:
00.30 Wib Sabtu, 22
April 2000
Empat Ledakan Guncang Banda Aceh
Serambi-Banda Aceh
Sejumlah orang tak dikenal, Jumat malam
melakukan akasi penggeranatan tiga kantor pemerintahan plus Sekeretariat KRA di
Banda Aceh. Aksi penggeranatan yang menguncangkan kota Banda Aceh itu terjadi
antara antara pukul 19.00 hingga pukul 20.15 WIB. Sasaran ledakan granat rakitan
itu mengenai empat titik, masing-masing di halaman kantor sekretariat Kongres
Rakyat Aceh (KRA), gedung Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Aceh,
kantor Bappeda Kodya Banda Aceh dan halaman kantor gubernur KDH
Aceh.
Sejumlah warga yang sedang lalu lalang dijalan raya maupun dirumah
kediamannya, sempat panik dan ketakutan ketika mendengar ledakan tersebut.
Pengguna jalan sempat menyaksikan aksi itu dilakukan lelaki berkendaraan sepeda
motor, setelah melemparkan granat mereka langsung tancap gas. Suara ledakan itu
sangat keras dan terdengar sampai radius tiga kilometer.
Para pengguna jalan,
begitu mendegar ledakan langsung bergegas pulang kerumahnya masing-masing.
Ledakan itu umunya di lemparkan di halaman kantor-kantor pemerintahan tersebut,
termasuk di Sekretariat KRA yang terletak di kawasan Prada Utama.
Menurut
sumber, ledakan yang menghantam halaman sekretariat KRA itu mengakibatkan
kerusakan ringan satu unit mobil yang diparkir di depan kantor.
Kapolres Aceh
Besar Letkol (Pol) Sayed Husaini, mengakui kasus penggranatan di empat lokasi
tersebut. "Granat yang dilemparkan orang tak dikenal itu hanya mengenai halaman
di empat lokasi terpisah. Setelah melemparkan granat, pelaku yang diperkirakan
mengendarai sepeda motor itu langsung melarikan diri," tambahnya. Menurut
perkiraan Kapolres, para pelaku penggranatan itu diduga mengendarai sepeda
motor. Sasaran pertama kemungkinan kantor Sekretariat KRA, lalu ke kantor
gubernur, kemudian BPKP selanjutnya baru ke Kantor Bappeda Banda Aceh.
"Perkiraan itu berdasarkan urutan waktu kejadian," tambahnya.
Sementara itu,
aparat keamanan terus dikerahkan untuk mengejar pelaku, namun hingga berita ini
diturunkan belum satupun para tersangka dari kelompok sipil bersenjata yang
tertangkap. Pasca kejadian tersebut, kantor gubernur Aceh yang terletak di jalan
padat lalulintas itu dijaga ketat oleh pasukan elit polisi (Gegana).
Di
Sekretariat KRA, ledakan bom rakitan itu memecahkan kaca mobil Hiline yang di
parkir di halaman sekretariat Kongres Rakyat Aceh (KRA). Peristiwa itu
mengagegatkan sejumlah staf panitia yang berada di dalam kantor, kata Ketua Umum
panitia pelaksana KRA, Tgk H Syech Syamaun Risyad LC kepada Serambi, tadi
malam.
Menurutnya, kejadian itu hanya memecahkan kaca mobil Taft Hiline BL 10
AC yang dipinjam pakaikan untuk panitia. Bagian kiri dari mobil dinas yang
menghadap ke arah kantor itu berhamburan. Sedangkan bagian lainnya dari
sekretariat maupun orang yang berada di dalam ruangan kantor itu luput dari bom
itu.
Menurut salah seorang staf panitia lainnya, aksi itu diduga dilancarkan
orang tak dikenal dengan cara melemparkan suatu benda semacam bom ke arah kantor
tersebut. Diperkirakan, pelakunya melemparkan benda itu dari jalan di luar pagar
sekretariat KRA yang berada di Kawasan Kelurahan Perada Utama, Banda Aceh.
(ed/ant)
Pengungsi Idi "Menyerbu", Politeknik
Kewalahan
Serambi-Lhokseumawe
Politeknik Negeri Lhokseumawe,
Jumat (21/4) siang, dikejutkan dengan munculnya sekitar 500 kepala keluarga (KK)
pengungsi dari Idi, Aceh Timur. Sementara 1.445 jiwa pengungsi dari Kuta Makmur
belum juga pulang hingga Politeknik tidak mampu menampung pengungsi
Idi.
"Kehadiran mereka benar-benar membuat kami kaget. Soalnya para pengungsi
dari Idi itu tidak memberitahukan kedatangan mereka," ujar Kahumas Politeknik
Lhokseumawe Drs Amiruddin Cut kepada Serambi, Jumat.
Sekitar pukul 11.00 WIB
kemarin, ratusan pengungsi Idi dengan menumpang berbagai jenis kendaraan
mendatangi Kampus Politeknik di Jalan Medan - Banda Aceh Buket Rata Kecamatan
Blang Mangat. Mereka menikmati makan siang seadanya di tengah selasar Politeknik
setelah menempuh perjalanan sekitar 100 Km.
Belum diketahui secara jelas
kenapa warga Idi mengungsi ke Lhokseumawe, padahal mereka lebih dekat ke Langsa,
ibukota Aceh Timur, yang hanya berjarak dari Idi 70 Km. Malah, kota Langsa
sendiri lebih aman ketimbang Lhokseumawe.
Menanggapi kehadiran pengungsi
tersebut, Amiruddin mendesak pihak Pemda Aceh Timur agar lebih peduli terhadap
rakyatnya. "Bupati Azman Usmanuddin harus bisa mengurus masyarakat Idi yang
telah mengungsi. Pemda Aceh Timur tidak boleh membiarkan pengungsi begitu saja,"
katanya.
Selama ini, 327 KK pengungsi telah 10 bulan menempati Gedung Serba
Guna Politeknik. Amatan Serambi, kehidupan pengungsi memprihatinkan karena hidup
dengan fasilitas seadanya. Pihak Politeknik, menurut Direkturnya Ir Yuhanis
Yunus MT, sudah beberapa kali mendesak Pemda Aceh Utara untuk lebih serius
mengurus pengungsi agar tugas Politeknik sebaga lembaga pendidikan tidak
terabaikan.
"Namun desakan itu, sejauh ini, belum mendapat respon positif
dari Pemda Aceh Utara. Malah, kini Pemda Aceh Timur ikut-ikutan membebani
Politeknik," ucap Amiruddin.(j)
"Ada Konspirasi untuk Singkirkan Pembela
Sipil"
Serambi-Medan
Alamsyah Hamdani SH dari Kamaluddin Lubis
SH & Associates selaku kuasa hukum Taleb alias Aman Suar (47), terdakwa
dalam kasus pembunuhan Tgk Bantaqiah di Desa Beutong Ateuh, Aceh Tengah
mengatakan ada konspirasi politik "menyingkirkan" pembela terdakwa sipil dalam
kasus ini.
Sebab, menurut Alamsyah kepada wartawan Kamis (20/4) yang didam-
pingi pembela Bantaqiah lainnya dari associates yang sama, sejak terdakwa Taleb
ditahan di rumah tahanan Polda Sumatera Utara 23 Desember 1999 hingga berkas
perkara yang disidangkan secara koneksitas di PN Banda Aceh Rabu (19/4)
dilimpahkan ke kejaksaan Tinggi Aceh, mereka tetap mendampingi terdakwa dalam
memberikan bantuan dan nasehat hukum kepada terdakwa.
Namun saat akan
disidangkan kasus tersebut, pembela tak diberitahu lagi, dan kemudian pembela
dituding sepertinya mengelak tanggungjawab terhadap klien. "Ini sebuah rekayasa,
seolah-olah kami tak mau mendampingi terdakwa di pengadilan," kata
Alamsyah.
Dikatakan, tak benar HM Kamaluddin Lubis SH dkk tak mau mendampingi
terdakwa seperti yang dilansir media masa tak benar pula terdakwa tak mau
didampingi pengacara. Sebab, kata Alamsyah, sehari sebelum terdakwa dibawa ke
Banda Aceh, tepatnya 11 April 2000, ia masih berharap banyak, agar dirinya tetap
didampingi pembela di pengadilan, apabila kasusnya mulai digelar.
Dari sini,
Alamsyah menilai ada kesan konspirasi politik di balik semua ini. Diduga semua
skenario ini sengaja disusun rapi tim koneksitas. Dalam pasal 89 ayat 1,2, dan 3
KUH Acara Pidana, tim koneksitas itu terdiri dari militer, Polri, dan Kejaksaan.
Tim ini diduga sengaja menghembuskan, pembela tak mau mendampingi terdakwa, atau
terdakwa tak mau lagi didampingi pembela.
Kesan lain, kata Alamsyah Hamdani,
ada dugaan semacam ketakutan apabila berkas perkara terdakwa sipil, tetap
didampingi pembela dari Kamaluddin Lubis SH & Associates.
Menindaklanjuti
kasus ini, HM Kamaluddin Lubis SH & Associates sudah melayangkan surat 19
April yang ditujukan kepada Kapolri c.q Dankor Serse Polri yang tembusannya
dikirim ke Presiden, Ketua Mahkamah Agung, Meneg HAM, Jaksa Agung, Kapolda
Sumut, Ketua Pengadilan Tinggi Aceh, Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh, dan
Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh.
"Kami yakin, maksud perintah RI menggelar
peradilan koneksitas ini adalah dalam rangka menegakkan supremasi hukum dan hak
asasi manusia yang prosesnya harus dilakukan secara terbuka dan trans- paran
(untuk umum), namun sangat disayangkan kepada kami selaku penasihat hukumnyapun
ada proses yang seolah-olah ditutupi sehingga tim penasihat hukum dari sipil
terkesan 'disingkirkan'. Sehingga kita mendapat kesan ingin menegakkan hukum dan
hak asasi manusia dengan mengabaikan hak asasi manusia itu sendiri," tulis
pembela Aman Suar dalam suratnya.
Menurut sebuah sumber di Medan,
"ketakutan-ketakutan" dalam menggelar sidang koneksitas yang dinilai sepertinya
hanya sandiwara saja, agar terdakwa di balik ini kasus ini, tidak terseret ke
pengadilan.
Hal-hal lain yang dinilai terkesan dalam kasus ini agak janggal,
terdakwa Aman Suar diduga sengaja dikorbankan menjadi terdakwa, dengan dalih
sebagai penunjuk jalan ke lokasi rumah Bantaqiah. "Padahal di bawah todongan
senjata, ia dipaksa menunjukkan lokasi," kata sumber tersebut.
(lau)
Martunis dan Syahrul Tewas
Ditembak
Serambi-Meulaboh
Kanit Bimas Polsek Woyla, Serka
Martunis (35) dan Syahrul (32) penduduk setempat meninggal dunia akibat
diberondong orang bersenjata di kawasan Desa Alue Sikaya -- tiga kilometer dari
Mapolsek -- kecamatan setempat, Kamis (20/4) sekitar pukul 14.00 WIB. Sementara
Syahrul (32) penduduk setempat yang ikut patroli rutin bersama anggota Polsek
itu juga tewas seketika setelah beberapa butir timah panas menembusi tubuhnya.
Kasubsektor Aceh Barat Letkol Pol Drs Satriya Hari Prasetya kepada Serambi
Jumat (21/4) mengatakan, peristiwa yang menewaskan Kanit Bimas Polsek Woyla
Serka Martunis dan Syahrul terjadi Kamis (20/4) sekitar pukul 14.00 WIB.
Menurut Kasubsektor Letkol Pol Drs Satriya Hari Prasetya dan Kapolres Aceh
Barat Letkol Pol Drs Her Aris Sumarman, musibah itu terjadi di saat tujuh
anggota Polsek Woyla dan seorang anggota masyarakat (Syahrul) melakukan patroli
rutin dengan mengenderai empat sepada motor.
Setiba di Desa Alue Sikaya,
persis dekat jembatan, tambah Letkol Satriya Hari Prasetya, tiba-tiba mendapat
penghadangan dari kelompok pengacau keamanan, sehingga mengakibatkan Serka
Martunis dan Syahrul (kedua mereka berboncengan) tewas ditempat karena ditembusi
beberapa butir peluru.
Dalam insiden itu sempat terjadi kontak senjata.
Bahkan serangan dari kelompok sipil bersenjata itu benar-benar sangat gencar,
kata Letkol Satriya sambil menambahkan, sesuai permintaan pihak keluarganya,
jenazah Serka Martunis Jumat (21/4) diantar ke Kampungnya, Manggeng Aceh Selatan
untuk dikebumikan. .
Sementara Direktur RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh, Dr Teuku
Amir Hamzah Sp.PD melalui petugas UGD kepada Serambi Jumat (21/4) mengatakan,
kedua korban -- Martunis dan Syahrul -- saat tiba di rumah sakit sudah
meninggal, karena kedua korban itu mengalami luka tembak yang cukup serius.
"Hampir sekujur badan ditembusi peluru," tandas petugas UGD sambil menyebutkan
kedua jenazah korban sudah dikeluarkan dari rumah sakit.(tim)
Petani Aceh Rugi 66 Milyar Akibat Gangguan Kemanan dan
Iklim
Serambi-Banda Aceh
Selama tahun 1999, petani tanaman
pangan di Aceh mengalami kerugian sekitar Rp 66 milyar akibat terjadinya
gangguan keamanan dan perubahan iklim. Kerugian terbesar dialami petani padi,
sekitar Rp 52,399 milyar.
"Besarnya kerugian petani padi tersebut akibat luas
areal tanaman padi yang rusak dan fuso akibat kedua kedua jenis gangguan
mencapai 12.476 hektare," ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, Ir
Rusli Arifin, melalui Kasubdis Produksi, Ir Marwan HM, MS, kepada Serambi,
Kamis.
Bila dikonversi dengan tingkat produktivitas sawah sekitar 4,28 ton
gabah/hektare, maka tanaman padi yang rusak dan fuso itu dapat menghasilkan
gabah sekitar 52.399.2000 kg. Dengan harga gabah rata- rata Rp 1.000/kg, akan
menghasilkan uang Rp 52,399 milyar. "Nilai kerugian itu sangat besar, dan perlu
menjadi perhatian semua pihak," ujarnya.
Dari 12.476 hektare tanaman padi
yang rusak dan fuso, katanya, terluas terjadi di Aceh Timur (4,081 hektare),
kemudian disusul Aceh Utara 3.580 hektare, dan Pidie 1.940 hektare. Aceh Besar
mencapai 1.921 hektare, Aceh Tenggara 520 hektare, Aceh Tengah 262 hektare, Aceh
Selatan 170 hektare, dan Aceh Barat dua hektare.
Dari ke delapan Dati II
penghasil gabah, rincinya, kerusakan dan padinya fuso akibat gangguan keamanan
terbanyak terjadi di Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur. Sedangkan lima lagi,
lebih disebabkan oleh perubahan iklim, serangan hama atau penyakit.
Selain
padi, katanya, tanaman kedelai yang mengalami kerusakan mencapai 3.769 hektare.
Dengan produktivitas rata-rata 1,4 ton/hektare, produksi yang hilang mencapai
5.314.400 kg. Jumlah yang hilang itu bila dikali dengan harga tampungnya sekitar
Rp 1.000/kg, maka kerugian yang dialami petani kedelai mencapai Rp 11,691
milyar.
Kemudian tanaman jagung mencapai 693 hektare. Dengan produktivitas
2,87/hektare, produksi yang hilang mencapai 1.988.910 kg atau sekitar Rp 1,988
milyar (Rp 1.000 per kg).
Sementara tanaman kacang tanah dan kacang hijau
yang rusak sekitar 210 hektare. Dengan produktivitas tanaman kacang hilau
sekitar 1 ton/hektare dan harga Rp 3.000/kg, maka petani mengalami kerugian Rp
630 juta. Sedangkan kacang tanah hanya Rp 176 juta, karena areal tanaman yang
rusak relatif rendah hanya 44 hektare.
Sejumlah pedagang pengumpul palawija
di Banda Aceh yang ditemui Serambi, Jumat mengatakan, akibat banyaknya tanaman
tanaman kedelai, kacang tanah dan kacang hijau yang rusak tahun lalu, pihaknya
terpaksa memasok komoditas tersebut dari luar daerah guna memenuhi kebutuhan
pasar lokal. "Untuk mendapatkan kacang kedelai lokal kini sangat sulit, tapi
kacang kedelai impor cukup banyak dengan harga di atas Rp 3.000/kg," kata
Husaini, salah seorang pedagang hasil Bumi di jalan Idi Banda Aceh.
Tidak
hanya itu, harga kacang tanah dan kacang hijau juga pasarannya mulai bergerak
naik. Kacang hijau bervariasi antara Rp 4.000 - Rp 5.000/kg, sedangkan kacang
tanah Rp 6.000 - Rp 7.000/kg.(her)
Rumah Karyawan PIM Dibakar
Serambi-Lhokseumawe
Kepanikan hebat melanda warga Desa Tumpoek
Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Jumat (21/4) dinihari, menyusul
aksi pembakaran rumah di tengah pemukiman rapat sekitar pukul 03.15 WIB. Satu
rumah terbakar, dua selamat, dan puluhan warga sekitar lokasi pembakaran
menjerit histeris sambil mengeluarkan barang-barangnya ke luar rumah.
Suasana
gaduh di tengah malam buta yang ditingkahi dengan tangisan kaum wanita dan
anak-anak menjadikan kawasan pemukiman padat tersebut tidak menentu. Sementara
kaum laki yang di antaranya cuma mengenakan kain sarung berusaha keras
memadamkan api yang sedang membara di rumah Lorong IV Gang Bidan
tersebut.
Menurut keterangan, rumah yang dibakar itu adalah milik Irianto
(37), karyawan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM). Tiga unit rumahnya, yang dua di
antaranya disewakan kepada Syahrul dan Suprianto. Ketiga rumah tersebut
dindingnya telah disiram dengan bensin yang dicampu garam.
Namun, warga yang
bergerak cepat berhasil mengatasi kebakaran agar tidak lebih luas. Pada saat
kejadian, Irianto dan keluarganya tidak berada di rumah. Konon, ia sedang ke
Medan. Tetapi, rumahnya tidak sampai terbakar habis karena kesigapan warga.
Sedangkan dua rumahnya yang disewakan luput dari jilatan si jago
merah.
Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal yang didampingi
Perwira Penghubung Penerangan, Kapten Pol Drs AM Kamal, sangat menyesalkan
tindak pembakaran tersebut. "Pelakunya sangat tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Apakah tidak terlintas di benak mereka kalau rumah itu terbakar maka semua rumah
penduduk di sana akan hangus. Apalagi, pemukimannya sangat padat," ungkap
kapolres.
Menurutnya, pembakaran tersebut bermotif pemerasan. Berdasarkan
penyelidikan yang dilakukan kepolisian diperoleh petunjuk, bahwa pelaku membakar
rumah itu karena pemiliknya menolak memberikan uang Rp 1,5 juta yang diminta
kelompok pembakar, seminggu sebelum kejadian.
Kelompok itu diidentifikasi
berjumlah lima orang. Namun, semuanya berhasil meloloskan diri pada saat warga
mulai terbangun dan keluar rumah begitu mendengar jerit minta tolong dan
kebakaran dari dua penghuni rumah yang mencium bau bensin menyengat dan bau
kebakaran.
Kapolres mengatakan, tindakan itu membuktikan bahwa ada
upaya-upaya tanpa henti yang dilakukan kelompok GBPK untuk menimbulkan keresahan
dan ketakutan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Aksi pembakaran ini
berlangsung beruntun. Sehari sebelumnya dua rumah di Kelurahan Kutablang yang
merupakan tetangga Desa Tumpoek Teungoh, juga dibakar. Masing-masing milik Kadis
Kebersihan Aceh Utara, Karimuddin, dan rumah dokter spesialis penyakit dalam RSU
Lhokseumawe, Djoko Merdiko Putro. (tim)
Pengadilan Negeri Lhokseumawe Dibakar
Lagi
Serambi-Lhokseumawe
Gedung kantor Pengadilan Negeri
Lhokseumawe di Jalan Medan-Banda Aceh, kawasan Desa Alue Awe, Kecamatan Muara
Dua, Jumat (21/4) tadi malam, kembali dibakar setelah beberapa waktu lalu dibom
dan juga dibakar.
Bangunan yang dibakar sekitar pukul 20.00 WIB itu, sudah
sejak lama tidak dipergunakan untuk prosesi peradilan menyusul dua peristiwa
sebelumnya. Bahkan sebagian besar bangunanya seperti pintu dan jendela dalam
keadaan rusak berat. PN Lhokseumawe sejak awal tahun kemarin berkantor di gedung
lama di Jalan Iskandar Muda.
Sejauh ini belum diketahui motif pembakaran
bangunan bekas pemboman dan pemberangusan dimaksud. Namun, kepolisian menduga
kuat sebagai aksi teror mental guna menimbulkan keresahan dan ketakutan warga.
Sampai pukul 21.00 WIB apai masih berkobar dan tak ada mobil pemadam kebakaran
yang datang. (tim)