:
03.35 Wib Kamis, 10
Pebruari 2000
Markas GAM Digempur, Empat Tewas
* Granat Bunuh Diri Cederai Delapan TNI
* Polisi Korban Penggranatan
Meninggal
Serambi-Lhokseumawe
Empat gerilyawan GAM tewas dan
delapan prajurit TNI cedera menyusul pecahnya kontak senjata antardua kekuatan
berseberangan itu di Desa Cot Merbo, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, 27 km
selatan Kota Lhokseumawe, selepas shubuh Rabu (9/2) kemarin. Dari tangan keempat
prajurit GAM yang tewas aparat menyita empat pucuk senjata api rakitan,
masing-masing dua laras panjang dan pendek.
Di tempat yang sama, delapan
anggota TNI dilaporkan cedera karena terkena serpihan ledakan granat bunuh diri,
Mukhtar Hasan (26), seorang dari empat anggota GAM yang tewas, sesaat menjelang
ajalnya. Kesemua aparat yang luka-luka kini dirawat di RS Kesrem Lhokseumawe.
Tapi AGAM mengklaim, granat bukan dilepas gerilyawan melainkan oleh aparat
sendiri. Selain empat sipil yang menjadi korban, kata AGAM, sejumlah aparat juga
bernasib yang sama.
Sedangkan jenazah anggota GAM yang tewas, sekitar pukul
16.00 WIB petang kemarin dijemput keluarganya dari kamar mayat RSU Lhokseumawe
setelah dievakuasi dari lokasi kejadian oleh aparat keamanan dengan menggunakan
truk militer pukul 10.00 WIB.
Selain Mukhtar HS, tiga gerilyawan GAM yang
tewas lainnya masing- masing Muchtar AS (20) -- keduanya penduduk Cot Merbo,
Lukman Sufi (21), warga Desa Alue Sagoe Weng, Kutamakmur, dan Saifullah (25),
warga Desa Cibrek, Kecamatan Tanah Pasir.
Menurut keterangan yang dihimpun
Serambi, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 05.30 WIB berawal dari
penggerebekan sebuah rumah di atas lahan perkebunan milik karyawan sebuah provit
di Lhokseumawe yang sejak seminggu terakhir dicurigai dijadikan sebagai markas
GAM setelah lama tak dihuni penjaga kebun.
Dengan kekuatan pasukan dua regu,
menurut Dandim Aceh Utara Letkol Inf Suyatno, kemarin, gabungan aparat keamanan
(TNI/Polri) mengepung rumah tersebut. Namun, dari luar tidak terlihat adanya
tanda-tanda rumah itu berpenghuni apalagi pintunya tampak tergembok dari luar.
Tetapi mendadak dari rumah itu terdengar suara rentetan tembakan yang diiringi
lemparan granat ke arah pasukan aparat.
Bersamaan dengan itu, dikabarkan,
empat pria bersenjata api menghambur ke luar rumah hendak melarikan diri sembari
terus melepaskan tembakan yang mendapat layanan balasan dari aparat. Sehingga
terdengar suara tembakan bersahut-sahutan.
Dalam bentrok senjata yang
dilukiskan berlangsung hampir 20 menit itu, tiga anggota GAM tewas. Sementara
satu lainnya, walaupun tertembak nampak masih bernapas. Tetapi, pada saat aparat
mendekati korban yang diidentifikasi bernama Mukhtar Hasan, tiba-tiba ia membuka
kunci granat yang tergenggam di tangannya untuk kemudian membanting di dekat
posisinya tergeletak yang mengakibatkan dia tewas dan delapan prajurit TNI yang
sudah berada di dekatnya terkena serpihan ledakannya.
Menyusul ledakan granat
tersebut terdengar jeritan dari anggota TNI yang terkena serpihan sehingga pada
saat itu kembali meletus rentetan suara tembakan.
Sementara itu, jurubicara
AGAM Tgk Ismail Syahputra yang berbicara via telepon tadi malam mengatakan,
dalam insiden di Kuta Makmur itu, ada belasan pasukan TNI/Polri meninggal, dan
sejumlah lainnya mengalami luka-luka kena serangan pasukan AGAM.
Menurutnya,
insiden pertama antara pasukan TNI/Polri dengan pasukan AGAM terjadi pada pukul
06.30 WIB, di kawasan Desa Drien Tihang, Cot Meurubo, Buloh Blang Ara. Akibat
peristiwa pertama itu, katanya, sesuai informasi dari Rumah Sakit Militer
Lhokseumawe ada 16 korban yang diperkirakan tidak bergerak lagi. Bahkan, sebut
Ismail Syahputra, dua tubuh aparat lainnya sudah dimasukkan dalam karung
plastik.
Ia menjelaskan, dalam insiden kedua pada pukul 08.00 WIB, ada
delapan anggota TNI/Polri yang diangkut ke rumah dalam kondisi sangat kritis.
Kedelapan korban dalam peristiwa kedua itu, kecil kemungkinan untuk bisa
selamat.
"Pasukan TNI/Polri mencoba gerebek Posko Pasukan Komando GAM Wilayah
Pasee yang berlokasi di Desa Drien Trieng, namun AGAM sudah siap menunggu pada
tempat yang sangat strategis, sehingga tak ada pasukan AGAM yang menjadi
korban," sebut Ismail Syahputra melalui telepon tadi malam.
Menurut Ismail
Syahputra, seusai insiden itu seluruh pasukan AGAM menarik diri dari kawasan
tersebut. Sedangkan aparat, kata Ismail Syahputra, kemudian menggranat hingga
tewas empat warga sipil penjaga kebun yang kebetulan agak berdekatan dengan base
camp AGAM. Tempat kejadian itu dengan base camp AGAM, kata Ismail, sekitar 2
kilometer.
Keempat mayat sipil itu, kata Ismail, kondisinya sangat
memprihatinkan. Keempat jenazah, menurut juru bicara AGAM itu, sampai tadi malam
masih dibaringkan di RSU Lhokseumawe. Selain itu, tambah Ismail, aparat juga
membakar lima rumah penduduk di Desa Cot Meureubo.
Menonjol
Akibat
kejadian itu tingkat ketegangan di Lhokseumawe kemarin pagi terlihat sangat
menonjol. Selain deru helikopter yang terus meraung-raung di atas udara ibukota
Kabupaten Aceh Utara itu dan berulangkali mendarat di lapangan bekas pelabuhan
kota gas dimaksud, juga terlihat armada militer melaju dengan kecepatan tinggi
dari arah luar ke dalam Kota Lhokseumawe dengan senjata siap tembak dan mengarah
ke luar truk.
Sementara di Kuta Makmur, pasca kejadian di desa dalam
Kemukiman Buloh Blang Ara tersebut tidak terlihat masyarakat yang beraktivitas
di luar rumah. Apalagi, pada siang harinya sejumlah aparat terlihat
mondar-mandir di jalan line pipa Mobil Oil yang merupakan pembatas Kecamatan
Kuta Makmur dengan Muara Dua.
Menurut Dandim Suyatno, selain empat pucuk
senjata api rakitan yang disita dari tangan gerilyawan GAM yang tewas dari rumah
yang dijadikan markas mereka, juga ditemukan beberapa jenis perkakas perakitan
senjata, satu stel seragam loreng, dua stel PDL, tiga celana jeans, satu stel
spak, dua butir peluru SS-1, dua butir peluru FN, dan satu butir peluru
revolver.
Meninggal
Sementara itu, Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs
Syafei Aksal mengabarkan, Serma Alimuddin, anggota Mapolsek Lhoksukon yang
terluka karena lesakan granat GLM ke Mapolsek setempat pada malam hari kedua
Idul Fitri lalu, Selasa (8/2) malam, meninggal di RS Brimob Poldasu Medan
setelah koma hampir sebulan.
Jenazah almarhum yang dianugerahi kenaikan
pangkat anumerta setingkat lebih tinggi menjadi Pembantu Letnan Dua (Pelda),
kemarin sore dikebumikan di desa asalnya Blang Cireh dengan upacara militer yang
diinspekturi kapolres.
Didampingi Perwira Penghubung Penerangan, Kapten Pol
Drs AM Kamal, Kapolres Syafei mengatakan, korban meninggalkan seorang istri dan
sepasang anak yang masing-masing berumur 10 dan enam tahun. (tim)
Dua Warga Seulunyok Tewas
Ditembak
Serambi-Lhokseumawe
Dua warga Desa Seulunyok,
Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, Selasa (8/2) malam, tewas ditembak hanya
beberapa saat setelah dijemput empat pria bersenjata api dari rumahnya sekitar
pukul 21.30 WIB. Keduanya dieksekusi di lokasi yang sama di desa asalnya.
Kepolisian mengklaim pembunuhan tersebut dilakukan GBPK alias GAM. Belum didapat
konfirmasi dari pihak AGAM tentang peristiwa ini.
Kedua warga yang dieksekusi
kelompok bersenjata di kegelapan malam tersebut, menurut Kapolres Aceh Utara
Letkol Pol Drs Syafei Aksal, masing-masing bernama Syafei (45) dan Wahidin (40).
Keduanya yang sedang berada di rumah Syafei dibawa secara paksa oleh kelompok
tersebut. "Mereka dibunuh hanya sekitar 500 meter dari rumah almarhum Syafei,"
ungkap kapolres.
Setelah mengeksekusi kedua korban, dijelaskan kapolres,
pelaku kemudian membakar habis rumah Syafei. "Selain kehilangan kepala keluarga,
anak-anak dan istri Syafei juga kehilangan tempat tinggal. Sungguh kejam dan
keji," tambah kapolres yang didampingi Perwira Penghubung Penerangan, Kapten Pol
Drs AM Kamal, Rabu malam.
Kapolres mengatakan, kelompok pelaku pembunuhan dua
warga Desa Seulunyok itu sudah diketahui pihak kepolisian. Dan saat ini tengah
dalam proses pengejaran. Namun, sejauh ini ia mengaku belum mengetahui motif
pembunuhan yang diikuti dengan pembakaran rumah tersebut.
Menurut data
kepolisian, Syafei adalah seorang sipil yang sehari- hari berprofesi sebagai
pedagang yang bergerak di bidang jasa warung kopi. Sementara rekan senasibnya,
Wahidin, berpekerjaan tani. "Doakan mudah-mudahan kita bisa menangkap pelaku
pembunuhan ini dalam waktu dekat," harap Syafei Aksal.
Catatan Serambi,
akhir-akhir ini, modus operandi pembunuhan seperti ini sudah lama tidak
terdengar di Aceh Utara menyusul meningkatnya intensitas kontak senjata
disamping mengapungnya sejumlah tindak kejahatan modus lain seperti perampokan,
perampasan, dan pemerasan. (tim)
Ditemukan Tiga Mayat Luka Bakar di
Pidie
*Di Peudada: Mayat
Tergorok
Serambi-Sigli
Sepanjang Selasa dan Rabu (9/2) kemarin,
ditemukan empat mayat yang kondisinya sangat mengenaskan. Di Pidie ditemukan
tiga mayat yang sekujur tubuhnya hangus terbakar dan mata tercungkil. Sedangkan
di Kabupaten Bireuen, ditemukan mayat dengan leher tergorok.
Dua dari tiga
mayat yang hangus terbakar ditemukan warga Cot Padanglila, Kecamatan Padangtiji,
Pidie. Tak ada identitas pada kedua mayat itu, sementara kondisinya pun sangat
buruk sehingga sulit untuk dikenali. Kedua korban sudah dikebumikan oleh warga
yang menemukannya, siang kemarin. Sedang yang satu lagi --berluka bakar dan bola
mata terjungkil-- ditemukan masyarakat Kecamatan Trienggadeng, Selasa (8/2),
bernama M Jafar dan sudah dikebumikan keluarganya. Polisi belum mengetahui motif
kematian tiga anak manusia tersebut.
Kapolres Pidie, Letkol Pol Endang
Emiqail Bagus kepada Serambi, kemarin mengatakan pihaknya sudah mendapatkan
laporan tentang adanya tiga mayat. Tapi, ia mengaku belum mengetahui motif
tewasnya ketiga korban. "Kami sedang menyelidikinya, kami harap bantuan
masyarakat," ungkapnya.
Mayat korban M Jafar ditemukan masyarakat setempat
dalam kondisi mengenaskan. Selain sekujur tubuhnya mengalami luka penganiayaan,
juga kedua bola matanya sudah hilang. Warga setempat menduga, sebelum dihabisi
korban mendapatkan penganiayaan cukup berat.
Sedangkan mayat terbakar
ditemukan masyarakat di kawasan Cot Padanglila, perbatasan Kecamatan
Padangtiji/Muaratiga sekitar 1 kilometer dengan jalan raya Banda Aceh-Medan.
Diketahuinya ada mayat terbakar, ketika salah seorang warga mencium bau busuk
takala mencari kerbau piaraan di wilayah tersebut.
Setelah itu, warga
tersebut memberitahu kepada masyarakat lainnya. Sehingga beberapa warga ikut
menyaksikan dua mayat terbakar dalam kondisi mengenaskan. Satu diantaranya
sangat memprihatinkan, karena salah satu kakinya sudah putus. Sedangkan bagian
perutnya sudah terburai.
Salah satu ciri dari mayat itu, menurut warga
setempat, kerangka badannya agak besar dan tinggi. Namun sangat sulit dikenali
karena sekujur tubuhnya sudah mengalami luka bakar. Apalagi, tidak memiliki
identitas apa pun. Kecuali celana dalam yang mereka pakai, itu pun sudah
terbakar.
Sedangkan seorang lagi bertubuh kecil dan diperkirakan umurnya
sekitar 18-20 tahun. Di tempat penemuan mayat yang sudah ditimbun sampah itu,
masih menurut warga setempat, ditemukan secarik kain berwarna merah.
Diperkirakan kain merah tersebut, salah satu warna baju yang dipakai mayat
korban.
Karena kondisi mayat sangat sulit diangkat, sehingga warga setempat
mengebumikannya di kawasan tersebut. Termasuk, secarik kain merah ikut ditanam
bersama mayat korban. "Mayat itu sangat sulit dikenali, karena kondisi luka
bakar sangat serius," kata warga setempat.
Gorok
Sedangkan masyarakat Desa
Blang Kubu, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen dikejutkan, menyusul ditemukan
mayat berluka gorok, tanpa identitas di kawasan desa mereka, Rabu (9/1).
Keterangan yang dihimpun Serambi menyebutkan, mayat yang tergeletak di
semak-semak pinggiran jalan raya, berkondisi leher nyaris putus. Saat ditemukan,
mayat tersebut sudah membusuk dan mengeluarkan bau menyengat, karena
diperkirakan, korban sudah meninggal empat hari, sebelum ditemukan.
Korban
yang diperkirakan berusia 30 tahun, saat ditemukan memakai celana blue jean,
tanpa baju. Pada bekas gorok, ditutupi/dibalut dengan isolatif, seperti isolatif
perekat kardus. Begitu pula dengan ke dua mata korban yang juga ditutupi dengan
isolasi jenis yang sama.
Mayat tersebut, akhirnya dievakuasi KSR PMI Wilayah
Bireuen yang langsung ditangani ketuanya, Marzuki HS bersama para medis
Puskesmas Peudada, serta aparat keamanan setempat, sekitar pukul 12.00 WIB.
Karena kondisinya tidak memungkinkan untuk disemanyamkan lebih lama lagi, maka
pada sore harinya disepakati untuk dikebumikan di kawasan desa itu
juga.
Dijemput keluarga
Sementara itu, dua korban tewas dalam insiden di
Desa Blang Gandai, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Selasa (9/2) sudah
diketahui identitasnya, dan jenazahnya sudah dijemput keluarganya.
Keterangan yang diperoleh Serambi di RSU Bireuen, ke dua korban yang sempat
tidak diketahui identitasnya, ternyata warga Kecamatan Jeumpa. Ke duanya, adalah
Usman (25), warga Seuneubok Lhong, dan Nurdin (25) warga kawasan Blang Blahdeh
Bireuen. "Mereka sudah dijemput keluarganya masing-masing," sebut sumber
tadi.
Menurut sumber, korban Usman terlebih dahulu dibawa ke rumah sakit,
beberapa jam kemudian, disusul warga lainnya, Nurdin yang kondisinya, juga sudah
menjadi mayat. Sedangkan Nurdin disebut-sebut bukannya tewas di lokasi
terjadinya insiden. Namun, ditembak di bagian bokongnya, ketika mencoba
melarikan diri dengan melompat dari kenderaan aparat di salah satu desa di
Kecamatan Juli.
Sebelumnya, Kapolres Aceh Utara Letkol Pol Drs Syafei Aksal
mengatakan kedua korban, tewas saat terjadinya kontak senjata di Desa Blang
Rheum, Kecamatan Jeumpa, Selasa (8/2). Keduanya disebut kapolres, tanpa
identitas, dan di klaim sebagai anggota GAM (Serambi, 9/2).(tim)
Danrem 012/TU:
Dalam Sweeping Prajurit Harus Berbaik
Sangka
Serambi-Banda Aceh
Komandan Korem 012/TU Kolonel CZI
Syarifudin Tippe SIp MSi memperingatkan seluruh prajurit TNI di jajarannya yang
melakukan tugas sweeping atau pemeriksaan terhadap masyarakat agar senantiasa
mengedepankan baik sangka. Sebab, dengan berbaik sangka itulah situasi yang
sudah mulai kondusif ini dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.
Kolonel
Syarifuddin selanjutnya memerintahkan kepada prajuritnya agar terhadap
masyarakat yang sudah insyaf dari kekeliruannya selama ini, perlu dibina lebih
lanjut supaya mereka bisa hidup tenang dan damai. "Jangan ada lagi dari pihak
manapun, termasuk prajurit TNI, untuk mencurigainya. Marilah kita ciptakan
suasana sejuk dan damai dengan berbaik sangka sesama manusia," kata Syarifudin,
Rabu (9/2).
Menurut Danrem, ia telah meminta seluruh dandim dan komandan
batalyon yang ada di jajarannya supaya terus mengawasi dan memantau anggota TNI
di lapangan supaya tidak bertindak arogan apalagi sampai menyakiti dan merugikan
rakyat. "Saya mendapat masukan, masih ada anggota TNI yang bertugas di lapangan
mencoba mencari keuntungan pribadi. Benar tidaknya masukan itu, ini harus
diperhatikan benar oleh para komandan di lapangan," ujarnya.
Danrem
menyatakan, setiap orang yang berbuat baik, pasti ada pula orang lain yang tidak
senang. Karena itu, semua prajurit harus mewaspadai hal ini dan sekaligus dapat
terus berpegang teguh pada delapan wajib TNI dan tujuh perintah harian Danrem.
"Kalau ini dihayati dan dilaksanakan seluruh parajurit di lapangan, Insya Allah
kondisi Aceh ini dapat segera pulih." (tim)
Warga Protes Kantor Camat Dijadikan Posko Brimob
* Kasub Sektor: Camat yang Tawarkan
* Camat: Saya tak Pernah
Tawarkan
Serambi-Langsa
Masyarakat Kecamatan Simpang Ulim, Aceh
Timur, mengeluh dan memprotes kantor Camat setempat dijadikan Posko Brimob.
Camat Simpang Ulim, Drs Zainal Abidin, mendesak Bupati Aceh Timur Drs Azman
Usmanuddin MM agar segera mengambil kebijakan yang tidak merugikan
masyarakat.
Sejumlah warga Simpang Ulim yang mendatangi Biro Serambi di
Langsa, Selasa (8/2), mengatakan keluhan dan protes itu juga telah disampaikan
kepada tim Pansus anggota DPRD Aceh Timur, baru-baru ini. Menurut mereka,
tokoh-tokoh masyarakat, bahkan Pak Camat sendiri, merasa tak berdaya meminta
aparat pindah dari Kantor Camat tersebut.
"Sudah lama kami mengeluh, tapi
tidak ada yang menanggapi," kata seorang kepala desa yang tak ingin ditulis
namanya. "Kami selalu merasa cemas kalau berurusan di kantor camat, karena
banyak sekali Brimob," ungkapnya.
Seorang tokoh masyarakat menambahkan,
"Kalau memang kantor itu sudah diberikan kepada aparat. Sebaiknya Pemda segara
membangun kantor camat lain," ujar sang tokoh yang juga tak bersedia disebutkan
namanya.
Kasub Sektor I Aceh Timur, Letkol Pol Drs Priyatna, yang ketika
ditanya Serambi mengatakan, sejumlah anggota Brimob yang tinggal dan membuat
Posko di kantor camat tersebut, adalah permintaan Pak Camat-nya
sendiri.
"Waktu itu (sekitar enam bulan lalu -Red), kantor-kantor camat kan
pada dibakar. Mungkin untuk keamanan, Pak Camat-nya (Camat Simpang Ulim -Red)
minta kami menempati beberapa ruangan di kantor camat itu," jelas
Priyatna.
Mengenai kecemasan masyarakat, menurut Priyatna, seharusnya tidak
perlu takut. "Karena, aparat datang kan untuk keamanan masyarakat juga. Bukannya
mau mengganggu," ujarnya. Priyatna memastikan aparat yang ber-Posko di kantor
camat Simpang Ulim itu tidak akan mengganggu aktivitas maupun masyarakat yang
datang berurusan di kantor itu. "Tapi, kalau datangnya bawa-bawa senjata, ya
tentu kita tahan dong.. ," tambah Kasub Sektor.
Camat Simpang Ulim, Drs
Zainal Abidin, yang ditanya terpisah, membantah ia yang meminta aparat tinggal
dan ber-Posko di kantornya. "Saya tidak pernah minta. Dulu, waktu pertama kali
ditempati, hasil rapat (rapat Muspika -Red) yang memutuskan supaya sebagian
kantor camat ditempati aparat. Karena tempat lain tidak ada," ungkapnya. "Saya
mau bilang apa, karena itu sudah keputusan rapat."
Selanjutnya, kata Zainal,
masyarakat Simpang Ulim terus-menerus mengeluh dan protes. Namun, aparat
keamanan yang telanjur menempati dan membuat Pos di kantor camat, bahkan
berganti kesatuan, tak pindah-pindah juga. "Saya tidak tahu harus bagaimana.
Kita hanya berharap, bupati yang sekarang ini (Azman Usmanuddin -Red) segera
membuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini, yang tak lagi merugikan
masyarakat," harapnya.
Diakuinya, selama beberapa bulan ini --sejak kantor
camat ditempati aparat-- aktivitas kantor berlangsung di rumah dinas camat.
Bahkan kalau perlu camat untuk suatu keperluan, masyarakat dan kepala desa kerap
mencegat camat di jalan atau warung kopi. "Masyarakat, bahkan kepala-kepala
desa, takut ke kantor camat. Karena ada aparat, kata mereka. Saya tak mengerti
mengapa mereka begitu takutnya," ungkap Zainal, yang memang lebih sering
berkantor di rumah dinas yang berjarak sekitar 400 meter dari kantor
camat.
Awalnya, kata Pak Camat, di "Posko kantor camat" itu ditempati aparat
TNI. Setelah TNI ditarik, digantikan PPRM. Sekarang giliran aparat Brimob yang
tinggal dan ber-Posko di sana.
Amatan Serambi, sebagaimana Posko-posko
keamanan lainnya, di depan kantor camat Simpang Ulim juga terlihat
tumpuk-tumpukan karung pasir, serta sejumlah Brimob bersenjata yang berjaga-jaga
di teras kantor dan halaman depan.(non)
Pengungsi Tanah Luas Alami Muntah Mencret
Serambi-Lhokseumawe
Puluhan warga yang mengungsi ke masjid
Leubok Reusep dan masjid Jannati Bayi Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara jatuh
sakit, dan beberapa di antara mengalami muntah mencret.
Menurut keterangan
warga kepada Serambi Rabu (9/2), sebagian dari 260 jiwa penduduk Desa Ulee
Buket, Blang Trieng, Leupon Siron dan Alue Ngom dari 250 jiwa yang tidur di
masjid Leubok Reusep menderita muntah mencret dan penyakit Ispa. Sedangkan 250
jiwa lainnya dari penduduk desa yang sama di Masjid Jannati Bayi, tidak separah
sebagaimana dialami di Leubok Reusep.
Dijelaskannya, untuk sementara warga
yang jatuh sakit dan mencret sudah ditangani tim medis dari Tanah Luas.
Di
samping itu, sebutnya, saat ini keberadaan mereka sangat prihatin, terutama
sekali lauk pauk dan beras. "Kemarin, sedikitnya 60 orang di Leubok Reusep tidak
dapat jatah makan, karena kehabisan nasi," kata sumber itu.
Para pengungsi
mengharapkan perhatian semua pihak, terutama dari pemerintah daerah, donatur,
dan relawan mahasiswa. "Kehidupan mereka sangat prihatin," tambah warga
lainnya.
Kehidupan mereka di dua masjid itu sangat tergantung uluran tangan
warga setempat. Tim kesehatan dan PMI sudah turun membantu warga sejauh yang
dapat mereka kerjakan. Sedangkan kebutuhan dapur umum semakin minim. Dan mereka
tidur di masjid tidak ada yang menyuruh sama sekali, hanya faktor keamanan di
kawasan tempat tinggal mereka belum menentu.
Mengungsinya warga tersebut,
menurut keterangan yang diperoleh dari warga setempat beberapa waktu lalu,
karena adanya penyisiran di kawasan pedalaman Kecamatan Tanah Luas, apalagi
aparat keamanan membuka posko di Desa Leupon Siron.
"Ketika mengungsi, warga
berjalan kaki yang jaraknya mencapai 9 Km dari Ulee Buket ke masjid Bayi,
menghindari hal yang tidak diinginkan saat dilakukan penyisiran oleh aparat
keamanan," lapor warga kepada Serambi. (u)