Masa Perkabungan Tiga Hari di Ambon Diharapkan
Dapat Membantu Proses Rekonsiliasi
Hilversum, Kamis 22 November 2001. 06:00 WIB
Masyarakat Kristen di Ambon sedang melakukan masa
perkabungan tiga hari untuk mengenang dimulainya
kerusuhan berdarah tiga tahun lalu. Menurut Sammy
Waileruni, anggota Tim Advokasi Gereja Maluku ada dua
hal yang mendasari masa perkabungan ini. Diharapkan
setelah itu proses rekonsilisasi di Ambon dan Maluku dapat
dilanjutkan, dan kejadian menyedihkan tersebut tidak
terulang kembali.
Sammy Waileruni (SW): Kan kerusuhan ini sudah
berlangsung 3 tahun. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh
perbagai pihak. Oleh pemerintah, oleh TNI, oleh Polri.
Tetapi ternyata bahwa hasilnya sia-sia. Karena apa?
Diduga banyak pihak yang berusaha untuk menyelesaikan
kerusuhan ini mereka juga adalah termasuk yang turut
terlibat dalam proses terjadi kerusuhan ini dan
melanggengkan kerusuhan. Ibadah berkabungan ini ada
kesadaran baru dari pimpinan bahwa kalau kita
menyerahkan persoalan ini kepada Tuhan, itu berarti
barhwa kita sendiri selaku umat harus mengoreksi diri.
Untuk itu harus ada prose! s penyucian, proses kesadaran
kembali, proses untuk intropeski diri. Yang kedua sebagai
koreksi kepada pemerintah bahwa memang benar-benar
pemerintah tidak mampu. Jadi berlangsung selama tiga
hari. Diharap dari tiga hari ini ada kesadaran total umat
krsitiani untuk sadar bahwa mengandalkan kekuatan diri
sendiri itu tidak punya manfaat. Malahan menimbulkan
salah dan dosa bagi dirinya.
Radio Nederland (RN): Tetapi pak Sammy juga ada kritik
karena kehidupan sehari-hari, kantor-kantor jadi kacau
begitu, karena orang-orang Kristen tidak ada yang masuk
kerja. Apakah pihak gereja tidak mempersiapkan hal ini
sebelumnya?
SW: Sebelum kegiatan ini dilangsungkan piminan-pimpinan
gereja sudah bertemu dengan gubernur Maluku selaku
penguasa darurat sipil daerah Maluku. Begitu juga
pemberitahuan kepada pihak keamanan, kepada
pimpinan-pimpinan organisasi muslim. Tokoh-tokoh muslim
sudah diberitahukan. Jangan kiranya tiga hari dipolitisir
untuk kepentingan-ke! pentingan yang sempit, untuk
kepentingan-keopentingan provokasi. Kami berpikir itu
tidak boleh.
RN: Apakah tidak ada suara-suara protes atau demonstrasi
dari pihak muslim yang justru tidak melihat hari
perkabungan ini sebagai sesuatu yang positif?
SW: Kalau dari yang lain tidak ada, cuma dari Ketua PAN
Maluku, sdr Tamrin Elly. Kegiatannya dia lihat dari aspek
politis. Teman-teman yang lain malahan mendukung.
Artinya ini bisa menjadi contoh bagi agama yang lain untuk
menyadarkan. Proses penyadaran umat itu lebih penting.
Demikian Sammy Weileruni.
Sementara itu Bapak Abdullah Solisa, salah satu tokoh
kaum muslim di Ambon, menjelaskan sikap umat muslim di
Ambon.
Abdulah Solisa: Seluruh aparat menjadi lumpuh. Jadi
sedikit mengganggu memang. Apakah ini sikap sosial
agamis? Sikap politik? Belum jelas. Dari golongan Islam
sendiri diam-diam saja. Tidak memberikan reaksi apa-apa.
Menyesali saja. Ada pemuda-pemuda mengadakan
demonstrasi! menyesali. Kalau nanti orang Islam masuk
kantor dan orang Kristen tidak. Tentu saja nanti
memancing reaksi dari golongan Islam lagi. Saling
menantang namanya ini. Demikian Adullah Solisa.
Sebaliknya Zairin Salampessy dari Tim Advokasi untuk
Penyelesaian Kasus Ambon, menyambut baik setiap
langkah yang walaupun sedikit dampak positifnya, dapat
membantu melancarkan proses rekonsiliasi. Selain itu
ditambahkan, masyarakat tidak boleh lupa bahwa saat ini
situasi di sebagian besar wilayah Maluku mulai kembali
tenang dan lancar, dan jangan sampai kejadian atau
perbedaan pendapat yang kecil dapat mengobarkan lagi api
kerusuhan.
Zairin Salampessy: Yang penting orang bisa menahan diri.
Mungkin yang muslim dalam rangka menghadapi bulan suci
Ramadan. Dan saudara-sudara yang Kristiani dapat
merefleksikan apa yang sudah terjadi selama tiga tahun
ini. Demikian Zairin Salampessy.
© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
|