisi secara normal untuk penegakan hukum dan mempertahankan ketertiban umum, termasuk pengontrolan kerusuhan, pelarangan gerakan sipil bersenjata".

Beranjak dari situlah, CFW Aceh yang beralamat di Jl. Tengku Syarif, Jeulingke, Banda Aceh menjelaskan bahwa pihak kepolisian berada di pihak persimpangan jalan dalam mencapai operasi. Menurut Ridwan, pihak jajaran polisi Aceh dalam setiap operasinya selalu menggunakan cara-cara militer.

"Matinya pranata dan institusi hukum di Aceh secara khusus telah membuyarkan harapan terhadap Polri dalam menegakkan hukum sehingga berbagai operasi tidak ditempuh melalui prosedur hukum dan ini pertanda pembangkangan terhadap hukum yang berlaku", kata Ridwan.

Selain itu, pihak CFW Aceh mendesak TNI/Polri serta GAM untuk segera mendefinisikan atau redefinisi tentang apa yang dimaksud pihak ketiga yang masih bermain senjata di Aceh, secara transparan kepada masyarakat. Disamping itu, lembaga ini juga meminta kepada kedua belah pihak untuk menghormati kepakatan Jeda Kemanusiaan yang ditanda tangani bulan Mei lalu.

Menurut Ridwan, pihaknya juga telah menghimbau, agar pihak organisasi penyalur bantuan untuk berlaku jujur dan transparan dalam pemberian bantuan kepada korban DOM dan pasca DOM di Aceh. "Kami meminta kepada para ulama-ulama dan seluruh masyarakat di Aceh untuk dapat terus menerus memantau jalannya Jeda Kemanusiaan di Aceh," tambah dia.

Walaupun begitu, CFW menilai, suasana di Serambi Mekah ini sudah semkin kondusif, sejak diefektifkannya kesepakatan tersebut. Beberapa hari ini di wilayah ini diguyur air hujan sehingga dapat mendinginkan suasana, ujar Ridwan lagi. (zal)

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh


Source: Detikcom, Rabu, 6 Juni 2000, 05.08 WIB