KOMPAS, Rabu, 14 November 2001, 14:07 WIB
Laskar Mujahidin Maluku Meminta Kasus Bom Petra Diusut
Jakarta, Rabu
Laskar Mujahidin Kompak Maluku menyurati Kapolda Metro Jaya meminta agar
kasus peledakan bom di Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Petra, Koja,
Jakarta Utara, Jumat (9/11) diusut tuntas.
Perihal surat Laskar Mujahidin itu diungkap Kepala Polda Metro Jaya Irjen Sofjan
Jacoeb di Jakarta, Rabu (14/11). Dijelaskannya, Laskar Mujahidin merasa perlu
menyurati Kapolda karena dua pelaku pelempar bom, yakni Wahyu Handoko (20) dan
Ujang Haris (17,) mengaku anak buah seorang bernama Abu Dzar dari kelompok
Mujahidin Kompak di Ambon.
Sementara itu, dalam penjelasannya beberapa waktu lalu, Kapolda menyatakan Abu
Dzar sendiri sudah mati tertembak tahun lalu. "Kita tidak terima begitu saja
keterangan mereka. Kita masih meragukannya," lanjut Sofjan.
Polda Metro Jaya hingga kini terus mengembangkan penyelidikan berkaitan dengan
kasus bom tersebut, termasuk memburu pelaku lainnya, Hilal dan Arianto Haris,
sementara seorang lainnya belum diketahui namanya karena kedua tersangka lupa.
Aryanto Aris yang diduga menjadi sopir mobil Suzuki Carry yang digunakan untuk
membawa tiga pelaku peledakan bom di gereja Petra, merupakan merupakan
Panglima Mujahiddin di Bandung.
Seperti diketahui sebuah bom rakitan meledak di Gereja Protestan Indonesia Barat
(GPIB) Petra, Jalan Jampea 44 Koja, Jakarta Utara, Jumat (9/11) malam, sekitar
pukul 20.15. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut. Dua orang yang diduga
menjadi pelaku peledakan ditangkap oleh massa dan jemaat gereja. Selain bom yang
meledak, sedikitnya tiga bom rakitan ditemukan di pinggang salah seorang pelaku.
Ketika itu sekitar 200 orang jemaat gereja saat itu sedang melakukan acara "Maluku
Berdoa". Seusai 30 menit kesaksian Pendeta Diane Akyuwen asal Desa Wai,
Ambon, Pendeta Marthinus Noya melanjutkan acara dengan doa.
Menurut pengakuan tersangka, ulah mereka itu dimaksudkan untuk mengganggu
keselamatan Pendeta Noya dan Pendeta Diane Akyuwen, karena kedua pendeta itu
pernah bertugas di Ambon saat terjadi kerusuhan antar kelompok.(Ant/zrp)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|