From: "RADIO NIKOYA 106.15 FM" [nikoyafm@aceh.wasantara.net.id]
Date: Tue, 3 Aug 1999 21:15:07 +0700
Pengungsi Aceh Nekat Mogok Massal
Mulai Stress, Tujuh Orang Lupa Ingatan
SIGLI, Radio Nikoya-FM (4/8). Drama sedih pengungsian Aceh makin
memilukan. Terutama, di kawasan pengungsian Kabupaten Pidie. Sekitar
61.100 jiwa yang menghuni 15 lokasi pengungsian, dalam seminggu terakhir
ini terluhat makin parah kondisinya. Selain stok bahan makanan dan
kebutuhan sehari-hari mulai menipis, jumlah orang yang sakit di
kamp-kamp pengungsian mulai bertambah. Bahkan, sampai saat ini sudah ada
tujuh orang yang mengalami gangguan jiwa akibat stress di dua lokasi
pengungsian Masjid Rambayan dan Masjid Abu Daud Beureueh.
Koordinator Aksi Sosial Sayang Aceh (ASSA) rakyat Merdeka di Banda Aceh,
Imam Mawardi yang selama dua hari kemarin berada di kamp pengungsian
Masjid Abu Daud Beureueh dan Masjid Teupin Raya, situasi di pengungsian
makin menegangkan. Menurut keterangan beberapa pengungsi, kondisi ini
terjadi karena pada tanggal 4 dan 5 Agustus (hari ini), ada seruan dari
kalangan LSM dan aktifis mahasiswa agar seluruh rakyat Aceh melakukan
mogok massal.
Dari pantauan di lapangan, secara umum para pengungsi di Aceh mendukung
aksi itu. Karena, mogok massal ini merupakan tuntutan dari rakyat Aceh
agar PPRM segera ditarik dari Aceh. Tapi, persoalannya adalah stok bahan
pangan di pengungsian yang makin menipis. Dalam situasi normal
saja bantuan yang masuk mengalami kesulitan keamanan. Apalagi nanti
kalau mogok, kata seorang relawan.
Selain itu, kondisi terakhir di 15 titik lokasi di Kabupaten Pidie yang
sempat dipantau, makin menunjukkan kondisi yang memburuk. Jatah makanan
makin menipis. Penyakit diare, demam, kulit, Ispa (Infeksi saluran
pernafasan), dan tipus pada anak-anak makin bertambah jumlahnya.
Tercatat, 272 orang dewasa dan anak-anak terserang penyakit itu.
Pihak kesehatan Puskesmas pembantu di tiga kecamatan di Pidie dan
posko kesehatan yang dibuat di lokasi pengungsian tak bisa lagi
menampung. Jumlah obat-obatan yang makin menipis dan jumlah tenaga
paramedis yang terbatas, membuat petugas kesehatan tak bisa berbuat
banyak. Sehingga, mereka yang sakit hanya diberi perawatan seadanya.
Bahkan, terhadap tujuh orang yang dinyatakan hilang ingatan (gila, red)
itu, oleh panitia pengungsian di tempatkan di lokasi tertentu. Diantara
mereka, terpaksa ada yang harus diikat. Ini dilakukan arena aktifitas
mereka yang mulai berbahaya. Sehingga, dari pada mengganggu pengungsi
yang lain terpaksa diperlakukan semacan itu. Selain itu, pihak
keluarganya sendiri tak mau jauh dari si penderita.
Menu untuk makan para pengungsi pun makin memprihatinkan. Selama satu
bulan pertama pengungsian (bulan Juni lalu) para pengungsi itu masih
bisa memenuhi kebutuhan makanan tambahan dari bekal yang dibawa dari
kampung. Tapi, memasuki bulan kedua (bulan Juli sampai awal Agustus),
sebagian besar bekalnya sudah menipis.
Satu lokasi pengungsian, sehari menimal membutuhkan Rp 25 juta.
Jadi, dalam satu bulan paling tidak satu lokasi pengungsian ini
membutuhkan dana sebesar Rp 300 juta. Nah, selama dua bulan ini,
kebutuhan ini masih swasembada pengungsi dan masyarakat sekitar lokasi
pengungsian. Soal bantuan, kita sulit mengandalkan karena itu
insidental. Lagi pula, pengungsi di sini sangat selektif terhadap
bantuan. Asal dari pemerintah, mereka akan menolak, kata M Ilyas,
koordinator pengungsi Masjid Abu Daud Beureueh yang juga Purek III
Universitas Jabal Ghafur, Pidie.
Jadi, lanjut dia, terpaksa selama dua minggu ini jatah makan dari
panitia hanya dua kali sehari. Yaitu, pada pukul 14.30 WIB dan 20.30
WIB. Itu pun dengan lauk yang sangat terbatas. Menu utama lauk di
sini adalah ikan asin. Untuk sayur, ya seadanya. Biasanya pisang pun
kami jadikan sebagai lauk, kata Ilyas lagi.Aparat Berjaga
Sementara itu, suasana di Sigli --ibukota Kabupaten Pidie-- ketegangan
makin bertambah. Ini terjadi karena sejak kemarin (3/8), pihak aparat
militer mulai melakukan penjagaan ketat di kantor-kantor pemerintahan.
Selain itu, dalam pantauan Rakyat Merdeka tampak 17 truk militer yang
mengangkut pasukan PPRM dan Brimob dengan posisi siap tembak di atas
truk, tampak lalu lalang di sepanjang jalur Sigli Lhokseumawe.
Toko-toko di kota Sigli, hanya melakukan aktifitasnya sampai pukul 11.00
WIB saja. Sebagian, bahkan sudah ada yang tidak buka sama sekali. Hal
yang sama juga terjadi pada angkutan antarkota. Aksi mogok yang juga
didukung oleh Organda Banda Aceh itu, ternyata membuat banyak angkutan
tak beroperasi. Bahkan, angkutan penumpang Medan Banda Aceh sendiri
sejak sebulan ini tak banyak lagi yang beroperasi.Borong Barang
Suasana di kota Banda Aceh sendiri, sampai sore kemarin masih normal. Di
terminal Berawe sendiri, mulai pukul 14.00 WIB sudah tak satu pun bus
jurusan Medan atau Lhokseumawe beroperasi. Di terminal Berawe, hanya
tampak tiga labi-labi (angkutan kota, red) jurusan Selimum. Hal ini
berbeda dengan suasana di pasar Peunayung dan pasar Aceh, Banda Aceh.
Sejak sore sampai malam pasar itu tampak dipadati warga yang berbelanja.
(Tim).
Team Reporter Nikoya-FM melaporkan dari Banda Aceh.
News Devision
RADIO NIKOYA 106.15 FM
Banda Aceh Hit Radio Station
|