HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67
Copyright ©
1999/2001-
1364283024
& 1367286044
|
|
DESA-DESA KRISTEN DI BAKAR JIHAD
Tanggal, 18 Oktober 2001 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun GKST. Seorang warga
kristen, Bp. Towe Wilelipu, suami Pdt. Nety Zion Kalengkongan STh dan mantan Kades
Peleru Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali di hadang oleh massa muslim yang
melakukan sweeping di desa muslim Tabalu. Korban yang melintas didaerah itu dalam
perjalanan pulang ke kampungnya di desa Betalemba mengendarai mobil dan dikawal
oleh seorang anggota TNI-AD. Namun hadangan massa muslim yang banyak dengan
berbagai persenjataan membuat aparat keamanan tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Korban dan mobilnya serta seluruh barang-barangnya di bawah ke desa Tabalu (markas
jihad) lalu dibakar setelah sebelumnya di aniaya dan di potong jihad.
Tanggal, 18 Oktober 2001 jihad membakar sebuah Gereja dan Kostor Gereja di desa
Kabalo Kecamatan Tojo Kabupaten Poso beberapa saat setelah Kapolda Sulteng dan
rombongan melintas menuju Kabupaten Luwuk.
Tanggal, 20 Oktober 2001 aparat TNI melakukan razia ke pemukiman penduduk muslim
di desa Tabalu untuk mencari Bpk. Towe Wilelipu yang di hadang dan diculik jihad tgl.
18 Oktober 2001. aparat berhasil mengamankan beberapa pucuk senjata api/rakitan dan
menangkap beberapa orang yang diduga terlibat, namun mendapat protes keras dari
massa muslim terutama para ibu-ibu dengan cara meletakkan bayi-bayi mereka di atas
jalan aspal sambil berteriak-teriak membawa bom dan mengancam akan meledakkan
bayi-bayi tersebut. Sementara dari arah belakang massa telah siap kamera untuk
mengabadikan peristiwa pengeboman tersebut, hal ini membuat aparat TNI mundur.
Tanggal, 22 Oktober 2001 akibat pertempuran sengit antara Brimob dan jihad sehingga
mengakibatkan tewasnya Bripda Ardiansyah anggota Brimob Polda Palu, seorang
muslim asal desa Wani, Palu Utara. Sedangkan di pihak jihad tewas 8 orang dan
berhasil ditangkap 43 orang dan sudah di tahan di penjara Petobo Palu sebanyak 36
orang. Pertempuran sengit terjadi di pertigaan jalan Mapane. Ketika itu jihad
mengirimkan beberapa truck jihad untuk membantu pertempuran di desa Tabalu dan
dihadang Brimob yang berjaga di jalan tersebut. Akibat insiden ini sebanyak empat
truck ibu-ibu berdemo memprotes tindakan Brimob dan menuntut pembebasan jihad
yang di tangkap. Pihak jihad menuduh Brimob melakukan tindak kekerasan pada
penduduk sipil dan menuntut penarikan pasukan Brimob dari Poso, jihad melakukan
pembakaran pos-pos penjagaan Brimob di desa Betalemba, Ratolene, Mapane,
Moengko dan desa-desa lainnya di Kecamatan Poso pesisir sehingga semua satuan
Brimob yang berjaga di Poso akhirnya di tarik dan saat ini tidak ada penjagaan pihak
keamanan di seluruh desa-desa kristen, baik dari TNI-AD maupun Brimob tentu hal ini
akan membuka peluang dan lebih leluasanya jihad melakukan berbagai serangan ke
seluruh desa-desa kristen dan itu berarti akan ada pertumpahan darah yang besar.
Mungkinkah ini bagian dari grand disign untuk Natal berdarah dalam upaya jihad
merebut Tentena dan seluruh daerah kristen lainnya guna memudahkan penerapan
syariat islam di seluruh Indonesia utamanya Indonesia Timur yang selalu menentang
pencantuman Piagam Jakarta ke dalam UUD 45. sangat disayangkan tindakan aparat
yang begitu mudah tunduk dan di atur oleh warga sipil yang leluasa membawa senjata
api tanpa izin dan melakukan tindakan kriminal. Mereka yang sebenarnya harus di
tindak dan tunduk pada aturan hukum dan aparat keamanan namun yang terjadi justru
sebaliknya.
Tanggal, 30 Oktober 2001 sekitar pk. 01.00 – 02.00 dinihari massa jihad dengan
berbagai persenjataan melakukan serangan ke desa-desa kristen. jihad membom dan
membakar habis gereja di desa Ratolene, selanjutnya jihad menyerang desa Pinedapa,
membumihanguskan desa ini dengan membakar seluruh rumah penduduk kristen,
warga kristen sama sekali tidak melakukan perlawanan kecuali lari menyelamatkan diri
masing-masing dengan pakaian hanya di badan.
Tanggal 31 Oktober 2001 sekitar pk. 02.00 - 05.30 sekitar 400 – 500 jihad kembali
menyerang desa kristen Malitu membakar 150 rumah penduduk namun membiarkan
gedung gereja dan sekolah. Penduduk melarikan diri ke hutan – hutan yang menuju
desa Tangkura dan Pandiri. Hari ini tanggal 01 Oktober 2001 pihak Crisis Center GKST
Tentena bersama masyarakat sedang melakukan upaya pencarian dan evakuasi warga
kristen yang masih sembunyi di hutan-hutan. Informasi sementara tidak ada korban
tewas, dua orang pemuda warga Betania dan seorang warga Malitu dinyatakan hilang
sedangkan satu lainnya di temukan tergeletak, Sdr. Nandia (40) penduduk Malitu dari
suku Da’a, suku dari Pegunungan palu tertembak pada panggul atas bagian kiri,
korban segera di larikan ke RS SALVATION ARMY (BALA KESELAMATAN) Palu guna
operasi mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuhnya. Desa Malitu adalah sebuah
desa kecil terletak di tepi kuala/sungai yang mengalir ke sungai Poso di lembah
pegunungan antara desa Pandiri dan Tangkura, daerah perkebunan yang subur dan
hutan lebat di sekelilingnya. Daerah ini sangat strategi sebagai markas latihan militer
maupun untuk penyerangan ke Tangkura dan Pandiri yang akan segera mengisolir
Tentena dari arah Timur – Timur Laut. Dalam penyerangannya ke desa ini jihad tidak
membakar dan merusak gereja dan sekolah namun dari sekitar 180 KK yang ada di
desa ini sekitar 150 KK rumah penduduk sudah di bakar habis. Nampaknya jihad ingin
menguasai dan menjadikan daerah ini sebagai salah satu basis/campnya untuk
kepentingan penyerangan berikutnya. Gereja mungkin akan di ubah menjadi masjid
sedangkan sekolah untuk kegiatan keagamaan, gudang, kantor dan lain-lain sementara
beberapa rumah penduduk lainnya yang tidak di bakar akan di gunakan sebagai tempat
tinggalnya.
Sejak insiden penyerangan jihad ke desa – desa kristen dan pertempurannya dengan
aparat Brimob seluruh desa-desa kristen saat ini gelap gulita karena aliran listrik di
putuskan. Jihad sedang melakukan upaya isolir Tentena dengan berupaya menguasai
jalur-jalur keluar masuk Tentena sehingga dengan demikian seluruh jalur distribusi
kebutuhan pokok juga akan terputus. Sementara dari lahan-lahan pertanian sudah sulit
di harapkan karena jihad telah menguasai daerah-daerah tersebut. Saat ini sudah mulai
terjadi kerawanan pangan dan obat-obatan demikian juga pakaian karena warga di
serang ketika tidur lelap sehingga tidak sempat membawa barang-barang lainnya.
Received via email from: JK @ Masariku@yahoogroups.com
Copyright © 1999-2001 -Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com |