Update: 03.35 Wib Kamis,  10  Pebruari 2000


Markas GAM Digempur, Empat Tewas


* Granat Bunuh Diri Cederai Delapan TNI

* Polisi Korban Penggranatan Meninggal

Serambi-Lhokseumawe
Empat gerilyawan GAM tewas dan delapan prajurit TNI cedera menyusul pecahnya kontak senjata antardua kekuatan berseberangan itu di Desa Cot Merbo, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, 27 km selatan Kota Lhokseumawe, selepas shubuh Rabu (9/2) kemarin. Dari tangan keempat prajurit GAM yang tewas aparat menyita empat pucuk senjata api rakitan, masing-masing dua laras panjang dan pendek.
Di tempat yang sama, delapan anggota TNI dilaporkan cedera karena terkena serpihan ledakan granat bunuh diri, Mukhtar Hasan (26), seorang dari empat anggota GAM yang tewas, sesaat menjelang ajalnya. Kesemua aparat yang luka-luka kini dirawat di RS Kesrem Lhokseumawe. Tapi AGAM mengklaim, granat bukan dilepas gerilyawan melainkan oleh aparat sendiri. Selain empat sipil yang menjadi korban, kata AGAM, sejumlah aparat juga bernasib yang sama.
Sedangkan jenazah anggota GAM yang tewas, sekitar pukul 16.00 WIB petang kemarin dijemput keluarganya dari kamar mayat RSU Lhokseumawe setelah dievakuasi dari lokasi kejadian oleh aparat keamanan dengan menggunakan truk militer pukul 10.00 WIB.
Selain Mukhtar HS, tiga gerilyawan GAM yang tewas lainnya masing- masing Muchtar AS (20) -- keduanya penduduk Cot Merbo, Lukman Sufi (21), warga Desa Alue Sagoe Weng, Kutamakmur, dan Saifullah (25), warga Desa Cibrek, Kecamatan Tanah Pasir.
Menurut keterangan yang dihimpun Serambi, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 05.30 WIB berawal dari penggerebekan sebuah rumah di atas lahan perkebunan milik karyawan sebuah provit di Lhokseumawe yang sejak seminggu terakhir dicurigai dijadikan sebagai markas GAM setelah lama tak dihuni penjaga kebun.
Dengan kekuatan pasukan dua regu, menurut Dandim Aceh Utara Letkol Inf Suyatno, kemarin, gabungan aparat keamanan (TNI/Polri) mengepung rumah tersebut. Namun, dari luar tidak terlihat adanya tanda-tanda rumah itu berpenghuni apalagi pintunya tampak tergembok dari luar. Tetapi mendadak dari rumah itu terdengar suara rentetan tembakan yang diiringi lemparan granat ke arah pasukan aparat.
Bersamaan dengan itu, dikabarkan, empat pria bersenjata api menghambur ke luar rumah hendak melarikan diri sembari terus melepaskan tembakan yang mendapat layanan balasan dari aparat. Sehingga terdengar suara tembakan bersahut-sahutan.
Dalam bentrok senjata yang dilukiskan berlangsung hampir 20 menit itu, tiga anggota GAM tewas. Sementara satu lainnya, walaupun tertembak nampak masih bernapas. Tetapi, pada saat aparat mendekati korban yang diidentifikasi bernama Mukhtar Hasan, tiba-tiba ia membuka kunci granat yang tergenggam di tangannya untuk kemudian membanting di dekat posisinya tergeletak yang mengakibatkan dia tewas dan delapan prajurit TNI yang sudah berada di dekatnya terkena serpihan ledakannya.
Menyusul ledakan granat tersebut terdengar jeritan dari anggota TNI yang terkena serpihan sehingga pada saat itu kembali meletus rentetan suara tembakan.
Sementara itu, jurubicara AGAM Tgk Ismail Syahputra yang berbicara via telepon tadi malam mengatakan, dalam insiden di Kuta Makmur itu, ada belasan pasukan TNI/Polri meninggal, dan sejumlah lainnya mengalami luka-luka kena serangan pasukan AGAM.
Menurutnya, insiden pertama antara pasukan TNI/Polri dengan pasukan AGAM terjadi pada pukul 06.30 WIB, di kawasan Desa Drien Tihang, Cot Meurubo, Buloh Blang Ara. Akibat peristiwa pertama itu, katanya, sesuai informasi dari Rumah Sakit Militer Lhokseumawe ada 16 korban yang diperkirakan tidak bergerak lagi. Bahkan, sebut Ismail Syahputra, dua tubuh aparat lainnya sudah dimasukkan dalam karung plastik.
Ia menjelaskan, dalam insiden kedua pada pukul 08.00 WIB, ada delapan anggota TNI/Polri yang diangkut ke rumah dalam kondisi sangat kritis. Kedelapan korban dalam peristiwa kedua itu, kecil kemungkinan untuk bisa selamat.
"Pasukan TNI/Polri mencoba gerebek Posko Pasukan Komando GAM Wilayah Pasee yang berlokasi di Desa Drien Trieng, namun AGAM sudah siap menunggu pada tempat yang sangat strategis, sehingga tak ada pasukan AGAM yang menjadi korban," sebut Ismail Syahputra melalui telepon tadi malam.
Menurut Ismail Syahputra, seusai insiden itu seluruh pasukan AGAM menarik diri dari kawasan tersebut. Sedangkan aparat, kata Ismail Syahputra, kemudian menggranat hingga tewas empat warga sipil penjaga kebun yang kebetulan agak berdekatan dengan base camp AGAM. Tempat kejadian itu dengan base camp AGAM, kata Ismail, sekitar 2 kilometer.
Keempat mayat sipil itu, kata Ismail, kondisinya sangat memprihatinkan. Keempat jenazah, menurut juru bicara AGAM itu, sampai tadi malam masih dibaringkan di RSU Lhokseumawe. Selain itu, tambah Ismail, aparat juga membakar lima rumah penduduk di Desa Cot Meureubo.
Menonjol
Akibat kejadian itu tingkat ketegangan di Lhokseumawe kemarin pagi terlihat sangat menonjol. Selain deru helikopter yang terus meraung-raung di atas udara ibukota Kabupaten Aceh Utara itu dan berulangkali mendarat di lapangan bekas pelabuhan kota gas dimaksud, juga terlihat armada militer melaju dengan kecepatan tinggi dari arah luar ke dalam Kota Lhokseumawe dengan senjata siap tembak dan mengarah ke luar truk.
Sementara di Kuta Makmur, pasca kejadian di desa dalam Kemukiman Buloh Blang Ara tersebut tidak terlihat masyarakat yang beraktivitas di luar rumah. Apalagi, pada siang harinya sejumlah aparat terlihat mondar-mandir di jalan line pipa Mobil Oil yang merupakan pembatas Kecamatan Kuta Makmur dengan Muara Dua.
Menurut Dandim Suyatno, selain empat pucuk senjata api rakitan yang disita dari tangan gerilyawan GAM yang tewas dari rumah yang dijadikan markas mereka, juga ditemukan beberapa jenis perkakas perakitan senjata, satu stel seragam loreng, dua stel PDL, tiga celana jeans, satu stel spak, dua butir peluru SS-1, dua butir peluru FN, dan satu butir peluru revolver.
Meninggal
Sementara itu, Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal mengabarkan, Serma Alimuddin, anggota Mapolsek Lhoksukon yang terluka karena lesakan granat GLM ke Mapolsek setempat pada malam hari kedua Idul Fitri lalu, Selasa (8/2) malam, meninggal di RS Brimob Poldasu Medan setelah koma hampir sebulan.
Jenazah almarhum yang dianugerahi kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi menjadi Pembantu Letnan Dua (Pelda), kemarin sore dikebumikan di desa asalnya Blang Cireh dengan upacara militer yang diinspekturi kapolres.
Didampingi Perwira Penghubung Penerangan, Kapten Pol Drs AM Kamal, Kapolres Syafei mengatakan, korban meninggalkan seorang istri dan sepasang anak yang masing-masing berumur 10 dan enam tahun. (tim)



Dua Warga Seulunyok Tewas Ditembak

Serambi-Lhokseumawe
Dua warga Desa Seulunyok, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, Selasa (8/2) malam, tewas ditembak hanya beberapa saat setelah dijemput empat pria bersenjata api dari rumahnya sekitar pukul 21.30 WIB. Keduanya dieksekusi di lokasi yang sama di desa asalnya. Kepolisian mengklaim pembunuhan tersebut dilakukan GBPK alias GAM. Belum didapat konfirmasi dari pihak AGAM tentang peristiwa ini.
Kedua warga yang dieksekusi kelompok bersenjata di kegelapan malam tersebut, menurut Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal, masing-masing bernama Syafei (45) dan Wahidin (40). Keduanya yang sedang berada di rumah Syafei dibawa secara paksa oleh kelompok tersebut. "Mereka dibunuh hanya sekitar 500 meter dari rumah almarhum Syafei," ungkap kapolres.
Setelah mengeksekusi kedua korban, dijelaskan kapolres, pelaku kemudian membakar habis rumah Syafei. "Selain kehilangan kepala keluarga, anak-anak dan istri Syafei juga kehilangan tempat tinggal. Sungguh kejam dan keji," tambah kapolres yang didampingi Perwira Penghubung Penerangan, Kapten Pol Drs AM Kamal, Rabu malam.
Kapolres mengatakan, kelompok pelaku pembunuhan dua warga Desa Seulunyok itu sudah diketahui pihak kepolisian. Dan saat ini tengah dalam proses pengejaran. Namun, sejauh ini ia mengaku belum mengetahui motif pembunuhan yang diikuti dengan pembakaran rumah tersebut.
Menurut data kepolisian, Syafei adalah seorang sipil yang sehari- hari berprofesi sebagai pedagang yang bergerak di bidang jasa warung kopi. Sementara rekan senasibnya, Wahidin, berpekerjaan tani. "Doakan mudah-mudahan kita bisa menangkap pelaku pembunuhan ini dalam waktu dekat," harap Syafei Aksal.
Catatan Serambi, akhir-akhir ini, modus operandi pembunuhan seperti ini sudah lama tidak terdengar di Aceh Utara menyusul meningkatnya intensitas kontak senjata disamping mengapungnya sejumlah tindak kejahatan modus lain seperti perampokan, perampasan, dan pemerasan. (tim)



Ditemukan Tiga Mayat Luka Bakar di Pidie


*Di Peudada: Mayat Tergorok

Serambi-Sigli
Sepanjang Selasa dan Rabu (9/2) kemarin, ditemukan empat mayat yang kondisinya sangat mengenaskan. Di Pidie ditemukan tiga mayat yang sekujur tubuhnya hangus terbakar dan mata tercungkil. Sedangkan di Kabupaten Bireuen, ditemukan mayat dengan leher tergorok.
Dua dari tiga mayat yang hangus terbakar ditemukan warga Cot Padanglila, Kecamatan Padangtiji, Pidie. Tak ada identitas pada kedua mayat itu, sementara kondisinya pun sangat buruk sehingga sulit untuk dikenali. Kedua korban sudah dikebumikan oleh warga yang menemukannya, siang kemarin. Sedang yang satu lagi --berluka bakar dan bola mata terjungkil-- ditemukan masyarakat Kecamatan Trienggadeng, Selasa (8/2), bernama M Jafar dan sudah dikebumikan keluarganya. Polisi belum mengetahui motif kematian tiga anak manusia tersebut.
Kapolres Pidie, Letkol Pol Endang Emiqail Bagus kepada Serambi, kemarin mengatakan pihaknya sudah mendapatkan laporan tentang adanya tiga mayat. Tapi, ia mengaku belum mengetahui motif tewasnya ketiga korban. "Kami sedang menyelidikinya, kami harap bantuan masyarakat," ungkapnya.
Mayat korban M Jafar ditemukan masyarakat setempat dalam kondisi mengenaskan. Selain sekujur tubuhnya mengalami luka penganiayaan, juga kedua bola matanya sudah hilang. Warga setempat menduga, sebelum dihabisi korban mendapatkan penganiayaan cukup berat.
Sedangkan mayat terbakar ditemukan masyarakat di kawasan Cot Padanglila, perbatasan Kecamatan Padangtiji/Muaratiga sekitar 1 kilometer dengan jalan raya Banda Aceh-Medan. Diketahuinya ada mayat terbakar, ketika salah seorang warga mencium bau busuk takala mencari kerbau piaraan di wilayah tersebut.
Setelah itu, warga tersebut memberitahu kepada masyarakat lainnya. Sehingga beberapa warga ikut menyaksikan dua mayat terbakar dalam kondisi mengenaskan. Satu diantaranya sangat memprihatinkan, karena salah satu kakinya sudah putus. Sedangkan bagian perutnya sudah terburai.
Salah satu ciri dari mayat itu, menurut warga setempat, kerangka badannya agak besar dan tinggi. Namun sangat sulit dikenali karena sekujur tubuhnya sudah mengalami luka bakar. Apalagi, tidak memiliki identitas apa pun. Kecuali celana dalam yang mereka pakai, itu pun sudah terbakar.
Sedangkan seorang lagi bertubuh kecil dan diperkirakan umurnya sekitar 18-20 tahun. Di tempat penemuan mayat yang sudah ditimbun sampah itu, masih menurut warga setempat, ditemukan secarik kain berwarna merah. Diperkirakan kain merah tersebut, salah satu warna baju yang dipakai mayat korban.
Karena kondisi mayat sangat sulit diangkat, sehingga warga setempat mengebumikannya di kawasan tersebut. Termasuk, secarik kain merah ikut ditanam bersama mayat korban. "Mayat itu sangat sulit dikenali, karena kondisi luka bakar sangat serius," kata warga setempat.
Gorok
Sedangkan masyarakat Desa Blang Kubu, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen dikejutkan, menyusul ditemukan mayat berluka gorok, tanpa identitas di kawasan desa mereka, Rabu (9/1). Keterangan yang dihimpun Serambi menyebutkan, mayat yang tergeletak di semak-semak pinggiran jalan raya, berkondisi leher nyaris putus. Saat ditemukan, mayat tersebut sudah membusuk dan mengeluarkan bau menyengat, karena diperkirakan, korban sudah meninggal empat hari, sebelum ditemukan.
Korban yang diperkirakan berusia 30 tahun, saat ditemukan memakai celana blue jean, tanpa baju. Pada bekas gorok, ditutupi/dibalut dengan isolatif, seperti isolatif perekat kardus. Begitu pula dengan ke dua mata korban yang juga ditutupi dengan isolasi jenis yang sama.
Mayat tersebut, akhirnya dievakuasi KSR PMI Wilayah Bireuen yang langsung ditangani ketuanya, Marzuki HS bersama para medis Puskesmas Peudada, serta aparat keamanan setempat, sekitar pukul 12.00 WIB. Karena kondisinya tidak memungkinkan untuk disemanyamkan lebih lama lagi, maka pada sore harinya disepakati untuk dikebumikan di kawasan desa itu juga.
Dijemput keluarga
Sementara itu, dua korban tewas dalam insiden di Desa Blang Gandai, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Selasa (9/2) sudah diketahui identitasnya, dan jenazahnya sudah dijemput keluarganya.
Keterangan yang diperoleh Serambi di RSU Bireuen, ke dua korban yang sempat tidak diketahui identitasnya, ternyata warga Kecamatan Jeumpa. Ke duanya, adalah Usman (25), warga Seuneubok Lhong, dan Nurdin (25) warga kawasan Blang Blahdeh Bireuen. "Mereka sudah dijemput keluarganya masing-masing," sebut sumber tadi.
Menurut sumber, korban Usman terlebih dahulu dibawa ke rumah sakit, beberapa jam kemudian, disusul warga lainnya, Nurdin yang kondisinya, juga sudah menjadi mayat. Sedangkan Nurdin disebut-sebut bukannya tewas di lokasi terjadinya insiden. Namun, ditembak di bagian bokongnya, ketika mencoba melarikan diri dengan melompat dari kenderaan aparat di salah satu desa di Kecamatan Juli.
Sebelumnya, Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal mengatakan kedua korban, tewas saat terjadinya kontak senjata di Desa Blang Rheum, Kecamatan Jeumpa, Selasa (8/2). Keduanya disebut kapolres, tanpa identitas, dan di klaim sebagai anggota GAM (Serambi, 9/2).(tim)



Danrem 012/TU:


Dalam Sweeping Prajurit Harus Berbaik Sangka

Serambi-Banda Aceh
Komandan Korem 012/TU Kolonel CZI Syarifudin Tippe SIp MSi memperingatkan seluruh prajurit TNI di jajarannya yang melakukan tugas sweeping atau pemeriksaan terhadap masyarakat agar senantiasa mengedepankan baik sangka. Sebab, dengan berbaik sangka itulah situasi yang sudah mulai kondusif ini dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.
Kolonel Syarifuddin selanjutnya memerintahkan kepada prajuritnya agar terhadap masyarakat yang sudah insyaf dari kekeliruannya selama ini, perlu dibina lebih lanjut supaya mereka bisa hidup tenang dan damai. "Jangan ada lagi dari pihak manapun, termasuk prajurit TNI, untuk mencurigainya. Marilah kita ciptakan suasana sejuk dan damai dengan berbaik sangka sesama manusia," kata Syarifudin, Rabu (9/2).
Menurut Danrem, ia telah meminta seluruh dandim dan komandan batalyon yang ada di jajarannya supaya terus mengawasi dan memantau anggota TNI di lapangan supaya tidak bertindak arogan apalagi sampai menyakiti dan merugikan rakyat. "Saya mendapat masukan, masih ada anggota TNI yang bertugas di lapangan mencoba mencari keuntungan pribadi. Benar tidaknya masukan itu, ini harus diperhatikan benar oleh para komandan di lapangan," ujarnya.
Danrem menyatakan, setiap orang yang berbuat baik, pasti ada pula orang lain yang tidak senang. Karena itu, semua prajurit harus mewaspadai hal ini dan sekaligus dapat terus berpegang teguh pada delapan wajib TNI dan tujuh perintah harian Danrem. "Kalau ini dihayati dan dilaksanakan seluruh parajurit di lapangan, Insya Allah kondisi Aceh ini dapat segera pulih." (tim)



Warga Protes Kantor Camat Dijadikan Posko Brimob

* Kasub Sektor: Camat yang Tawarkan

* Camat: Saya tak Pernah Tawarkan

Serambi-Langsa
Masyarakat Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur, mengeluh dan memprotes kantor Camat setempat dijadikan Posko Brimob. Camat Simpang Ulim, Drs Zainal Abidin, mendesak Bupati Aceh Timur Drs Azman Usmanuddin MM agar segera mengambil kebijakan yang tidak merugikan masyarakat.
Sejumlah warga Simpang Ulim yang mendatangi Biro Serambi di Langsa, Selasa (8/2), mengatakan keluhan dan protes itu juga telah disampaikan kepada tim Pansus anggota DPRD Aceh Timur, baru-baru ini. Menurut mereka, tokoh-tokoh masyarakat, bahkan Pak Camat sendiri, merasa tak berdaya meminta aparat pindah dari Kantor Camat tersebut.
"Sudah lama kami mengeluh, tapi tidak ada yang menanggapi," kata seorang kepala desa yang tak ingin ditulis namanya. "Kami selalu merasa cemas kalau berurusan di kantor camat, karena banyak sekali Brimob," ungkapnya.
Seorang tokoh masyarakat menambahkan, "Kalau memang kantor itu sudah diberikan kepada aparat. Sebaiknya Pemda segara membangun kantor camat lain," ujar sang tokoh yang juga tak bersedia disebutkan namanya.
Kasub Sektor I Aceh Timur, Letkol Pol Drs Priyatna, yang ketika ditanya Serambi mengatakan, sejumlah anggota Brimob yang tinggal dan membuat Posko di kantor camat tersebut, adalah permintaan Pak Camat-nya sendiri.
"Waktu itu (sekitar enam bulan lalu -Red), kantor-kantor camat kan pada dibakar. Mungkin untuk keamanan, Pak Camat-nya (Camat Simpang Ulim -Red) minta kami menempati beberapa ruangan di kantor camat itu," jelas Priyatna.
Mengenai kecemasan masyarakat, menurut Priyatna, seharusnya tidak perlu takut. "Karena, aparat datang kan untuk keamanan masyarakat juga. Bukannya mau mengganggu," ujarnya. Priyatna memastikan aparat yang ber-Posko di kantor camat Simpang Ulim itu tidak akan mengganggu aktivitas maupun masyarakat yang datang berurusan di kantor itu. "Tapi, kalau datangnya bawa-bawa senjata, ya tentu kita tahan dong.. ," tambah Kasub Sektor.
Camat Simpang Ulim, Drs Zainal Abidin, yang ditanya terpisah, membantah ia yang meminta aparat tinggal dan ber-Posko di kantornya. "Saya tidak pernah minta. Dulu, waktu pertama kali ditempati, hasil rapat (rapat Muspika -Red) yang memutuskan supaya sebagian kantor camat ditempati aparat. Karena tempat lain tidak ada," ungkapnya. "Saya mau bilang apa, karena itu sudah keputusan rapat."
Selanjutnya, kata Zainal, masyarakat Simpang Ulim terus-menerus mengeluh dan protes. Namun, aparat keamanan yang telanjur menempati dan membuat Pos di kantor camat, bahkan berganti kesatuan, tak pindah-pindah juga. "Saya tidak tahu harus bagaimana. Kita hanya berharap, bupati yang sekarang ini (Azman Usmanuddin -Red) segera membuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini, yang tak lagi merugikan masyarakat," harapnya.
Diakuinya, selama beberapa bulan ini --sejak kantor camat ditempati aparat-- aktivitas kantor berlangsung di rumah dinas camat. Bahkan kalau perlu camat untuk suatu keperluan, masyarakat dan kepala desa kerap mencegat camat di jalan atau warung kopi. "Masyarakat, bahkan kepala-kepala desa, takut ke kantor camat. Karena ada aparat, kata mereka. Saya tak mengerti mengapa mereka begitu takutnya," ungkap Zainal, yang memang lebih sering berkantor di rumah dinas yang berjarak sekitar 400 meter dari kantor camat.
Awalnya, kata Pak Camat, di "Posko kantor camat" itu ditempati aparat TNI. Setelah TNI ditarik, digantikan PPRM. Sekarang giliran aparat Brimob yang tinggal dan ber-Posko di sana.
Amatan Serambi, sebagaimana Posko-posko keamanan lainnya, di depan kantor camat Simpang Ulim juga terlihat tumpuk-tumpukan karung pasir, serta sejumlah Brimob bersenjata yang berjaga-jaga di teras kantor dan halaman depan.(non)



Pengungsi Tanah Luas Alami Muntah Mencret

Serambi-Lhokseumawe
Puluhan warga yang mengungsi ke masjid Leubok Reusep dan masjid Jannati Bayi Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara jatuh sakit, dan beberapa di antara mengalami muntah mencret.
Menurut keterangan warga kepada Serambi Rabu (9/2), sebagian dari 260 jiwa penduduk Desa Ulee Buket, Blang Trieng, Leupon Siron dan Alue Ngom dari 250 jiwa yang tidur di masjid Leubok Reusep menderita muntah mencret dan penyakit Ispa. Sedangkan 250 jiwa lainnya dari penduduk desa yang sama di Masjid Jannati Bayi, tidak separah sebagaimana dialami di Leubok Reusep.
Dijelaskannya, untuk sementara warga yang jatuh sakit dan mencret sudah ditangani tim medis dari Tanah Luas.
Di samping itu, sebutnya, saat ini keberadaan mereka sangat prihatin, terutama sekali lauk pauk dan beras. "Kemarin, sedikitnya 60 orang di Leubok Reusep tidak dapat jatah makan, karena kehabisan nasi," kata sumber itu.
Para pengungsi mengharapkan perhatian semua pihak, terutama dari pemerintah daerah, donatur, dan relawan mahasiswa. "Kehidupan mereka sangat prihatin," tambah warga lainnya.
Kehidupan mereka di dua masjid itu sangat tergantung uluran tangan warga setempat. Tim kesehatan dan PMI sudah turun membantu warga sejauh yang dapat mereka kerjakan. Sedangkan kebutuhan dapur umum semakin minim. Dan mereka tidur di masjid tidak ada yang menyuruh sama sekali, hanya faktor keamanan di kawasan tempat tinggal mereka belum menentu.
Mengungsinya warga tersebut, menurut keterangan yang diperoleh dari warga setempat beberapa waktu lalu, karena adanya penyisiran di kawasan pedalaman Kecamatan Tanah Luas, apalagi aparat keamanan membuka posko di Desa Leupon Siron.
"Ketika mengungsi, warga berjalan kaki yang jaraknya mencapai 9 Km dari Ulee Buket ke masjid Bayi, menghindari hal yang tidak diinginkan saat dilakukan penyisiran oleh aparat keamanan," lapor warga kepada Serambi. (u)