Elsham News
Service,
06 September 2006
Makin Mengkhawatirkan, HIV/AIDS di Papua 2.703
Kasus
[JAYAPURA] Epidemi HIV/ AIDS di Papua
sudah pada taraf makin mengkhawatirkan. Saat
ini Provinsi Papua memiliki prevalensi kasus
HIV/AIDS hingga Juni 2006 sudah mencapai 2.703
kasus atau tertinggi di Indonesia.
Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu, dalam
sambutan tertulisnya yang dibacakan Wakil
Gubernur Alex Hesegem, pada ''Konsultasi Legal
Drafting'' Perda Penanggulangan HIV/ AIDS di
Provinsi Papua" yang berlangsung selama dua
hari di Jayapura, Selasa (5/9) menyebutkan,
kasus HIV positif di daerah itu sudah mencapai
1.951, sedangkan yang positif AIDS telah
mencapai 1.052 kasus.
"Satu hal yang mengkhawatirkan adalah kasus
HIV/AIDS di Papua sudah menyebar dalam
populasi umum (generalized epidemic). Estimasi
Dinas Kesehatan Provinsi Papua 2005,
diperkirakan sekitar 11.000 hingga 12.000
orang di Papua terinfeksi HIV.
Tiga tahun terakhir, penularan HIV pada ibu
rumah tangga meningkat signifikan. Penularan
dikalangan pelajar umur 15-19 tahun sebanyak
224 atau sekitar 8,3 persen. Ini ke depan akan
sangat mempengaruhi sumber daya manusia dan
masa depan Papua," ujarnya.
Dalam, menyikapi perkembangan HIV/AIDS yang
terus meningkat terlihat dari angka kasusnya,
salah satu solusi untuk menekan makin
meluasnya epidemi ini adalah menggugah
kesadaran, menciptakan kepedulian dan
meningkatkan semua komponen masyarakat HIV/
AIDS bukan hanya persoalan pemerintah, LSM
atau segelintir orang di Papua.
"Mari kitorang bertanggung jawab. Saya
mengajak semua pihak untuk bersama-sama
menanggulangi HIV/AIDS di Papua secara
bersama-sama," ujar Barnabas.
Dikatakan, lebih dari 90 persen penalaran
HIV/AIDS di Papua adalah melalui hubungan seks
yang tidak aman. "Hubungan seks berganti-ganti
pasangan tanpa menggunakan pelindung. Atas
dasar inilah KPA Provinsi Papua gencar
mensosialisasikan kondom sebagai cara untuk
melindungi diri dari terinfeksi HIV,"
tandasnya.
Sosialisasi kondom, kata dia, yang gencar
dilakukan bukan berarti menghalalkan seks
bebas. "Penyebaran HIV berhubungan dengan
perilaku. HIV menular hanya kepada mereka yang
mau tertular. Kalau tidak ingin tertular,
jangan memiliki perilaku beresiko," ujarnya.
Malang
Sedangkan dari Malang dilaporkan, sebanyak 160
warga Kecamatan Gondanglegi, Malang, menderita
virus HIV/AIDS dan 131 di antaranya telah
meninggal dunia. Malang menempati posisi
teratas dalam jumlah kasus HIV/AIDS di
Provinsi Jawa Timur.
Warga yang terkena virus mematikan itu
sebagian besar menggunakan jarum suntik
narkoba secara bergantian dan berasal dari
kalangan remaja keluarga kurang mampu.
"Itu hasil penelitian dari LSM Sadar Hati di
Gondanglegi yang dipercaya Health Family
International (HFI) dari Swedia, lembaga
khusus yang bergerak di bidang penanggulangan
HIV/AIDS," ujar Kepala Dinas Kesehatan
(Kadinkes) Kabupaten Malang, dr M Fauzi, belum
lama ini.
Dinkes bekerja sama dengan Badan Antinarkoba
setempat, LSM Sadar Hati, dan LSM Paramita
yang khusus menangani masalah pekerja seks
komersial (PSK), terus menggalakkan kampanye
dan penyuluhan tentang bahaya HIV/AIDS dan
penyalahgunaan narkoba atau obat-obatan
terlarang lainnya.
Sementara itu, seorang ibu yang menjalani
persalinan di RSUD dr Koesnadi, Kabupaten
Bondowoso, Jatim dipastikan terjangkit virus
HIV/AIDS. Bayi yang dilahirkan melalui operasi
caesar dipastikan mengidap virus yang sama.
"Guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,
nama ibu dan anak serta alamatnya hingga kini
masih dirahasiakan. Ibu dan bayinya itu
positif kena virus HIV/AIDS sebelum menjalani
pemeriksaan medis menjelang operasi caesar,"
ujar dr Ng Hartadji, Direktur RSUD dr
Koesnadi.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Kesehatan
(Kadinkes) Kabupaten Bondowoso, dr Agus
Suwardjito Mkes menyatakan ibu dan anak itu
baru diketahui terjangkit HIV/AIDS setelah
petugas medis mengambil sampel darah saat
transfusi darah. "Sangat mungkin ibu dan anak
itu mengidap HIV/AIDS karena tertular suami
atau ayah balita itu sendiri," ujarnya.
Tempat Kerja
Sebelumnya, Sekretaris Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Nasional, Nafsiah Mboi mengatakan
upaya pencegahan AIDS di tempat kerja memegang
peranan yang sangat penting dalam respons
nasional terhadap penanggulangan HIV/AIDS.
Pencegahan AIDS di tempat kerja sangat penting
karena terkait dengan produktivitas. Karena
itu, penjangkauan kelompok berisiko di tempat
kerja merupakan prioritas penanggulangan AIDS
yang dilakukan KPA Nasional. Hal itu juga
termasuk dalam rencana aksi nasional (RAN)
penanggulangan AIDS 2007-2010.
Sedangkan menurut M Nasser dari Sekretariat
KPA Nasional, kebijakan penanggulangan AIDS di
tempat kerja sangat penting, karena tempat
kerja sangat strategis untuk penyebaran
informasi penanggulangan AIDS. "Sampai saat
ini, masih banyak kendala yang harus
dipecahkan untuk meningkatkan perluasan
penanggulangan AIDS di tempat kerja," ujarnya.
[ROB/070/A-22]
Source |