KOMPAS, Jumat, 16 November 2001
Tim Pengacara Muslim
Hati-hati Beritakan Konflik Maluku
Jakarta, Kompas
Tim Pengacara Muslim (TPM) yang diketuai M Mahendradatta SH MA mengingatkan
kepada pers lokal dan asing agar berhati-hati memberitakan konflik Maluku, terutama
yang berkaitan dengan kasus peledakan Gereja Petra Koja. Berita tentang peledakan
gereja itu, bila di-blow up media massa dapat memancing konflik Maluku yang lebih
besar.
"Kami sampaikan suatu warning, hati-hati memberitakan hal yang berkaitan dengan
konflik Maluku," ucap Mahendradatta dalam sebuah jumpa pers yang diikuti wartawan
dalam dan luar negeri di Gedung ICMI Centre Jakarta, Kamis (15/11).
Hadir pula Panglima Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah Ustadz Ja'far Umar
Thalib, Katua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq
Syihab, Ketua Umum Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) KH
Abdurrasyid Abdullah Assafi'i, dan Brigjen (Purn) Rustam Kastor, yang pernah
menjabat komandan korem di Maluku.
Menurut Abdurrasyid, apa yang terjadi di Gereja Petra tidak berdiri sendiri, melainkan
berkaitan dengan kasus-kasus lain yang terjadi sebelumnya. "Karena itu, pers
diimbau untuk secara arif dan berhati-hati, agar konflik yang terjadi di Maluku tidak
pindah ke Jakarta. Akan menjadi musibah yang sangat dahsyat bagi kita semua, bila
hal ini benar-benar terjadi," katanya.
Tanggapan
Sementara itu, Ustadz Ja'far mengatakan bahwa kasus peledakan Gereja Petra Koja
diperburuk dengan tanggapan-tanggapan dari Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Metro
Jaya Irjen (Pol) Sofjan Jacoeb. "Pernyataan Sofjan yang menyebutkan, pelaku
peledakan adalah satu kelompok Islam, Mujahidin Kompak, sama sekali tidak
berdasar," tutur Ja'far.
Tudingan yang dilontarkan Sofjan Jacoeb, menurut Ja'far, tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Karena itu, ia mengimbau kepada para
pejabat yang berwenang dan pers untuk menahan diri dalam memberitakan
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kasus yang sangat sensitif, yaitu konflik
Maluku.
Habib Rizieq menambahkan, untuk mencegah konflik Maluku agar tidak pindah ke
Jakarta seperti yang dikhawatirkan, pelaku peledakan Gereja Petra harus diperoses
secara hukum, tanpa ada upaya politisasi atau dramatisasi dalam bentuk apa pun.
"Peristiwa peledakan gereja itu jangan dikaitkan dengan gerakan Islam mana pun.
Karena siapa pun yang mencoba untuk mengait-ngaitkan peristiwa tersebut dengan
gerakan Islam mana pun, sengaja atau tidak sengaja, berarti telah menanam andil
untuk memindahkan konflik Maluku ke Jakarta," papar Rizieq.
Ia juga meminta kepada pemerintah, khususnya aparat keamanan, segera
mengungkap akar permasalahan, bukan sekadar mengungkap peristiwa
peledakannya. Karena, menurut Rizieq, "Terjadinya peledakan itu merupakan reaksi
dari suatu aksi yang memang dicium banyak pihak, bahwa di sana ada upaya untuk
menjadikan masalah yang terjadi di Maluku sebagai alat propaganda untuk
kepentingan kelompok tertentu." (lam/mam)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|