The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

KEJAHATAN NEGARA ATAS MALUKU (4)


From: "Joshua Latupatti" joshualatupatti@hotmail.com
Date: Mon, 19 Nov 2001 09:09:00 +0000

KEJAHATAN NEGARA ATAS MALUKU (4)
download artikel in print friendly version     Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya 

Salam Sejahtera!

Saudara-saudara sebangsa,

Saya ingin mengajak anda untuk kembali melihat KEJAHATAN NEGARA ATAS MALUKU, yang nampak di seputar masalah "Pengeboman Gereja Petra", ketika berlangsungnya acara ibadah "Maluku Berdoa"! Walaupun situasi di Maluku akhir-akhir ini telah semakin menampakkan "wajah perusuh" sebenarnya, NEGARA masih saja berputar-putar untuk mencari-cari alasan bagi "pengesahan kejahatan perusuh"! Sudah berulang-ulang, para perusuh beriman itu menjahati Maluku, lalu kemudian menyebar "dusta dan hasutan berbau sentimen agama", NEGARA tetap saja membiarkan mereka bebas, dan malah menggunakan "dusta dan hasutan" mereka sebagai bahan pertimbangan! Coba simak!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-15
Buntut Bom di Gereja Petra: Dua Pendeta Diperiksa

Dalam beberapa kali pemeriksaan terhadap dua orang yang ditangkap, kata Kapolda, terungkap bahwa mereka memang sengaja mengancam dua pendeta. "Kami sengaja menghadirkan dua pendeta itu sebagai saksi. Mengapa sampai mereka (para pelaku) mengancam nyawanya. Selain itu keduanya berada di lokasi saat kejadian berlangsung," lanjutnya.

JOSHUA:
Dengan judul di atas, "media iblis si republika" ingin mengubah setting peristiwa tak beradab tersebut, dengan memanipulasi logika umat, bahwa "akibat dari perampokan, polisi menginterogasi yang dirampok"! Saya tidak tahu, apakah Kapolda Metro Jaya memang mengeluarkan pernyataan seperti di atas, tetapi mempertanyakan "mengapa orang mau membunuh kamu", adalah sebuah pertanyaan idiot yang dilatar belakangi oleh niat JAHAT! Atau, bukan tidak mungkin bahwa si "media iblis" sengaja mengubah pernyataan Kapolda untuk "menggiring dan menyesatkan umat"!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-15
Pemeriksaan terhadap kedua pendeta tersebut terkesan memang sengaja disembunyikan. Wartawan yang menunggu hingga sore, tidak memperoleh keterangan apapun siapa dua pendeta tersebut. Termasuk juga apa saja yang menjadi pertanyaan polisi.

JOSHUA:
Ada dua kemungkinan di sini! Pertama, Polisi sengaja tidak memberikan keterangan tentang "pemeriksaan dua Pendeta" tersebut, karena tidak ingin menimbulkan pertanyaan, "mengapa korban yg. "diperiksa’, dan bukan "ditanyai"! Kedua, Polisi merasa bahwa "menanyai" korban tidak merupakan hal yang penting di dalam me lacak pelakunya, tetapi si "media iblis" kemudian memanfaatkannya untuk menyuntikkan niat JAHAT mereka!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-15
Namun berdasarkan ungkapan Kapolda, pendeta yang saat kejadian berada ditempat kejadian adalah pendeta Yopie Huta dan Martinus Noya. Sewaktu terjadinya bom di Gereja Petra tersebut, kedua pendeta itu sedang berceramah tentang Maluku.

JOSHUA:
Setelah pertayaan "mengapa orang mau membunuh kamu", si "media iblis" kemudian menyelipkan istilah "berceramah tentang Maluku", untuk menimbulkan kecurigaan pada umat, dan membalik keadaan, bahwa "pengeboman biadab itu, ada hubungannya dengan ceramah tentang Maluku"! JIka tidak memiliki pikiran yang cukup kritis, orang tentu akan memakan mentah-mentah, hasutan si "media iblis"! Padahal, dengan mengingat bahwa acara ibadah tersebut adalah "acara rutin" dengan sebutan "Maluku Berdoa", orang akan paham bahwa paling tidak, 90% perserta saat itu adalah "warga Kristen Maluku", atau "warga Kristen asal Maluku"! Untuk apa kedua Pendeta itu "berceramah tentang Maluku kepada warga Maluku, atau warga asal Maluku? Anda akan melihat, kemana "media iblis" akan menyesatkan umat!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-15
Kaditserse Polda Metro Jaya Kombes Drs Adang Rochjana kepada Republika yang dijumpai sore harinya, membenarkan kalau dirinya baru saja memeriksa kedua pendeta tersebut. Adang membenarkan kalau kedua pendeta itu memang sengaja dikejar-kejar satu kelompok, karena dituduh telah telah menyebarkan fitnah ke Jakarta.

JOSHUA:
Sekarang jelas bagi anda, bahwa "ceramah tentang Maluku" telah berubah menjadi "tuduhan menyebar fitnah"! Semenjak Joshua muncul dengan "ulasan dan analisa tentang Konflik Maluku", siapakah, atau, pihak manakah yang jelas terlihat sebagai "penyebar fitnah", "pendusta dan penghasut"? Darimana para pelaku pengeboman tak beradab itu tahu bahwa "ceramah tentang Maluku" ter sebut (kalau memang ada) "berisikan fitnahan"? Saya malah yakin bahwa "para pembom biadab", "media iblis" dan "para perusuh beriman" itu bukan sedang mengantisipasi fitnahan, tetapi sedang berusaha untuk "membunuh kebenaran" tentang Maluku!!! Saya harap anda menggaribawahi istilah "dituduh" di atas!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-15
Adang tidak mau menjelaskan lebih lanjut tentang fitnah apa yang telah disebarkan oleh mereka. Karena hal ini menyangkut dua kelompok besar yang sedang bertikai di Ambon.

JOSHUA:
Perhatikan, bagaimana liciknya "iblis yang mengaku beriman" ini menyiasati orang untuk disesatkan! Istilah "dituduh" tersebut datangnya dari "pelaku pengeboman biadab", yang selayaknya disusuli oleh "pembuktian"! Tetapi, dasarnnya "media iblis", istilah "dituduh" mereka hilangkan, lalu menyusupkan ungkapan "fitnah apa yang telah disebarkan", seolah-olah fitnah itu memang ada, dan sudah dibuktikan! Beginilah "anak-anak iblis beriman" memutabalikkan kebenaran, untuk menghalalkan "tindakan biadab" mereka atas Maluku, dan NEGARA YANG JAHAT ini memberikan pengesahan atasnya! Mari kita kuliti permainan kemunafikan yang lain!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Polda Diminta Tidak Asal Tuduh Dalam Kasus Bom Gereja Petra

JAKARTA--Dua ormas Islam, Front Pembela Islam (FPI) dan Laskar Jihad Ahlussunah Wal Jamaah (AWJ), kecewa kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Sofjan Jacoeb yang mengatakan kelompok Mujahiddin Kompak adalah organisasi dari dua orang yang dituduh meletakkan bom rakitan di Gereja Petra, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

JOSHUA:
Ada lebih baik, jika saya menyertakan bagian yang memperlihatkan, mengapa Kapolda Metro Jaya mengeluarkan pernyataan tersebut!

SOURCE: TEMPO; DATE: 2001-11-10
Tersangka Peledakan Gereja Petra dari Mujahidin Kompak

TEMPO Interaktif, Jakarta: Hasil pemeriksaan sementara dari polisi memperlihatkan dua tersangka pelaku peledakan GPIB (Gereja Protestan Indonesia Barat) Petra di kawasan Tanjung Priok mengaku dari Mujahidin Kompak. Kelompok ini pernah menggalang aktivitas di tengah kancah konflik di Ambon. "Kedua tersangka mengaku dari Mujahidin Kompak yang pernah melakukan kegiatan di Ambon," ujar Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sofjan Jacoeb kepada wartawan di Markas Polres Jakarta Utara, Jumat (9/11) tengah malam.

JOSHUA:
Pernyataan Kapolda Metro Jaya didasarkan pada "pengakuan tersangka" atau lebih baik jika disebut "pengakuan pelaku tindakan pengeboman biadab" tersebut! Menurut logika orang "waras" dan "berakhlak bersih", jika kedua pelaku itu bukan dari kelompok "mujahiblis kompak", apakah Kapolda Metro Jaya yang harus diprotes, ataukah "pelaku yang mengaku" itu yang harus dikecam? Tetapi jika anda "berakhlak kotor", seperti kedua "
kepala gerombolan beriman" diatas, tentulah anda akan mengecam Kapolda Metro Jaya, dan "melindungi pelaku tindakan biadab" tersebut! "Jika iblis terpecah-belah, tentu kerajaannya akan runtuh"!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
"Ini asbun (asal bunyi). Sofjan tidak mengerti siapa Mujahiddin Kompak," kata
Panglima Laskar Jihad Jaffar Umar Thalib saat jumpa pers, di Jakarta, Kamis (15/11).

JOSHUA:
Jika anda sudah merenungi tulisan saya yang berujudul "
Membekuk Batang Leher Pendusta", tentu anda akan melihat orang ini sebagai "tokoh penipu dan penyesat yang paling berbahaya bagi umat manusia"! Jika anda belum membacanya, saya usulkan agar anda mencari dan membaca tulisan tersebut, lalu diskusikan dengan teman-teman anda, sebelum mempercayai ucapan si "penyesat" ini!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Dengan pernyataan itu, kata
Jaffar, Mujahiddin Kompak merasa dituding dengan tidak berdasar sebagai otak pembomanan Gereja Petra. "Mestinya tidak ada tudingan seperti itu sebelum bisa dipertanggung-jawabkan," kata Jaffar.

JOSHUA:
Sudah jadi "penyesat", dungu pula orang ini! Pendakwa atau Penuntut di Pengadilan, tentu harus mencari bukti-bukti untuk mendukung dakwaannya! Apakah pernah Pendakwa atau Penuntut di Pengadilan, "mencari bukti atas sebuah pengakuan"? Lagipula, bukankah pernyataan Kapolda Metro Jaya menyertakan ungkapan "Kedua tersangka mengaku dari Mujahidin Kompak", dan bukan mengatakan "Kedua tersangka dari Mujahidin Kompak"? Berbicara tentang "pengakuan" yang dipermasalahkan si "
Jaffar" ini, saya ingin mengingatkan anda pada suatu peristiwa, yang memperlihatkan "betapa munafiknya" orang ini!

Anda masih ingat pada peristiwa "rajam sampai mati" terhadap salah satu anggota "laskar jahad"nya si Jaffar, yang bernama Abdullah, di Ambon? Si Al Ustadz, penuntut keadilan dan kebijaksanaan ini, memerintahkan untuk "merajam Abdullah sampai mati, karena berzinah"! Apa dasar dari perintah si Jaffar, untuk mengeksekusi Abduulah? "Bukan bukti", tetapi "Pengakuan" si malang, Abdullah! Si penyesat beriman yang maha"munafik"! Anda lebih malang dari Abdullah, jika anda masih saja percaya pada "hipokrit" dan "lunatik" murahan seperti ini!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Dikatakannya, pernyataan itu telah mengusik umat muslim Maluku di Jakarta yang mengerti apa sebenarnya kasus yang terjadi di Gereja Petra.
Jaffar menyesalkan kapolda yang dinilainya menutup-nutupi latar belakang pemicu kasus bom di Gereja Petra, namun malah mengangkat kelompok Mujahiddin Kompak sebagai otak pemboman Gereja Petra.

JOSHUA:
Jika Kapolda Metro Jaya memang sengaja menutup-nutupi latar belakang "pengeboman biadab" tersebut, dan si "munafik" ini tahu tentang itu, mengapa dia tidak "memberikan penjelasan melalui media iblisnya" ini? Jika NEGARA ini tidak JAHAT, sebenarnya tidak susah untuk mengungkapkan latar belakang "tindakan biadab" tersebut! Interogasi saja si "munafik" dan "merereka-mereka" yang disebutkannya sebagai "yang mengerti, apa sebenarnya kasus yang terjadi di Gereja Petra"!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Dalam jumpa pers itu, FPI dan
Laskar Jihad meminta Polda Metro Jaya bersikap adil dalam melihat kasus pemboman Gereja Petra, Jalan Jampea No.44, Koja, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, pada Jumat malam (9/11).

JOSHUA:
Pernahkah anda mendengar "iblis berbicara tentang keadilan"? Sekarang anda mendengarnya! Mari kita lihat, bagaimana sebenarnya "keadilan iblis" itu!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Menurut keduanya, tindakan pemboman itu adalah reaksi atas aksi provokasi yang dilakukan melalui acara 'kesaksian' di Gereja Petra pada Jumat (9/11) malam. Acara ini digelar oleh dua pendeta, Marthinus Noya dan Diane Akyuwen. "Masalah ini cukup sensitif, jika ditanggapi salah akan meluas. Karena itu harus dilihat secara komprehensif," kata Ketua Umum FPI Habib Rizieq Syihab yang juga hadir dalam jumpa pers.

JOSHUA:
Menurut "keadilan iblis", "pengeboman Gereja Petra itu sah, karena merupakan reaksi atas provokasi" yang dilakukan oleh kedua Pendeta! Jika provokasi Pendeta harus diganjar bom, bagaimana dengan provokasi dan penyesatan yang disebarkan kedua Arab bahlul ini? Menurut "keadilan iblis", "kesaksian Pendeta adalah provokasi",tetapi "hasutan Ustadz dan Habib dalah firman Allah"!

Karena mata hati dan otaknya tertutup oleh kemunafikan dan niat jahat, kedua "hamba iblis" asal Arab ini terjebak oleh pernyataan mereka sendiri! Bagi yang tidak tahu, "kesaksian" yang disebutkan oleh kedua penyesat ini, akan ditafsirkan sebagai "kesaksian tentang siapa yang membunuh siapa", misalnya, atau " kesaksian tentang penjarahan dan perampokan "laskar jarah" atas desa Kristen Waai"! Padahal, sebuah "kesaksian" di dalam Gereja adalah "kesaksian tentang mujizat penyertaan Tuhan Yesus Kristus atas ‘yang bersaksi’"! Yang disebut sebagai "kesaksian", melulu terkait dengan masalah "iman Kristen"! Jika "kesaksian" disampaikan kepada umat Kristen, di dalam Gereja, dimana letak unsur provokasinya? Apakah setelah mendengar "kesaksian" tersebut, para peserta ibadah "Maluku Berdoa" lalu menjadi beringas dan membakar Mesjid? Apa urusan kedua "penyesat beriman" ini dengan masalah "iman Kristen"? Mereka adalah "penghasut dan penyesat beriman yang miskin mujizat", dan yang "ketakutan terhadap kebenaran", lalu berupaya untuk membunuhnya! Siapa lagi yang alergi terhadap kebenaran kalau bukan si "iblis"???

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Menurut
Jaffar Umar Thalib dan Habib Rizieq, aksi provokasi ini bertujuan untuk memperlebar konflik Maluku ke Jakarta. Habib Rizieq mengimbau agar kedua peletak bom rakitan di Gereja Petra diproses murni secara hukum tanpa dipolitisir dan didramatisir. Ini, katanya, untuk mencegah konflik Maluku tidak menyebar ke Jakarta.

JOSHUA:
Orang dari Maluku "bersaksi kepada jemaat Kristen di dalam Gereja Petra di Jakarta", dituduh memperluas Konflik Maluku ke Jakarta, tetapi orang dari Maluku yang "membom Gereja Petra di Jakarta", dinyatakan sebagai "pencegah perluasan Konflik Maluku ke Jakarta"! Dari mana lagi asal pemahaman seperti ini, kalau bukan dari "iblis beriman", yang kemunafikan dan idiotik mereka semakin menjadi-jadi di bawah ini??? Coba liha!

SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-16
"Peristiwa peledakan gereja itu jangan dikaitkan dengan gerakan Islam mana pun. Karena siapa pun yang mencoba untuk mengait-ngaitkan peristiwa tersebut dengan gerakan Islam mana pun, sengaja atau tidak sengaja, berarti telah menanam andil untuk memindahkan konflik Maluku ke Jakarta," papar Rizieq.

JOSHUA:
Menurut gembong "pemeras beradalih maksiat" ini, pengeboman biadab itu tidak boleh dikaitkan dengan dengan "laskar-laskaran", atau "forum-foruman", dan "gerakan-gerakan penunggang Islam" manapun, jika tidak ingin dituduh (lagi) sebagai "penyebab perluasan Konflik Maluku ke Jakarta"! Lihatlah sambungan logika "bahlul"nya di bawah ini!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Kendati tidak membenarkan aksi pemboman, Habib Rizieq bisa memaklumi reaksi umat muslim yang berupaya mencegah aksi provokasi pihak tertentu.

JOSHUA:
Jika mengaitkan "pengeboman biadab": dengan "gerakan Islam" manapun tidak boleh, mengapa si "habib bahlul" ini mengaitkan nya dengan "umat Islam"? Apakah :"umat Islam" itu meliputi "organisasi dan gerakan islam", atau sebaliknya? Mengapakah Muslim Indonesia mau saja dibodohi oleh "arab idiot", dan "penunggang Islam" seperti ini? Misalkan saya katakan bahwa "Pelaku peledakan Gereja Petra adalah Muslim", tentulah saya akan dikecam sebagai "menuding umat Islam"! Padahal si "habib idiot" ini telah membuat "semacam pengakuan" terbuka tentang hal itu!?

SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-16
Ia juga meminta kepada pemerintah, khususnya aparat keamanan, segera mengungkap akar permasalahan, bukan sekadar mengungkap peristiwa peledakannya. Karena, menurut Rizieq, "Terjadinya peledakan itu merupakan reaksi dari suatu aksi yang memang dicium banyak pihak, bahwa di sana ada upaya untuk menjadikan masalah yang terjadi di Maluku sebagai alat propaganda untuk kepentingan kelompok tertentu." (lam/mam)

JOSHUA:
Jika pernyataan si "habib bahlul" dan "
panglima jarah" itu dicermati, mereka seolah-olah menyatakan bahwa "mereka banyak tahu" tentang latar belakang tindakan peledakan biadab tersebut! Tetapi jika mereka memang "tahu", mengapa mereka harus menuntut Polisi untuk mengungkapkannya? Bukankah mereka bisa langsung memberikan penjelasan rinci tentang hal itu? Hal ini dilakukan, karena "mereka sebenarnya tidak ingin agar kebenaran itu muncul ke permukaan"! Penyesat-penyesat ini hanya ribut-ribut, agar perhatian umum teralihkan ke masalah prosedur dan lain-lain tetek-bengek, dan melupakan "pengeboman biadab itu sendiri"! Penyesat-penyesat ini rubut-ribut, agar umat melupakan "bualan sampah mereka" tentang AS dan Afganistan!!! Coba kita lompat sejenak ke "penyesat" lain, dari gerombolan KISDI!

SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-16
Menurut Abdurrasyid, apa yang terjadi di Gereja Petra tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan kasus-kasus lain yang terjadi sebelumnya. "Karena itu, pers diimbau untuk secara arif dan berhati-hati, agar konflik yang terjadi di Maluku tidak pindah ke Jakarta. Akan menjadi musibah yang sangat dahsyat bagi kita semua, bila hal ini benar-benar terjadi," katanya.

JOSHUA:
Dengan kata lain,"
Kepala rampok memperingatkan pers agar tidak memberitakan masalah perampokan beriman, jika tidak ingin peristiwa perampokan itu meluas ke mana-mana"! Kepala gerombolan KISDI ini kembali menyatakan bahwa "mereka banyak tahu" tentang pengeboman biadab tersebut! Kembali lagi saya katakan, "Jika NEGARA ini tidak JAHAT", seharusnya NEGARA menahan dan memeriksa para penyesat yang "banyak tahu" ini! Tetapi karena NEGARA ini JAHAT terhadap Maluku, maka NEGARA harus memberikan kebebasan penuh bagi "para penyesat" tersebut, untuk "mengaburkan persoalan" dengan komentar dan pernyataan idiot mereka!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Tokoh muslim Maluku Brigjen Purn
Rustam Kastor, yang hadir dalam jumpa pers, mengatakan masalah Waii merupakan hal yang paling sensitif untuk dibicarakan. Ini, katanya, bisa memancing kemarahan umat muslim Maluku. arp

JOSHUA:
Jika NEGARA ini tidak ikut bermain di dalam KEJAHATAN atas Maluku, maka NEGARA telah menahan dan memintakan pertanggung-jawaban dari si "
kopral dungu yang tidak berguna" ini, karena "buku iblis"nya yang menyesatkan, dan yang telah menimbulkan kerusuhan di Poso! Jika "Perampokan atas Desa Kristen Waai", benar-benar adalah "anugerah Allah", mengapa suatu "anugerah Allah" harus bersifat "paling sensitif"? Bukankah si "panglima laskar jarah" sendiri telah "mempopulerkan masalah perampokan Desa Kristen Waai", sebagai "tanda penyertaan Allah atas laskar jahadnya"? Bukankah si "Dustadz jarah" ini yang memberikan nama "Waaisalam", dengan alasan bahwa Desa Kristen Waai adalah "tanah adat Muslim yang direbut oleh Portugis"? Sekarang, "yang dirampok berbicara tentang ‘mujizat penyertaan Yesus Kristus atas mereka, tetapi "perampok di jalan Allah" yang kebakaran jenggot"!? Mengapa kita harus percaya pada si "kopral dungu-racun kastor, tua-renta, sakit-sakitan ini"? Racun Kastor ini adalah salah satu bukti nyata tentang KEJAHATAN NEGARA ATAS MALUKU!

SOURCE: REPUBLIKA; DATE: 2001-11-16
Sementara itu mengenai acara 'kesaksian' yang digelar di Gereja Petra Jumat malam (9/11), dijelaskan bahwa acara itu bernuansa provokatif karena mengisahkan kekejaman warga muslim terhadap warga Kristen di Dewa Waii, Maluku. Sementara bagaimana masyarakat Kristen Waii yang sebelumnya sering membantai umat Islam di desa-desa sekelilingnya, dipendam.

JOSHUA:
Sudah dijelaskan di atas, bagaimana para penyesat bodoh ini terperangkap oleh istilah "kesaksian" yang mereka tidak mengerti, atau pura-pura tidak mengerti! "Kesaksian" tidak berhubungan dengan "apa yang dilakukan manusia, apalagi yang berakhlak iblis, tetapi berhubungan dengan "apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada umatNya! Yang ingin saya tanggapi di sini adalah "tuduhan terhadap warga Kristen Waai"! Anda boleh mengkonfirmasi komentar saya ini pada "
Saleh Latuconsina", jika dia masih punya hati nurani! Desa Kristen Waai terletak di antara dua Desa Adat Muslim, Tulehu dan Liang! Di Selatan Tulehu, terdapat Desa Adat Muslim, Tenga-Tenga, dan di pesisir pantai Utara (sebelah Barat Liang), tedapat Desa Adat Muslim, Mamala, Morela, Hitu, dll! Di depan Waai, di Pulau Haruku, terletak desa Adat Muslim Kailolo, Kabau, dan Ruhumony! Sekarang, coba anda pikirkan, menurut akal sehat manusia, apakah warga Desa Adat Kristen Waai, bisa malang-melintang seenaknya terhadap desa-desa Muslim sekitar? Kenyataannya, Desa Waai malah dikeroyok dari Liang dan Tulehu, dengan bantuan Muslim dari desa-desa Pelau, Kalilolo, dll., di Pulau Haruku! Untuk membuktikan bahwa mereka yang diserang, Waai sengaja membiarkan beberapa buah rumah di perbatasan desanya dibakar penyerang, barulah mereka memukul mundur para pengeroyok Muslim tersebut! Puluhan kepala penyerang yang tewas didalam wilayah desa Waai, dipenggal dan dipancang pada tiang-tiang pagar Baileo (gedung musyawarah adat) Desa Waai, "sebagai bukti pengeroyokan.warga Muslim atas mereka! Gubermur Maluku, sendiri harus datang untuk "menyaksikannya", barulah "permintaannya untuk mengembalikan kepala-kepala penyerang tersebut bisa dipenuhi"! Setelah diserang oleh "gabungan laskar biadab beriman dan para desertir TNI/Polri", dan "tanpa dibantu oleh Pasukan TNI/Polri di Ambon (walaupun sudah diminta berulang-ulang), barulah Desa Adat Kristen, Waai, berhasil dijarah, dibakar, dan dirampok oleh "gabungan laskar biadab beriman dan para desertir TNI/Polri" tersebut! Sekali lagi, tanyakan pada "Saleh Latuconsina", jika dia masih punya hati nurani!

SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-16
Tim Pengacara Muslim: Hati-hati Beritakan Konflik Maluku

Jakarta, Kompas Tim Pengacara Muslim (TPM) yang diketuai M Mahendradatta SH MA mengingatkan kepada pers lokal dan asing agar berhati-hati memberitakan konflik Maluku, terutama yang berkaitan dengan kasus peledakan Gereja Petra Koja.

JOSHUA:
Beginilah caranya "pengacara iblis si mahendradungu" menyesatkan orang banyak dengan tipu muslihatnya! Melakukan tindakan biadab dengan membom Gereja ketika ibadah sedang berlangsung, "boleh", tetapi memberitakannya "tidak boleh"! Apakah alasan pengacara idiot ini?

SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-16
Berita tentang peledakan gereja itu, bila di-blow up media massa dapat memancing konflik Maluku yang lebih besar. "Kami sampaikan suatu warning, hati-hati memberitakan hal yang berkaitan dengan konflik Maluku," ucap Mahendradatta dalam sebuah jumpa pers yang diikuti wartawan dalam dan luar negeri di Gedung ICMI Centre Jakarta, Kamis (15/11).

JOSHUA:
Sewajarnya, jika "kebiadaban klien-nya diekspos oleh media masa secara tidak benar, maka yang menjadi sasaran "bantahan, kekecaman, ancaman, serangan dan pengeboman", adalah media yg. bersangkutan! Tetapi, menurut logika iblis dari pengacara idiot ini, "media mengekspos, warga Kristen Maluku yang akan dijadikan sasaran kebiadaban mereka! Mengapa Tuhan "mengutuk bangsa ini, dengan menempatkan manusia-manusia sampah beracun seperti ini" di antara umatNya?

SOURCE: KOMPAS; DATE: 2001-11-16
Hadir pula
Panglima Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah Ustadz Ja'far Umar Thalib, Katua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab, Ketua Umum Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) KH Abdurrasyid Abdullah Assafi'i, dan Brigjen (Purn) Rustam Kastor, yang pernah menjabat komandan korem di Maluku.

JOSHUA:
Ditambah dengan si "pengacara iblis-mahendradungu", yang berhimpun didalam "sarang iblis-markas ICMI", agak lengkaplah "himpunan PENJAHAT BERIMAN, yang dipelihara oleh NEGARA, untuk menjalankan aksi KEJAHATANnya atas MALUKU! Selain dari manusia-manusia sampah "penunggang dan penista Islam" di atas, masih ada "preman hijau" yang digunakan NEGARA untuk MENJAHATI MALUKU, seperti Wiranto, Djadja Suparman, Sudi Silalahi, Suaidi Marasabessy, Firman Gani, dan beberapa keroco berseragam, seperti R. Hasanussi (satu-satunya ketua MUI Daerah yang Perwira Polisi aktif), Nurdin Nontji, Ricky Paays, dll! Mengapa "para preman hijau penghianat Sapta Marga" ini tidak berani berhadapan dengan Dr. Thamrin Amal Tomagola? Bukankah si pengecut bego, "
Hendropriyono" itu adalah salah satu dari mereka-mereka yang "menuduh RMS sebagai dalang Konflik Maluku, untuk menghalalkan penyusupan "laskar biadab beriman" ke Maluku? Coba tantang si Kepala Intelijen munafik ini, "apa dia mampu membuktikan bahwa RMS adalah gerakan separatis?" Lihat "Ketua MPR" dan "Wakil Presiden" NEGARA ini, yang "berdiri di depan tabliq iblis untuk merestui penyusupan "laskar biadab beriman" ke Maluku, atas nama agama, maka anda akan memperoleh gambaran yang hampir sempurna tentang KEJAHATAN NEGARA ATAS MALUKU!

Salam Sejahtera!

JL.
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044