Memperebutkan Langit yang Sudah Padat

KETIKA semua orang mulai melihat ke langit dan mencari terobosan alternatif menghadapi kelambatan dan konjesti akses ke jaringan Internet, memang muncul beberapa alternatif seperti menggunakan satelit, sinar infra merah, maupun memanfaatkan gelombang radio (lihat juga Kompas, 22/12).Semua orang pun mulai berlomba untuk memanfaatkan peluang semaksimal mungkin potensi yang terkandung di langit dengan menciptakan perangkat teknologi maupun membangun infrastruktur, khususnya memanfaatkan gelombang radio pada frekuensi 2,4 GHz yang tidak memerlukan izin karena memang frekuensi ini sudah dialokasikan sebagai sebuah keputusan internasional bagi keperluan industri, ilmu pengetahuan, dan ilmu kedokteran (Industrial, Scientific and Medical/IMS band).
Dalam skala besar, industri-industri terkemuka seperti Cisco Systems (http://www.cisco. com), Lucent Technologies (http://www.lucent.com), serta perusahaan-perusahaan lainnya mulai mengembangkan jaringan kerja luas dan lokal nirkabel melalui Wireless Wide LAN (WWLAN) dan Wireless LAN (WLAN), serta dalam lingkup kecil dengan mengembangkan teknologi jaringan kerja personal (personal-area network technology) seperti yang kita kenal dalam proyek konsorsium Bluetooth.

Kalau pada pengembangan infrastruktur Wireless Wide LAN maupun Wireless LAN kecepatan maksimum antara titik pengirim dan titik penerima bisa mencapai kecepatan 11 Mbps (dengan jarak maksimum bisa mencapai lebih kurang 64 km pada kecepatan terendah 2 Mbps tergantung kondisi geografis dan alam), maka pada skala program Bluetooth walaupun daya jangka tidak terlalu panjang (kurang dari 500 m) kecepatan pengiriman dan peneriman data menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Pada awalnya, pengembangan WLAN dan Bluetooth ini memang diharapkan akan mampu memberikan alternatif lain untuk mengakses trilyunan informasi yang tersebar di jaringan Internet. Ini antara lain karena memang pipa-pipa akses bandwith tradisional yang sekarang ini disalurkan melalui kabel telepon, kabel serat optik, dan lainnya, tumbuh tidak memadai dengan isi seluruh jaringan Internet maupun jumlah pengguna akses yang setiap hari bertambah banyak.

Akibatnya, karena isi seluruh jaringan Internet sudah tidak lagi hanya sebatas teks tetapi sudah menjadi sebuah cangkokan baru dengan menambahkan gambar, audio, dan video, jalur akses ke jaringan Internet yang sebelumnya terasa masih lebar tiba-tiba menjadi sempit. Ibarat sebuah jalan tol yang lengang memungkin sebuah mobil berjalan cepat dan berjalan lambat pada saat kondisi lalu lintas padat melebih kapasitas jalan, kondisi yang sama juga terjadi pada jaringan akses ke Internet.

Frekuensi sampah

Ternyata, kondisi yang sama juga mulai dirasakan pada pemanfaatan gelombang-gelombang radio yang dialokasikan pada frekuensi IMS band. Spektrum yang digunakan oleh sinyal-sinyal WLAN diperkirakan akan menjadi sangat padat yang akan menyebabkan perangkat-perangkat nirkabel yang sekarang tersedia di pasaran akan menjadi mubazir dalam kurun waktu dua-tiga tahun karena teknologi ini akan dipaksa untuk berpindah pada frekuensi yang lebih tinggi dan tanpa gangguan.

Di kalangan pengembang dan pengguna IMS band ini, jalur frekuensi ini akan menjadi apa yang mereka sebut frekuensi sampah (garbage band). Penggunaan bersama IMS band dalam lingkup frekuensi 2,4 GHz tidak hanya dimanfaatkan secara maksimal oleh perangkat-perangkat WLAN saja, tetapi juga perangkat lain. Perangkat jenis ini selain Bluetooth yang masih perlu diuji keberhasilannya, juga akan berada dalam satu gelombang frekuensi yang sama dengan microwave oven maupun telepon nirkable jarak pendek.

Semua perangkat ini akan berada pada frekuensi gelombang yang sama dengan perangkat yang dikembangkan perusahaan pembuat jaringan kerja yang mengembangkan produk WLAN untuk keperluan di rumah maupun di kantor, memungkinkan sebuah komputer laptop dilengkapi dengan kartu-kartu WLAN yang umumnya dijual seharga lebih kurang Rp 1 juta. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cahners In-Stat Group pertumbuhan WLAN akan mencapai 41 persen dalam kurun dua tahun ke depan dengan total unit sebanyak 33,9 juta buah sampai tahun 2002.

Pokok persoalan yang muncul adalah semakin banyaknya perangkat yang digunakan pada frekuensi 2,4GHz ini dengan sendirinya akan menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan yang tidak hanya menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan akses, tetapi pada titik paling ekstrem bisa kehilangan akses sama sekali. Gangguan dari perangkat lain pada gelombang frekuensi yang sama ini akan menyebabkan terjadinya degradasi kinerja antara 15-30 persen.

Menghadapi kemungkinan seperti ini, Lucent Technologies yang mengembangkan perangkat LAN untuk perumahan seperti produk Orinoco, misalnya, mengantisipasi antara lain untuk berhadapan dengan perangkat microwave oven. Orinoco yang dirancang untuk berbagi akses di antara dua atau lebih komputer dalam sebuah rumah, dilengkapi sebuah paket kecil yang bisa bergerak di antara pulsa-pulsa microwave yang tersebar ke mana-mana saat dihidupkan atau dimatikan.

Gangguan

Persoalan terjadinya gangguan pada frekuensi bebas 2,4GHz ini memang belum terasa sekarang ini. Perangkat chip Bluetooth yang sekarang sedang gencar-gencarnya dikembangkan, diperkirakan pada akhir tahun ini akan terpasang pada 20 juta komputer laptop yang akan menambah biaya Rp 700.000 lebih mahal pada setiap laptop. Dan pada tahun 2003 jumlah laptop dengan kemampuan Bluetooth diperkirakan akan mencapai 34 juta unit, dan perangkat-perangkat elektronik lain non-komputer seperti kamera dijital dan kendaraan pada tahun 2003 diperkirakan akan mencapai 200 juta.

Perusahaan komputer Taiwan Acer (http://www.acer.com) pada bulan Februari ini di Indonesia akan memperkenalkan produk laptop terbarunya berkemampuan Bluetooth. Sedangkan perusahaan telekomunikasi terkemuka, Ericsson (http:// www.ericsson.com) pada kurun waktu yang sama di Indonesia juga akan ke luar dengan produk telepon seluler berkemampuan Bluetooth yang ditanam pada seri terbaru telepon seluler T-29.

Buetooth memang menghasilkan sebuah kenyamanan dan gaya pribadi bagi para penggunanya yang tidak lagi memerlukan kabel atau saluran sinar infra merah untuk mentransfer maupun menerima data. Para produsen teknologi Bluetooth maupun WLAN (yang juga biasa disebut pada nomor standar 802.11) menyadari akan adanya gangguan pada saluran frekuensi 2,4 GHz ini, namun menganggapnya sebagai sebuah persoalan yang tidak serius begitu produk-produk dengan kemampuan teknologi ini mencapai di pasaran.

Kemampuan untuk berhubungan antara perangkat komputasi, audio, video, serta perangkat lain dalam sebuah jaringan nirkabel tunggal memang memperluas kemungkinan-kemungkinan untuk mengakses isi informasi dan aplikasi lain bagi para penggunanya. Bayangkan mempunyai sebuah perangkat komputer, printer, proyektor, televisi, perangakat DVD, modem DSL (broadband) atau kabel telepon, serta parabola satelit yang bisa saling berhubungan tanpa kabel.

Informasi video dan audio bisa dengan mudah di-download dari jaringan Internet dan dimainkan dalam perangkat sistem hiburan di rumah maupun di kantor. Sebuah perangkat tunggal bisa digunakan untuk mengkontrol komputer, televisi, telepon, maupun sistem keamanan. Bayangannya mungkin seperti tombol pengatur televisi (remote control, yang bekerja menggunakan sinar infra merah) yang mengatur seluruh perangkat elektronik memanfaatkan gelombang radio.

Frekuensi kosong

Sekarang ini kecepatan dan tingginya biaya jaringan kerja nirkabel ditambah dengan padatnya frekuensi 2,4 GHz menjadi satu-satunya hambatan untuk digunakan secara populer. Namun demikian, Atheros Communications Inc. (http:// www. atheros.com) yang didirikan oleh para akademisi dari Universitas Standford berhasil mengembangkan sebuah perangkat chip khusus untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, dan masuk ke jalur frekuensi yang relatif lebih kosong pada gelombang 5 GHz.

Berbeda dengan produsen lain yang menggunakan proses produksi esoterik relatif, Atheros menggunakan sebuah standar lain yang lebih murah disebut CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang mampu mengantar pada kecepatan 54 Mbps sampai 72 Mbps atau lima kali lebih cepat dari perangkat WLAN yang sekarang tersedia di pasaran. Penemuan baru ini akan menjadi sebuah terobosan penting, karena mampu menyediakan akses yang sangat cepat ke jaringan Internet, dan bisa menjadi dasar untuk mengembangkan distribusi video berkualitas tinggi dan produk multimedia lain, termasuk menjadi saluran alternatif bagi teknologi televisi canggi HDTV (High Definition Television).

Perangkat chip Atheros yang dijual dengan harga sekitar 35 dollar AS, kemungkinan besar akan menjadi pilihan menarik dibanding produk serupa yang sekarang ini dijual dengan harga sekitar 40 dollar AS. Apa yang dilakukan oleh Atheros adalah melakukan perancangan ulang radio, sehingga chip ini akan memberikan kemudahan dan kecepatan akses ke jaringan Internet seperti berada di dalam genggaman tangan.

Dengan pendanaan melalui modal ventura sebanyak dua kali masing-masing sebesar 6 juta dollar AS pada tahun 1998 dan sebesar 25,3 juta dollar AS pada bulan Maret 2000, Atheros menyerahkan proses manufaktur temuannya ini ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Corp. Sekarang ini, Atheros berada pada tahap pengembangan perangkat lunak dan pada akhir tahun 2001 akan mulai dicangkokkan ke dalam berbagai perangkat jaringan kerja, laptop, maupun komputer genggam.

Atheros akan mengantar ke sebuah era untuk lebih cepat lagi kemampuan individu dalam mengakses jaringan Internet. Akses berkecepatan tinggi nirkabel ke jaringan Internet akan tersedia di mana-mana, di mana rancangan Atheros yang disebut 5-UP (5 GHz Unified Protocol) akan mampu mencapai kecepatan maksimum sampai 108 Mbps.

Atheros mungkin akan menjadi jawaban menarik bagi pengembangan WLAN yang sekarang memang sudah padat pada frekuensi 2,4 GHz. Pergeseran spektrum frekuensi ke 5 GHz diharapkan akan mampu untuk memberikan dukungan bagi aplikasi bisnis serta penggunaan di rumah-rumah melalui dukungan kecepatan tinggi yang bisa diandalkan, dukungan lalu lintas multimedia (guaranteed bandwith), penggunaan spektrum yang lebih efisien, konsumsi tenaga yang rendah, serta dukungan lainnya. (Rene L Pattiradjawane) 

    Source: geocities.com/hackermuda/exploits

               ( geocities.com/hackermuda)