Adil (DetikCom), Kamis, 22/11/2001
Laporan Utama
Pengakuan Tersangka Bom Petra
Reporter: dani
Adil - Jakarta, Wajah Ujang Haris bin Amin dan Wahyu Handoko bin Sukadir, tampak
benjut. Warna merah lebam, bekas terkena bogem mentah, terlihat jelas di seputar
kedua mata mereka. Malah, di pelipis mata sebelah kanan dan di atas mata kiri
Wahyu Handoko ditempeli pembalut. Mereka berdua merupakan tersangka perkara
peledakan bom di Gereja Protestan Indonesia Barat Petra di Jalan Jampea No. 44,
Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Jumat (9/11) lalu.
Keduanya diperiksa mulai pukul 02.30 WIB, Sabtu (10/11). Ujang diperiksa Ipda Pol.
Santosa dan Brigadir Pol. Teguh Rusyanto. Wahyu diperiksa Ipda Pol. Santosa dan
Bripka Pol. Sukardi. Ujang dan Wahyu ditangkap tak lama usai ledakan terjadi pukul
21.00 WIB. ''Saya sempat meledakkan satu buah peledak, dengan cara melemparkan
bahan peledak tersebut,'' cerita Wahyu.
Menurut pengakuan Wahyu kepada polisi, bom dilemparkan dari depan gereja ke arah
kaca ventilasi, lalu masuk ke dalam gereja. ''Tak lama kemudian, meledak,'' ujar
Wahyu. Saat bom meledak, Ujang tengah berada di belakang gereja. Begitu ledakan
terjadi, Ujang segera keluar dari gereja. Ia tak sempat meledakkan bom untuk
menghabisi sasarannya. ''Saya diberi petunjuk dengan sasaran pendeta dan
jemaatnya,'' kata Ujang, pada kedua penyidik.
Pendeta yang jadi target pembunuhan; Diane Akyuwen serta Marthinus Noya. Mereka
asal Ambon, Maluku. Jemaat yang jadi sasaran; tentu jemaat Ambon. ''Saya
menganggap penghuni gereja tersebut adalah orang kafir yang harus dibunuh,''
tegasnya. Namun, nahas bagi Ujang. Usaha Ujang melarikan diri kandas. Ia akhirnya
ditangkap. Sedang Wahyu lebih dulu ditangkap polisi.
Ujang dan Wahyu saling kenal. Mereka berkawan sudah dua tahun. Keduanya,
bertemu dalam sebuah acara pengajian di daerah Bandung. Mereka sama-sama pergi
ke Ambon lantas bergabung dalam Laskar Mujahidin yang dipimpin Abu Dzar
Al-Gifari. Di hadapan polisi, Ujang mendapat bom dari Wahyu. Sedang Wahyu
mengaku sebagai perencana, pembuat, dan perakit bahan peledak bom.
Saat melakukan peledakan bom di Gereja Petra, mereka tak sendirian. Tapi ada tiga
orang lainnya. Yakni Aryanto Haris (Komandan Laskar Mujahidin), Bilal, dan seorang
lagi yang tak dikenal oleh mereka. Kini, ketiga orang itu masih diburu polisi. Berikut,
petikan pengakuan Ujang dan Wahyu dari hasil pemeriksaan polisi (cetak tebal
merupakan pertanyaan dari polisi).
UJANG HARIS BIN AMIN
Sasaran Pendeta dan Jemaat
Lahir: Bandung, Maret 1984
Usia: 17 tahun
Agama: Islam
Pekerjaan: Pengangguran
Alamat: Jalan Sukarno-Hatta Gang Porib Blok 115 RT 002/RW 04, Caringin (belakang
Pasar Induk Caringin), Bandung, Jawa Barat
Saudara pernah dihukum?
Saya belum pernah dihukum.
Saudara tahu mengapa diperiksa?
Saya mengerti sekarang diperiksa karena meledakkan Gereja Petra.
Kapan dan di mana kejadiannya, Saudara bersama siapa?
Kejadiannya hari Jumat, tanggal 9 November 2001, pukul 21.00 WIB, di Gereja Petra,
Jalan Jampea Nomor 44, Koja, Jakarta Utara. Saya diturunkan dari mobil Aryanto Aris
bersama 3 (tiga) orang kawan saya, di mana saya dengan Saudara Wahyu diturunkan
di seberang rumah sakit. Kemudian, 2 (dua) orang lagi, Saudara Bilal dan seorang
yang belum saya kenal melewati gereja sasaran.
Jelaskan jenis alat peledak?
Adapun alat peledak yang saya dan kawan-kawan bawa adalah jenis alat peledak
berupa plastik paralon yang diisi bahan peledak, kemudian sekeliling paralon diberi
paku antara 10-15 batang paku.
Kemudian agar meledak menggunakan batu baterai yang dihubungkan dengan
kawat/kabel, di mana apabila kawat dihubungkan dengan batu baterai menimbulkan
percikan dan sekitar 2-3 detik meledak. Selain itu, juga memakai sumbu panjang
sekitar 2 (dua) sentimeter sehingga dibakar pun dapat meledak.
Saya membawa 2 (dua) alat peledak yang saya simpan di saku celana, kemudian (1)
satu buah terjatuh saat saya ditangkap dan diketahui. Sedangkan Wahyu, saya tidak
tahu membawa berapa. Selanjutnya, saya mendengar sudah berhasil meledak.
Setelah diturunkan, ke mana Saudara berjalan dan apa yang Saudara lakukan?
Saat di perjalanan dalam mobil Suzuki Carry warna abu-abu tua, nomor polisi tidak
tahu, yang dikemudikan oleh Aryanto Aris, di mana telah memberi petunjuk bahwa
sasaran peledakan adalah gereja dan jemaatnya, sedangkan khusus saya diberi
petunjuk dengan sasaran pendeta dan jemaatnya.
Sehingga, saya dan Wahyu diturunkan langsung menyeberang jalan menuju ke
gereja, beberapa saat melihat situasi dengan berjalan beberapa kali kemudian saya
langsung masuk ke dalam gereja, berbaur dan duduk di antara jemaat yang sedang
sembahyang dan saya sambil melihat sasaran terutama pendeta dan jemaat suku
Ambon.
Setelah beberapa saat di mana seorang pendeta laki-laki selesai memberikan
ceramah maka saya keluar ke bagian belakang gedung dan mendengar suara
ledakan maka saya keluar dari dalam gereja dan saat saya ditangkap 1 (satu) buah
alat peledak dari saku saya terjatuh tapi tidak meledak dan ketahuan petugas
sehingga saya dikejar yang akhirnya dapat tertangkap, di mana 1 (satu) buah alat
peledak yang masih di saku saya diketahui petugas. Alat peledak yang masih berada
di dalam saku celana saya diketahui. Ternyata, Wahyu juga tertangkap.
Apa maksud meledakkan gereja?
Maksud saya dan kawan-kawan melakukan peledakan adalah agar pendeta gereja
yang suku Ambon tersebut mati akibat ledakan bom. Saya menganggap penghuni
gereja tersebut adalah orang kafir yang harus dibunuh.
Apakah Saudara meledakkan gereja karena disuruh orang lain dan menerima
imbalan?
Benar, saya melakukan perbuatan tersebut di samping keinginan saya sendiri, juga
disuruh oleh Aryanto Haris (Komandan Laskar Mujahidin). Saya termasuk salah
seorang anak buahnya. Saya melakukan perbuatan tersebut tidak menerima imbalan
apapun tapi hanya diberi uang sebagai ongkos untuk kembali ke Bandung Rp 10.000.
Saudara mengenal Aryanto Haris dan di mana tempat tinggalnya?
Sekitar tahun 2000 ketika sedang perang di Maluku. Saya anggota Laskar Mujahidin
yang dipimpin oleh Abu Dzar. Setelah Abu Dzar mati tertembak terjadi kekosongan
pimpinan. Kekosongan pimpinan itu lalu diambil alih oleh Aryanto Haris. Setahu saya,
dia mempunyai alamat di Magelang, Jawa Tengah.
Dari mana berangkatnya dan menggunakan angkutan apa dan berkumpul di mana?
Sehari sebelumnya, saya diberitahu oleh kawan saya yang belum saya kenal bahwa
agar berkumpul di Masjid As-Sunnah, Cileunyi, Bandung, yang katanya pesan dari
Aryanto Haris akan menghancurkan dan membunuh pendeta di Tanjung Priok,
Jakarta Utara.
Hari Jumat tanggal 9 November 2001, saya berangkat ke Masjid As-Sunnah.
Ternyata, di situ sudah berkumpul Wahyu, Bilal, Aryanto, dan seorang kawan yang
tidak saya kenal. Setelah salat Jumat, kami berangkat naik Suzuki Carry warna
abu-abu tua. Sopirnya adalah Aryanto Haris. Saat perjalanan terus memberikan
petunjuk.
Dari mana mendapatkan jenis alat peledak?
Saya mendapatkan 2 (dua) alat peledak di mobil diberi oleh Wahyu. Alat peledak
tersebut dibuat sendiri oleh Wahyu.
Saudara mengetahui bagaimana ciri-ciri Aryanto Haris?
Rambut ikal panjang sebahu, sering dikuncir, tinggi 165 sentimeter, badan sedang,
mata hitam biasa, tidak berkumis, muka segitiga.
WAHYU HANDOKO BIN SUKADIR
"Yang Merencanakan adalah Saya"
Lahir: Gombong, 3 Oktober 1981 (anak kedua dari empat bersaudara)
Usia: 20 tahun
Agama: Islam
Ayah: Sukadir
Ibu: Sartini (almarhumah)
Pekerjaan: Pengangguran
Alamat: Desa Kedung Puji, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah
Sudara tahu mengapa diperiksa?
Saya tahu karena meledakkan Gereja Petra.
Kapan dan di mana kejadiannya, Saudara bersama siapa?
Kejadiannya hari Jumat, tanggal 9 November 2001, pukul 21.00 WIB, di Gereja Petra,
Jalan Jampea Nomor 44, Koja, Jakarta Utara. Saya diturunkan dari mobil yang dibawa
dan dikemudikan oleh orang yang tidak saya kenal bersama tiga orang lain.
Masing-masing adalah Ujang Aris, Bilal, dan seorang lagi yang tidak saya kenal.
Saya dengan Saudara Ujang Aris diturunkan di seberang rumah sakit. Kemudian, 2
(dua) orang lagi, Saudara Bilal dan seorang yang belum saya kenal melewati gereja
sasaran.
Jelaskan jenis alat peledak yang Saudara bawa?
Saya sempat meledakkan 1 (satu) buah alat peledak dengan cara melemparkan
bahan peledak tersebut dari depan gereja ke arah kaca ventilasi pintu tembus ke
dalam gereja. Tak lama kemudian, meledak.
Siapa yang membuat alat peledak?
Saya membuat dan merakit barang alat peledak tersebut sendirian, bahan-bahannya
saya yang membuat dan saya yang membelinya sendiri.
Kapan dan di mana Saudara membuat alat peledak?
Saya membuat alat peledak rakitan tersebut sekitar empat hari yang lalu atau sekitar
tanggal 6 November 2001 di bawah jembatan layang Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Saya mendapatkan bahan-bahan peledak seperti bahan potasium, saya mendapatkan
dari sisa-sisa dahulu, di mana saya pernah membuat dinamit.
Bahan seperti potasium, saya pernah membeli dari salah seorang di dekat Jatijajar,
Kebumen, Jawa Tengah. Nama orangnya saya lupa yaitu tempat penggalian batu
gampingan. Sedangkan, bahan-bahan lain seperti arang ditumbuk, paku, belerang,
dan pentol korek, saya mencari sendiri di tempat-tempat umum.
Kapan Saudara membuat dinamit?
Saya pernah membuat dinamit terbuat dari bahan botol Kratingdaeng, potasium,
belerang, arang, ditambah kawat nekelin disambungkan dengan kabel listrik dari accu
maka terjadi ledakan. Hal itu, saya pernah melakukannya di sungai di dekat rumah
saya di Gombong, Jawa Tengah.
Siapa yang merencanakan peledakan bom di Gereja Petra?
Yang merencanakan adalah saya kemudian disetujui Ujang Haris dan Bilal di
Bandung.
Apa alasan Saudara meledakkan Gereja Petra?
Secara kebetulan saja di Gereja Petra, saya melihat banyak orang sedang berada di
gedung gereja tersebut.
Apakah Saudara meledakkan gereja karena disuruh orang lain dan menerima
imbalan?
Perbuatan saya itu tidak ada yang menyuruh melainkan kemauan saya sendiri.
Apa maksud dan tujuan Saudara meledakkan Gereja Petra?
Pertama, saya pernah melihat pemutaran video dan televisi mengenai masalah konflik
pembantaian dan pembunuhan Muslim/Islam di Maluku dan Halmahera. Antara lain,
janda-janda tua, anak-anak kecil, orang-orang dewasa dalam satu masjid oleh
orang-orang Kristen.
Kedua, bersama Ujang Haris, saya ke Maluku. Di Maluku, saya tinggal di Batu Merah
selama kurang lebih 1 (satu) tahun. (Selama di sana), saya melihat dengan mata
kepala saya sendiri memang telah terjadi pembantaian (terhadap) orang-orang
Muslim/Islam (yang dilakukan) oleh orang-orang Kristen.
Saudara pernah mengikuti organisasi massa Islam?
Saya belum pernah mengikuti organisasi Islam mana pun.
Dari mana Saudara tahu Gereja Petra?
Saya berada di Jakarta sejak 5 (lima) hari yang lalu, sekitar tanggal 4 November
2001. Saya tahu nama Gereja Petra dari Saudara Bilal.
Saudara mengenal Ujang Haris dan Bilal?
Saya mengenal saudara Ujang Haris 2 (dua) tahun lalu. Saya pernah bertemu
(dengan Ujang Haris) dalam acara pengajian di daerah Bandung, kemudian
sama-sama pergi ke Ambon menjadi anggota Laskar Mujahidin di Ambon. Alamat
Saudara Ujang Haris, sepengetahuan saya di Majalengka (Jawa Barat). Saudara Bilal,
saya mengenal sejak 1 (satu) yang lalu di Bandung. (kar)
Nyanyian Tersangka Bom Mega
Sabtu, 10 November, pukul 14.00 WIB. Hari itu, seperti biasanya Rachmat, room boy
Hotel Mega Menteng, di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, melakukan tugas
rutinnya. Ia membersihkan kamar-kamar yang segera ditinggalkan penghuninya. Tak
terkecuali, kamar bernomor 105 yang dihuni oleh dua orang. Yaitu, Adventius Yupiter
Koeang dan Kisman Lakumakulita.
Saat itu, ia melihat tiga kaleng susu berukuran kecil --berdiameter tiga cm-- tergeletak
di sisi tas merek Sam Rucci Collection. Tiga kaleng susu berisi potongan-potongan
besi dan kabel. Ternyata tak cuma tiga. Rachmat menemukan lima kaleng susu lagi
di dalam tas Sam Rucci. Ukurannya, lebih besar --berdiameter 10 cm. Isinya juga
potongan-potongan besi dan kabel.
Rachmat melaporkan temuannya ke Agung Nugroho, resepsionis hotel. Mereka lalu
melapor ke polisi lantaran curiga kedelapan kaleng susu adalah bom. Sore harinya,
Kisman dan Yupiter datang. Begitu masuk ke hotel, keduanya langsung dicokok
polisi. Dari keterangan Yupiter dan Kesman, polisi lalu menangkap Rendi Albari
Lapadana, Ahad (11/11). Selain bom, bukti lain; Kartu Tanda Penduduk (KTP) milik
Yupiter, uang tunai (US$ 300 dan Rp 4,5 juta), dua mobil (Daihatsu Taruna dan
Timor), serta dua handphone.
Polisi kabarnya juga menangkap dua perempuan yang santer disebut sebagai
"perempuan nakal". Masih berdasarkan kabar ini, semalam sebelum dicokok, Kisman
dan Yupiter "main-main" dengan dua wanita nakal itu. Keesokannya, mereka
mengantar pulang dua wanita tersebut sambil mencari wanita lain. Polisi masih
memburu seorang lagi (teman Kisman dan Yupiter) di Bandung.
Tokoh sentral dari tiga tersangka adalah Kisman. Ia adalah wartawan yang sudah
terjun di pers selama 15 tahun. Ia acap ngepos di Departemen Kehutanan. Banyak
media telah dimasukinya. Orang Ambon ini disebut-sebut sebagai wartawan Harian
Ekonomi Neraca. Menurut Redaktur Pelaksana Harian Ekonomi Neraca, H. Effendi,
Kisman memang pernah bekerja di Neraca. Tapi, ''Sejak tahun 1996, ia sudah keluar,''
kata Effendi.
Ada yang bilang Kisman adalah wartawan harian Suara Bangsa. Harian milik Prajogo
Pangestu ini sudah almarhum. Kisman sekarang disebut-sebut sebagai koresponden
Panji Masyarakat, majalah mingguan. Sekretaris Redaksi Panji Masyarakat, Hartati,
menyatakan tak ada yang namanya Kisman, baik sebagai wartawan maupun
koresponden Panji Masyarakat. Selain wartawan, Kisman pun dikenal aktif di
lembaga swadaya masyarakat.
Menurut sejumlah orang Ambon di Jakarta, Kisman kerap tampil "perlente". Ia senang
mengenakan jas dengan bunga anggrek segar di sakunya. Sejumlah pusat
perbelanjaan dan hotel berkelas sering dipakai tempat nongkrong si Kisman. Seperti
Plasa Senayan, Hotel Hilton, Regent, dan Borobudur. Tapi Kisman selalu tidak
sendirian. Kisman acap mengajak puluhan warga Ambon.
Yupiter dan Rendi juga warga Maluku. Yupiter, tercatat sebagai mahasiswa sebuah
perguruan tinggi di Jakarta. Sedang Rendi, tercatat sebagai sosok yang tinggal di
daerah Ciputat, Tangerang. Selama ini, orang-orang Ambon di Jakarta mengenal
Yupiter dan Rendi sebagai "ajudan"-nya Kisman.
Ketiga tersangka mengaku merakit sendiri kedelapan bom. Bahan-bahan bom,
dibawa dari Ambon. Namun, setelah dirakit, tersangka kebingungan mencari tempat
untuk menyimpan delapan bom rakitan itu. Pilihan pada Hotel Mega, menurut
pengakuan Kisman, karena dianggap lebih aman dibanding menyimpan di rumahnya
sendiri di Jl. Banyumas XII, Menteng, maupun di rumah Rendi.
Rendi dan Kisman mengaku delapan bom tersebut disiapkan untuk meledakkan
Jakarta. ''Yang jelas, mereka berdua mengaku bahwa bom-bom tersebut guna
mengacaukan kota Jakarta,'' kata Kombes Pol. Anton Bachrul Alam, Kadispen Polda
Metro Jaya. Yang tidak jelas, para tersangka tidak menyebut titik-titik sasaran mana
saja di Jakarta yang menjadi target untuk diledakkan.
"Nyanyian" ketiga tersangka kian nyaring. Nadanya juga makin menghentak.
Kisman menyebut sejumlah tokoh. Yang sedang marak dipergunjingkan adalah
Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), I Gede Putu Ary Suta. ''Ia
(Kisman) mengaku pernah dekat dengan Ary Suta,'' kata Kapolda Metro Jaya, Irjen
Pol. Sofjan Jacoeb. Bahkan, Kisman kabarnya sebagai karyawan kontrak di BPPN.
Ada yang bilang semacam asisten pribadinya Putu Ary Suta. ''Di mana ada Putu, di
situ pasti ada Kisman,'' kata sumber ADIL yang mengenal Kisman. Pertemanan
Kisman dengan Ary Suta sendiri terjalin sejak Ary Suta menjabat Ketua Badan
Pengendalian Pasar Modal (Bapepam) tahun 1999.
Corporate Secretary BPPN, Suryo Susilo, mengakui kedekatan Ary Suta dengan
Kisman. Namun, hubungan itu sebatas antara wartawan dan narasumber.
Menurutnya, tersangka sering datang ke kantor BPPN semata untuk melakukan
wawancara dengan Ary Suta. Suryo juga membantah Kisman memiliki pekerjaan
sampingan side job dari BPPN. ''Ia (Kisman) bukan karyawan kontrak (BPPN),'' kata
Ary Suta.
Mengutip lagi pengakuan tersangka, menurut Kapolda, Kisman juga menyebut nama
bekas Menteri Keuangan Fuad Bawazier. Cerita hubungan Kisman dengan Fuad
Bawazier, begini. Pada zaman Presiden K.H. Abdurrahman "Gus Dur" Wahid, Fuad
Bawazier tengah dibidik. Fuad, termasuk salah seorang dari 40 tokoh yang akan
ditangkap. Ternyata ia keder juga, lalu minta bantuan ke Kisman untuk menjaga
rumahnya di Menteng dari serbuan massa pro-Gus Dur.
Kisman mengerahkan anak buahnya. Mereka lalu menyiapkan banyak bom untuk
mengantisipasi serbuan massa pro-Gus Dur. ''Bom-bom tersebut disimpan di rumah
Fuad,'' tutur Kapolda. Namun, sejak Gus Dur terguling sampai kini, bom-bom itu tidak
pernah diledakkan. Kendati demikian, Fuad bisa diancam pidana andai tahu Kisman
dkk. menyimpan bom di rumahnya. Itu andai saja.
Selain nama Ary Suta dan Fuad Bawazier, nama-nama lainnya yang terungkap dari
pengakuan Kisman adalah nama seorang bekas presiden, bekas petinggi TNI,
sejumlah jenderal aktif maupun purnawirawan serta beberapa pimpinan dan aktivis
dari organisasi massa Islam.
Kalangan orang Ambon di Jakarta mengaku tak heran bahwa banyak nama yang
muncul dari saku Kisman. Karena, Kisman kenal banyak orang. Kabarnya, ia punya
banyak handphone (HP) keluaran terbaru. Nama-nama itu muncul dari dua HP yang
ditemukan oleh polisi saat menciduk Kisman dan Yupiter.
Meskipun begitu, orang-orang Ambon di Jakarta tahu bahwa Kisman memiliki
hubungan dekat dengan bekas petinggi TNI. Mereka pun khawatir Kisman akan
memanipulasi bom-bom dan nama-nama yang terdapat di HP miliknya untuk
kepentingan seseorang seperti meledakkan Kota Jakarta. (kar)
Copyright © 1998 - 1999 ADIL dan detikcom Digital Life.
|