From: "Joshua Latupatti" joshualatupatti@hotmail.com
Date: Wed, 21 Nov 2001 09:34:45 +0000
Subject: [alifuru67] MENGOMENTARI PERNYATAAN KAPOLRI

MENGOMENTARI PERNYATAAN KAPOLRI
-------------------------------

Salam Sejahtera!

Saudara-saudara sebangsa,
Angin apa yang membawa Kapolri, Suroyo Bimantoro ke Ambon? Apakah ini semacam
"perpisahan", ataukah sekedar "evaluasi hasil kerja"? Apapun alasan dibalik kunjungan
tersebut, Kapolri S. Bimantoro sudah datang di sini, di Ambon, Maluku, dan memberikan
pernyatan, yang akan saya komentari di sini! Semoga komentar ini dibaca juga oleh
Kapolri, Polri, dan Polda Maluku!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-20
Kapolri: Konflik di Maluku Bukan sekedar Urusna Polisi
Ambon-Rol--Kapolri Jenderal Pol. S. Bimantoro mengatakan, untuk mengamankan situasi dan
kondisi konflik yang ada di Maluku bukan sekedar urusan pihak kepolisian semata.

JOSHUA:
Pernyataan Kapolri, Suroyo Bimantoro, tidak salah, tetapi hanya merupakan "hal lumrah"
yang sudah diketahui orang, dan bukan "yang diperlukan oleh Maluku", dari seorang Kepala
Kepolisian Republik Indonesia! Pernyataan seperti ini bisa kami peroleh dari rumah kopi
atau di sepanjang tepian pasar kaget di Ambon sini! Sekali lagi, pernyataan seperti itu
"terlalu rendah" untuk seorang Kapolri!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-20
"Tapi polisi tetap mengambil bagian sesuai dengan tugas dan kewenangannya, karena aspek-
aspek penyebabnya berada di kehidupan sosial kemasyarakatan itu sendiri," katanya kepada
ANTARA seusai melakukan kunjungan sehari ke Polda Maluku di Ambon, Senin siang.

JOSHUA:
Saya percaya, saya tidak perlu mengatakan kepada Kapolri, Suroyo Bimantoro, bahwa "Polisi
adalah bagian dari kehidupan sosial masyarakat"! Pernyataan bahwa "aspek-aspek
penyebabnya berada di kehidupan sosial kemasyarakatan itu sendiri", seakan-akan
memisahkan Polisi dari sistem kemasyarakatan, dan menimpakan seluruh kesalahan kepada
masyarakat! Padahal, sistem kemasyarakatan harus berada di dalam koridor "hukum dan
kemanusiaan" dimana Polisi ikut memainkan perannya! Ketika dinamika masyarakat keluar
dari jalur hukum dan kemanusiaan, maka yang harus dipertanyakan bukanlah masyarakatnya,
tetapi "peran Polisi"! Oleh sebab itu, bukanlah hal yang aneh, jika Polisi justeru
menjadi salah satu "aspek penyebab konflik di dalam sisten kemasyarakatan"! Dan, oleh
sebab itu pula, sebagai seorang Kapolri, Suroyo Bimantoro seharsnya tidak mengangkat
permasalahan tentang "wewenang Polisi di dalam sistem kemasyarakatan yang hancur-
berantakan di Maluku, tetapi menyoroti hal-hal yang berkaitan dengan "kualitas"
pelaksanaan wewenang Polisi di Maluku! Itulah yang Maluku ingin dengar dari seorang
Kapolri!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-20
Oleh karena itu, menurutnya, penanganannya juga harus secara konfrehensif dan polisi
secara aktif mengambil bagian sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

JOSHUA:
Mari kita coba mereka, apa itu "penanganan yang komprehensif", seperi kata Kapolri,
Suroyo Bimantoro! Ketika Konflik Maluku pecah, MUI-Maluku diketuai oleh seorang "Perwira
Polri yang masih aktif, Let. Kol. (Pol) R. Hasanussi! Sebagai seorang Perwira Polisi, R.
Hasanussi seharusnya sudah bisa "mendeteksi tanda-tanda ke arah Konflik", dan sesuai
dengan "wewenangnya", R. Hasanussi, mestinya mengambil langkah-langkah pencegahan, dengan
misalnya, "memberikan laporan ke Mabes Polri", lewat Polda Maluku? Dimana laporan itu Pak
Suroyo Bimantoro? Bukannya melapor atau mencegah, R.Hasanussi malah "meresmikan
terbentuknya Posko dan Tim Advokasi Lebaran Berdarah" di Mesjid Al Fatah? Inikah yang
anda maksudkan sebagai "penanganan yg. konprehensif", Kapolri, Suroyo Bimantoro? Ataukah
kenyataan ini lebih mengarah kepada "faktor-faktor penyebab Konflik Maluku"?

Ketika, terjadi "Penggrebegan para desertir TNI/Polri", yang dikenal dengan "Penggrebegan
Komando Siluman Wijaya II", oleh satuan YonGab, beberapa "Perwira Menengah dan Prajurid
Polri ternyata menjadi otak dari Komando Siluman, "pembela perusuh" tersebut! Di dalamnya
terdapat "menantu perempuan" dari R.Hasanussi, yang juga anggota Polri, yang suaminya,
anak dari R. Hasanussi, tertembak mati ketika ikut di dalam penyerangan ke wilayah warga
Kristen! Yang kami amati dan simpulkan dari peristiwa ini adalah bahwa "tidak satupun
dari para desertir Polri tersebut, pernah berurusan dengan hukum dan keadilan"! Apakah
ini yang anda maksudkan dengan "penanganan yang konprehensif", Kapolri, Suroyo Bimantoro?

Para Perwira Menengah Polri yang kemudian dibekuk sebagai dalang dari Komando Siluman
Wijaya II, adalah Pamen Polri yang sudah "dimutasikan" dari Polda Maluku, paling tidak
sebulan sebelumnya! Firman Gani "pengirimnya", dan anda "penerimanya" kan, Kapolri Suryo
Bimantoro? Paling tidak, ada dua Pamen yg. masuk Mabes Polri! Pernahkan kalian. Firman
Gani, dan anda, Suroyo Bimantoro, direpotkan oleh "kiriman yang belum tiba"? Firman Gani
bebas dan naik pangkat, sedangkan anda akan segera pensiun dengan damai! Jangankan
"kualitas", "wewenang" yang anda permasalahkan itu malah "tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya"! Konprehensif? Ya Robi, Bimantoro, anda pikir kami ini sekawanan kambing dungu?
Jangan cepat-cepat menarik napas lega, sebab kita akan lihat contoh yang lain juga!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-20
Mengenai konsolidasi di lingkungan Polda sendiri, Kapolri menjelaskan, sesuai dengan
laporan yang diterimanya dari Kapolda Maluku, Brigjen.Pol. Farauk Muhamad, berjalan cukup
baik melalui tahapan-tahapan yang sudah direncanakan, dan diharapkan akan semakin lebih
baik.

JOSHUA:
Anda dan Kapolda anda boleh bicara sesuka kalian tentang "konsolidasi di dalam tubuh
Polda Maluku", sebab kami akan bisa menakar kadar kebenaran pernyataan kalian di
lapangan! Apakah anda punya laporan tentang sepak-terjang Polres Maluku Tengah, yang
mengakibatkan penangkapan dan penganiyayaan terhadap "tua-tua adat Maluku" di Waisarisa?
Apakah anda sudah mengevaluasi pelaksanaan wewenang Kepolisian oleh "Kapolres Pulau Ambon
dan Pulau-Pulau Lease", "Hasanuddin", misalnya dalam kasus "peledakan truk pengangkut
Cengkih dan Pisang, sehingga mengakibtkan kematian Sdr. Dance W (Kristen) dan hilangnya
se bagian muatan cengkih, di daerah Muslim, Galunggung? Bagaimana dengan "kasus
penembakan warga Kristen di Teluk Ambon, Pengeboman dan usaha pengeboman Gereja Marantha,
dan pengeboman-pengeboman lain"? Tidak satupun dari kasus-kasus tersebut, diselesaikan
secara tuntas! Jika "konsolidasi" yang kalian maksukan itu, adalah konsolidasi yang kami
mengerti, maka baik laporan dari Kapolda Maluku, Brigjen.Pol. Farauk Muhamad atau
pernyataan anda sebagai Kapolri, adalah "omong kosong besar"!!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-20
Ditanya soal persenjataan yang hingga kini masih berada di tangan rakyat sipil, Kapolri
Bimantoro mengatakan, telah mendapat laporan dari Kapolda Maluku bahwa senjata yang ada
di tangan masyarakat sipil itu akan diusahakan melalui tahapan-tahapan sosialisasi.

JOSHUA:
Laporan yang ini juga adalah "omong kosong besar"! Kalian ini Polisi atau "penipu
rakyat"? Pengeboman dan penembakan, hingga penghancuran Desa Kristen seperti Desa
Waimulang tetap terjadi, dan Polda Maluku serta jajaran Polresnya, hanya mampu bertindak
hingga "masih dalam penyelidikan"! Bagaimana kalian bisa memperoleh "respek" dari
masyarakat sehingga mereka bersedia menyerahkan senjatanya? Bagaimana masyarakat akan mau
menyerahkan senjatanya, sedangkan mereka masih melihat peluang untuk menggunakannya, dan
selalu bebas dari hukum dan keadilan? Bagaimana Polisi bisa menyentuh "aspek sosial"
masyarakat, jika anda terus memisahkan Polisi dari "sistem kemasyarakatan"? Kalian hanya
menyinggung masalah "senjata" untuk merata-ratakan tuduhan kepada kedua belah pihak",
padahal kalian tahu persis masalah sebenarnya kan? Kami orang Maluku bukan turunan idiot,
sehingga kalian bisa seenaknya membodohi kami!!!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-20
Kemudian dilakukan penyerahan kembali dan sebagainya sampai dengan tahap sweeping yang
akan dilakukan oleh jajaran Polda dan TNI, sementara jumlah senjata yang beredar di
masyarakat diperkirakan sebanyak 1.000 pucuk. Antara

JOSHUA:
Jangan membasahi bibir dengan keringat orang lain, Suroyo Bimantoro! Yang pernah
melakukan "sweeping senjata terhadap para perusuh, hanyalah satuan TNI, di bawah Komando
DanRem Pattimura, KA. Ralahalu dan Komando Pangdam Pattimura, I Ma de Yasa, oleh YonGab!
Anda dan Kapolda Maluku, Farauk Muhamad, lebih baik jangan bermimpi untuk melakukannya,
sebab mengurusi masalah "desertir tawanan YonGab saja, kalian tidak becus"! Dengan
perkiraan beredarnya 1000 pucuk senjata pada masyarakat, kalian sudah menampakkan diri
sebagai "penipu rakyat"! Lihat di bawah ini, Kalopri, Suroyo Bimantoro, dan kamu juga,
Farouk Muhamad!


SOURCE: THE JAKARTA POST; DATE: NOVEMBER 20, 2001
Ambon Christians to hold mass prayers
Novi Pinontoan, The Jakarta Post, Ambon
Also on Monday, National Police chief Gen. Surojo Bimantoro visited Maluku Police
Headquarters in Ambon and pledged Rp 500 million to continue the rebuilding of police
base in Tantui. The police base--consisting of a housing complex and clinics--was
destroyed by rioters on June 29, 1999. At least 700 guns and thousands of rounds of
ammunition were looted by rioters who broke into the police arsenal in Tantui. A total of
Rp 6 billion is needed to rebuild the police complex.

JOSHUA:
Kalian bisa membaca dan berhitung kan? Paling tidak, 700 pucuk senjata telah dijarah
perusuh dari Gudang Senjata Brimob Tantui! Apakah anda pernah menghitung jumlah senjata
yang dipasok melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, di bawah lindungan "Susi
Silalahi" dan bantuan "Edi Darnadi", atas instruksi Kapolda Jatim, di dalam berpeti kemas
yang sengaja dibiarkan di Pelabuhan Yos Soedarso, Ambon, supaya bidijarah kembali oleh
pemiliknya, para perusuh? Baru dari dua kenyataan tesebut, kalian sudah bisa disebut
"penipu rakyat" dengan perkiraan kalian tentang 1000 pucuk senjata"!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-20
Kapolri Sumbang Rp 500 Juta Untuk Kesejahteraan Anggota Polda Maluku "Pada kesempatan
ini, saya juga telah meninjau lokasi asrama Polda Maluku di Tantui yang sekarang ini
dalam tahap pembangunan kembali akibat dibakar perusuh beberapa waktu lalu pada saat
terjadi kerusuhan," kata Kapolri.

JOSHUA:
Anda, Kapolri, Suroyo Bimantoro, mengakui bahwa Asrama Brimob Tantui "dibakar" oleh
"perusuh"! Anda tidak menyinggung masalah "penjarahan senjata dan amunisi"? Supaya
masalah pemilikan senjata ilegal bisa "dirata-ratakan"? Siapakah "perusuh" yang anda
maksudkan itu, Kapolri, Suroyo Bimantoro? Dapatkah anda menaksir kualitas dan kuantitas
persenjataan para perusuh, sehingga mampu meratakan Markas Brimob Tantui, membunuh
Komandannya, dan menjarah Gudang Senjatanya? Apakah "perusuh itu" adalah "kelompok FKM,
atau "kelompok separatis RMS-Kristen? Mereka adalah "laskar jahad", gabungan warga sipil
bersenjata, desertir TNI/Polri, dan "para teroris internasional", yang "anda lindungi",
Kapolri, Suroyo Bimantoro! Anda sengaja "menggunakan prosedur yang salah" untuk menangkap
si "panglima laskar jahad", supaya dia memperoleh peluang utk. lolos dari hukum dan
keadilan, dan supaya anda bisa menggunakan FKM sebagai "penutup kemunafikan anda", dan
KEJAHAT AN NEGARA ATAS MALUKU! Si "Ustadz Jarah" baru saja menebar racun di Maluku,
sehingga satu Desa Kristen musnah, dan nyawa warga Kristen melayang dan anda berbicara
tentang "wewenang Polisi" dan "penanganan secara konprehensif", tanpa menyinggung si
"penyebar laknat beriman" tersebut? Bagaimana "struktur dan sistem sosial warga Maluku
bisa diperbaiki, semantara anda membiarkan "racun kemanusiaan" itu tetap merajalela atas
nama Allah, di Maluku? Kunjungan anda tidak lebih tinggi mutunya dari kunjungan si "Al
Munafikun Fatwa" yg. berotak dan berakhlak rendah itu! Anda adalah salah satu pelaksana
Pusat, dari RENCANA KEJAHATAN NEGARA ATAS MALUKU! Jika sudah pensiun nanti, cukurlah
kumis anda, tetapi biarkan jenggot anda tumbuh lebat, dan jadilah asisten bagi si Jaffar
Umar Thalib, "kepala perusuh konprehensif" anda!

Salam Sejahtera!
JL.

    Source: geocities.com/baguala67