Contact
galunggung@tasik.net


絵の具

Gunung galunggung berketinggian 2,168 m terletak Tasikmalaya barat (7.3S, 108.1E, lihat peta). Diketahui pertama kali meletus tanggal 18 Oktober tahun 1822 dengan getaran yang menyertainya sebesar magnitude 4,8. Korban meninggal 4,011 orang dan merusak 114 kampung. Tanggal 5 April  tahun 1982 bertepatan dengan hari Senin terjadi letusan lagi beberapa kali sampai bulan Januari tahun 1983, getaran yang menyertainya bermagnitude 4,4. Korban meninggal dunia sebanyak 68 orang dan merusak 22 kampung. Korban yang meninggal kebanyakan akibat tidak langsung seperti kecelakaan lalu lintas waktu mengungsi, kedinginan, atau kebawa banjir. Kerugian material ditaksir 15 juta dolar US.

Pernah sewaktu Galunggung meletus (24 Juni 1982) sebuah pesawat Ingris Boeing 747 memasuki area letusan dan keempat mesinnya mati pada ketinggian 37.000 kaki dan jendela kaca pesawat tertutup debu. Tetapi untungnya pada ketinggian 12.000 kaki salah satu mesinnya hidup kembali dan diikuti oleh ketiga mesin yang lainnya. Pesawat nahas tersebut kemudian mendarat dengan selamat di Jakarta. Setelah beberapa minggu kemudian sebuah pesawat Jumbo hampir mengalami hal yang serupa.

パレット

Kerugian

Untuk daerah kota hampir tidak ada kerugian fisik, kecuali daerah-daerah yang dilalui sungai seperti sungai Ciloseh, Cikunir, Ciwulan desb. Tidak sedikit rumah rumah yang ada disekitar sungai tersebut yang rusak, karena sungai tersebut membawa lahar dingin yang meluap. Saya sendiri sempat melihat rumah-rumah yang kelabrak lahar dingin di Parapatan Lima.

Daerah lereng Galunggung adalah daerah penghasil ikan air tawar yang potensial. Dengan adanya musibah ini praktis semua ikan mati. Begitu juga pemandian ari panas terkubur. Selain itu tidak sedikit perkebunan yang rusak terkena debu dan pasir seperti perkebunan salak di Cineam dan pohon kelapa.

Penulis sempat pula beberapa kali pergi ke daerah bahaya Galunggung. Rumah-rumah terlihat terkubur lahar dingin sampai genting. Di sana sini terlihat area yang masih basah yang bila diinjak akan terperosok. Setelah dinyatakan aman beberapa kali sempat mendaki ke atas kawahnya. Yang paling terakhir tgl 17 Agustus 1997, saya, adik dan teman sempat lagi naik ke atas kawah. Dan sekarang pemandian Cipanas sudah berfungsi kembali menjadi tempat tujuan wisata. Juga sekarang semua orang bisa mudah medaki sampai kawah karena sudah ada tangga tembok sampai atas. Dan sampai ketinggian tertentu bisa dicapai dengan kendaraan.

Pengalaman Penulis

Penulis sendiri waktu pertama kali letusan Galunggung waktu SD kelas 4. Hari itu hari Senin tanggal 5 April 1982 sekitar jam 6 pagi terlihat awan yang bentuknya aneh seperti bunga kol. Karena pagi itu sangat cerah, awan tersebut kelihatan indah. Semua orang keluar melihat awan tersebut tapi semua belum tahu awan apakah itu. Karena harus berangkat sekolah saya tidak sempat lama-lama melihat indahnya awan tersebut. Tapi setelah tiba di sekolah orang-orang sekitar sekolah pada ribut karena ternyata diketahui sumber awan tersebut berasal dari Gunung Galunggung. Apalagi letak sekolah saya di atas gunung (gunung Pongpok) sangat jelas sekali melihat sumber awan tersebut. Kontan semua siswa bubar dan pulang ke rumah masing masing. Di perjalanan terlihat jalanan macet karena banyak orang yang mau mengungsi. Karena gunung Galunggung terletak di sebelah barat, semua yang ngungsi menuju ke arah timur. Ada yang membawa kasur, tikar dan mereka membawa barang-barang tersebut sambil ditandu oleh sebatang bambu yang utuh. Saya dan ibu sendiri bingung melihat semua orang di jalanan yang pada ngungsi. Apalagi ayah sedang pergi ke pasar. Tapi tidak lama kemudian ada mobil pengumuman bahwa warga Tasikmalaya tidak perlu mengungsi karena lahar tidak sampai ke kota. Setelah itu baru keadaan menjadi tenang, tapi semua tetap mengikuti informasi dari radio.

Letusan pertama itu hanya meninggalkan debu tipis. Selang beberapa hari keadaan menjadi tenang, tapi pengungsi yang berasal dari daerah sekitar Galunggung seperti Cisayong terus mengalir ke kota. Mereka ditampung di balai desa, sekolah dan madrasah/mesjid. Tapi pada malam Jumatnya (tgl 8 April) semua orang ribut. Galunggung meletus lagi disertai suara gelegar keras dan hujan pasir. Saya sendiri karena dibangunkan paksa oleh orang tua bingung apa yang sedang terjadi. Dikira suara gelegar dan suara desiran di genting itu suara hujan biasa tapi ternyata hujan pasir. Semua orang panik karena belum pernah seumurpun hujan pasir. Semua orang hanya mengikuti informasi dari radio. Setelah siang hujan pasirpun reda dan meninggalkan debu campur pasir yang tebal. Peristiwa tersebut terus berulang-ulang. Kadang-kadang siang kadang-kadang malam. Kalau siang praktis hari menjadi gelap gulita seperti malam. Sekolah dan perkantoran diliburkan. Bila hujan pasir selesai semua orang membersihkan halaman dan genting rumah untuk menyingkirkan debu dan pasir.