HOME       ARTIKEL       KONSULTASI       GOSSIP      KATA BIJAK      TENTANG GUNTORO
Kembali ke daftar artikel
Hasil Survei PSS PKBI DIY: Pelajar Sudah Lakukan Seks Bebas
Yogyakarta - Sebagai Kota Pendidikan, mestinya pendidikan moral perlu lebih digalakkan lagi. Mengingat permasalahan seks di kalangan remaja, kini sudah cukup mengkhawatirkan. Karena berdasarkan data dan survei yang dilakukan PSS PKBI DIY menunjukkan bahwa seks di luar nikah telah merambah kalangan pelajar usia di bawah 18 tahun.

''Berdasarkan data yang ada, ternyata sudah ada 60 kasus pelajar di bawah usia 16 tahun melakukan pre marital sexual atau hubungan seks di luar nikah,'' kata Kristy Wardhani, Ketua Tim Penelitian dan Pengembangan Pusat Studi Seksual Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PSS PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta.

Permasalahan ini disampaikan Kristy Wardhani pada acara "Desniminasi, Studi Kualitatif KTD dan Aborsi di Kalangan Remaja" di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi DIY, Kamis (9/3). Menurut dia, yang melatar belakangi prilaku seksual remaja adalah kemudahan akses informasi melalui berbagai media. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan kesehatan reproduksi.

Untuk mengoptimalkan pendidikan seks pada remaja di bawah usia 18 tahun, kata Kristy, pengetahuan tentang reproduksi ini dimasukkan dalam muatan lokal mata pelajaran di sekolah. Menurut Kristy, hasil penelitian dari sekolah di seluruh DIY, 63,6 persen responden menjawab ada mata pelajaran sama sekali tak memberi materi untuk memahami dan menjaga kesehatan reproduksi.

Responden yang setuju dan ada kemauan mata pelajaran tambahan kesehatan reproduksi sebanyak 57,1 persen. Bahkan 61,9 persen responden juga sepakat kesehatan reproduksi dijadikan pilihan utama sebagai mata pelajaran muatan lokal.

Tidak dipungkiri

Menanggapi wacana tersebut, Koordinator Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Kudianta, mengatakan tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini banyak remaja terutama putri yang dirugikan perilaku seksual di luar nikah ini. Kendati demikian, menurut Kudianta, memasukkan kesehatan reproduksi pada muatan lokal juga tidak mudah. Karena jam pelajaran muatan lokal, lanjut dia, dibatasi hanya dua jam saja, sehingga peluang untuk masuk menjadi kecil.

Sebagai alternatif, kata dia, pendidikan kesehatan reproduksi sudah terintegrasi dalam mata pelajaran seperti IPA, Biologi dan Pendidikan Agama. Sehingga dalam mata pelajaran tersebut, diharapkan bisa memberikan pemahaman tentang reproduksi seks.

Seks bebas di kota pelajar ini bukan masalah yang baru. Masih ingat penelitian Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) pada 2002. Hasilnya sangat mengejutkan 97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang keperawanan saat kuliah.

Pada 2004 Tim Litbang PSS PKBI DIY juga melakukan penelitian terhadap perilaku seksual pelajar khusus usia 14-15 tahun. Dalam penelitian ini juga menyimpulkan ada empat tahapan dalam perilaku seks. Pertama touching (bersentuhan), kissing (berciuman), petting (bercumbu dengan bergesekan) dan coitus (berhubungan kelamin) dan lain sebagainya.
( sugiarto/cn05 )