The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics
HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024 &
1367286044

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

Tamrin Amal Tomagola:
TNI/AD Otak & Dalang di Maluku

"Saya mendapat tilpon dari Kadispen Angkatan Udara ,Kita TNI Angkatan Udara dan TNI Angkatan Laut kan tidak melakukan itu, yang bapak maksud itu kan TNI Angkatan Darat"

Matahari yang biasa tenggelam pukul 8.30 dimusim kemarau , kali ini memilih terbenam lebih awal dari biasanya. Diawal Agustus 2000 Jerry Karundeng didampingi Iis Isnawati dari Khatulistiwa sempat menemui Prof. Dr. Tamrin Tomagola untuk diwawancara di daerah Torrance, California. Tamrin, selain menjabat Deputi II Bidang Dinamika Masyarakat, Dosen Senior di Universitas Indonesia, Rektor Universitas Terbuka, juga Advisernya Abdurrahman Wahid untuk masalah Maluku. Petikannya:

Apakah tujuan Anda ke Amerika?

Saya diundang sama bu Mary Whittlinger, supaya berusaha disini untuk menghentikan pembantaian yang ada di Ambon, Itu misi utamanya. Memang untuk menghentikan itu, kita dapat menggunakan kekuatan yang ada didalam dan kita juga dapat menggunakan pengaruh-pengaruh dari luar. Kemudian ibu Mary mengundang saya dengan Pak Alex kesini. Siapakah bu Mary itu, apakah ia dari suatu LSM atau? Saya kira ini murni inisiatif dari anggota masyarakat yang perduli terhadap pembantaian manusia di Ambon, saya juga dengar bahwa dana yang ada dikumpulkan dari masyarakat baik dari Kristen dan Islam disini, terutama di LA dan New York.

Terus di Amerika kemana saja?

Kita ke Washington DC dan Ke New York. Kalau di Washington itu kita ketemu dengan beberapa pihak, secara berurut kalau saya ingat, itu dimulai dengan State Departement, depatemen Luar Negeri AS, yang kedua dengan Staff para anggota Congress disana ada semacam Kaukus gitu dan dalam hak asasi manusia yang dipartisan dari semua partai yang ada, kurang lebih 7 orang anggota staff congress sesudah dari kongres kita betemu dengan salah satu senator yang sangat peduli dengan kasus Maluku dan suaranya banyak didengar kalau tidak salah namanya Russel D Feingold, sehari berikutnya kita bertemu dengan seorang wakil dari Pentagon, sorenya kita bertemu dengan LSM-LSM yang berada di Washington misalnya yang peduli dengan Tim-Tim, ETAN dan yayasan Robert Kennedy, Asia Foundation dan USINDO (United State dan Indonesia, red).

Kemudian ada Non Violence International dan beberapa lainnya. Kurang lebih 6 atau 7 LSM. Lalu hari minggu kita berangkat ke New York untuk bertemu dengan Human Rights Wacth, Sidney Jones. Kita berbicara sekitar hampir 2 jam dengan pak Alex. Dari semua pertemuan itu sebenarnya Benang Merahnya kita menginginkan semacam, kalau kata kerasnya Intervensi International, kalau kata lembutnya, kemitraan Internasional. Saya kira bahwa tragedi Maluku itu bukan sebagai teragedi Nasional melainkan sudah menjadi tergedi Intrenasional.Kemudian kita mengajukan beberapa step yang barangkali bisa diambil.

Lalu setelah bertemu dengan Senat Amerika dan lainnya, apakah tindakan lanjut dari Amerika itu sendiri untuk menyelesaikan kasus Maluku?

Sebenarnya itu tergantung dari pemerintahan Indonesia sendiri, Amerika sudah sangat siap melakukan kemitraan Internasional atau Intervensi International, dalam berbagai bentuk mereka sudah sangat siap, dalam bentuk apa saja, hanya menunggu lampu hijau dari Gus Dur, dan juga Gus Dur harus mengakui bahwa kekuatan nasional sudah tidak kuat mengatasi kasus Maluku ini terutama yang di Ambon, kasus yang maluku Utara sudah selesai. Repotnya kekuatan nasional itu, tidak ada yang netral. Baik dari Polri maupun TNI sudah memihak pada masing-masing kelompok yang bertikai ini. Memang kalau sudah ditingkat nasional itu sendiri sudah tidak ada yang netral yah... kita sudah mustinya mencari ditempat lain. Yah.. itulah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat International, saya dapat bilang masyarakat karena mereka terdiri dari LSM-LSM. Memang mereka menunggu Gus Dur meminta bantuan agar mereka memiliki dasar hukum atau legitimasi untuk masuk ke Indonesia. Tanpa permintaan Indonesia kelihatannya agak sukar.

Disamping itu juga dengan adanya suatu penolakan yang keras. Dan itu juga menjadi tugas kita untuk meyakinkan pihak dari dalam , baik pemerintah Gus Dur dan Ibu Megawati dalam hal ini, publik opini yang ada di Indonesia, maupun pihak Militer dan masyarakat Islam, bahwa memang sudah saatnya kita minta bantuan dari pihak Internasional.

Langkah-langkah apa sajakah yang akan Anda lakukan?

Langkah yang kelihatannya bisa dilakukan dari tingkat internasional ada 3 yaitu, masuknya palang merah internasional, kemudian pengiriman NGO (LSM) intrenasional bekerja sama dengan LSM nasional kemudian dengan pengiriman buat Special Envoy, yang khusus diutus dari sekjen PBB, itu yang sedang kita usahakan baik yang di New York baik nanti yang kita usahakan dari Jakarta.

Sipakah menurut Anda?

Ada seorang diplomat Aljazair yang mempunyai pengalaman dengan Afganistan dan Somali sebagai utusan dari sekjen PBB dari negeri yang beragama Islam untuk menentramkan kelompok Islam di Indonesia.

Mengapa begitu?

karena ada anggapan bahwa campur campur tangan internasional itu berarti campur tangan dari negara barat yang beragama Kristen.

Seandainya, pasukan perdamaian atau peace keeper masuk ke Ambon, bagaimana dengan laskar jihad?

Memang itu juga dipertanyakan oleh staf dari senator Fine Gould, apa yang sebenarnya menjadi tugas utama dari UN Force. Saya bilang tugas utamanya hanya 2, yaitu yang pertama adalah mengeluarkan laskar jihad dari Ambon dan Maluku secara keseluruhan kemudian yang kedua yaitu mengeluarkan elemen-elemen tangan kotor dari tentara yang masih beroperasi dilapangan. Karena memang kombinasi antara kekuatan laskar jihad dan tentara inilah yang masih mengobok-obok Maluku. Jadi kalau misalnya keduanya ini sudah keluar dari Maluku selebihnya bisa diatur oleh masyarakat Maluku itu sendiri. Cuma memang masalahnya, tidak ada prosedur didunia dimana peace keeper bisa masuk kalau belum dipenuhi beberapa syarat tertentu.

Maksudnya?

Saya dikasih tahu oleh Sidney Jones (Ketua LSM pengamat HAM untuk Asia di New York, red) syarat-syarat itu antara lain, ditempat yang mau didatangi itu memang sudah berlangsung ada upaya dialog negosiasi diantara kedua pihak yang bertikai itu. Repotnya di Maluku ini, dikelompok Islam banyak pemimpin, dikelompok kristen banyak pemimpin, nah jadi kalau kita bilang sudah ada dialog, dialog negosiasi diantara siapa dengan siapa?. Kalau misalnya di Ethiopia, antara Eritrea dan Ethiopia, kan.. itu jelas, ada pimpinan Eritrea yang saparatis dan kemudian ada pimpinan Ethiopia kemudian mereka PBB bisa masuk tengah dan PBB dapat menjadi penengah. Kalau di Maluku ini repotnya semacam horisontal konflik yang dalam setiap pihak nya tidak jelas pimpinannya siapa, tidak pimpinan tunggal. Kalau dipihak Kristen dengan variasinya sendiri masih mending dengan adanya komando yang agak jelas dari pada dipihak Islam agak awut-awutan, dengan setiap kelompok ada pimpinannya masing-masing. Nah itu katanya musti ada syarat itu. Kemudian syarat yang kedua , yaitu secara formal diminta oleh pemerintah yang bersangkutan, kalau memang sudah tidak mampu lagi. Tetapi Sidney bilang bahwa ada syarat lain yang kasusnya sama dengan kasus di Fiji dimana keadaannya memang sudah tidak memungkinkan, pemerintahan disanakan ditawan.

Kembali ke laskar jihad, kira-kira sudah berapa banyak di Maluku ?

Kalau di ambon kurang lebih jumlahnya sudah mencapai 10.000 dan mereka akan ditambah lagi kata panglimanya sekitar 1300. Dan kalau di Maluku Utara sekitar 2000 orang.

Darimanakah asal laskar jihad ini?

Dari luar Ambon saya kira dari Sulawesi Selatan kemudian dari Jawa dan Sumatra juga. Mereka mempunyai jaringan yang cukup luas sampai dengan Medan sampai Surabaya. Memang laskar jihad ini suatu kelompok yang kalau dalam umat Islam saya mereka termasuk kelompok minoritas, minoritas yang sangat exclusive (tertutup, red.), minoritas yang sangat exclusive tapi juga sangat well organize dan well funded (dana yang cukup, red.) jadi dananya cukup besar jadi dapat bergerak dengan cepat dan saya kira ada dukungan militer maupun dukungan politik.

Maksud Anda dukungan militer dan politik apa?

Dukungan militer itu dalam pengertian, pemberian senjata atau pemberian keleluasaan dan dukungan politik, dengan adanya apel sejuta umat yang di Monas maupun yang di Senayan itukan dengan leluasa itu namanya dukungan politik. Berarti Kapolda Jakarta Raya sendiri tidak berkutik karena dibelakang itukan ada orang kuat.

Kira-kira orang kuatnya siapa?

Dari kelompok sisa-sisa kepemimpinan militer yang lama, kalau saya menduga sih ada kontribusi dari Letjen Djadja Suparman yang saya pikir dia dekat dengan Front Pembela Islam. nah salah satu sumber laskar jihad ini dari organisasi ini juga yang dikoordinir oleh seorang habib dari Malang.

Lalu menurut Anda bagaimana kok Gus Dur diam saja?

Jelas sekali ini pemerintahan Gus Dur sangat dilecehkan oleh laskar jihad, saya kira pelecehan itu mereka lakukan dengan sangat yakin dikarenakan mendapat dukungan pihak militer. Maka dari itu mereka sangat berani sekali.

Bagaimanakah posisi Gus Dur dalam masalah ini?

Sebenarnya posisi Gus Dur dalam menghadapi militer ini, dari ketiga angkatan, dia hanya menguasai Angkatan Udara dan Angkatan Laut sedangkan Angkatan Darat yang sangat kuat dan well-organize tidak dia kuasai atau mungkin hanya seperempat saja, itupun mungkin hanya jenderal-jenderal yang kuat pada tingkat pemikiran tapi tidak mampu dalam mengerahkan pasukan. Masalah di Ambon itukan bukan masalah bagaimana teori-teori wacana yang muluk-muluk tetapi bagaimana secara operasional menggerakan pasukan itu Gus Dur enggak punya kolonel-kolonel atau letkol dan jenderal yang dilapangan itu dia Gus Dur enggak punya. Karena itu dia kelihatan sangat tidak berdaya, malah diledek dan dilecehkan oleh laskar jihad seperti itu.

Lalu, kalau memang kolonel-kolonel itu tidak dapat diatasi mengapa Gus dur tidak menegur jenderal-jenderalnya saja, kan biasanya anak buah nurut sama komandan?

Saya kira itu yang terjadi, dalam angkatan Darat itukan begitu banyak faksi yang ada dan kemudian Panglima sekarangkan dari angkatan Laut, nah itu Grip (cengkraman) nya terhadap angaktan Darat sangat lemah.

Anda menyebutkan kolonel-kolonel apakah banyak kolonel yang bermain disana? kalau di di Ambon yang kita tahu persis 2 orang kolonel, yang satunya asisten teritorial kodam Pattimura yang satunya asisten intel kodam Pattimura dua-duanya bermain, kalau yang asisten intel itu memprovokasi yang Islam kemudian yang asisten teritorial itu memprovokasi yang Kristen. Itu yang sebenarnya biang kerok atau tangan-tangan kotor, makanya saya selalu bilang penggantian Pangdam dari Max Tamaela menjadi si I Made yasa tidak mempengaruhi apa-apa, karena yang bermain itu bukan Pangdam.

Dalam konflik Ambon ini kelihatannya hanya Gus Dur saja yang dipersalahkan, bagaimana tentang MPR/DPR?

Yah, memang dalam eksekusi kebijakan itu memang eksekutif, jadi sehingga dia menjadi sasaran atau fokus disalahkan, saya kira karena peranan eksekusi itu, sedangkan DPR yang sebenarnya harus dipersoalkan dengan DPR itu, kenapa DPR selama ini tidak memberikan paling kurang memanggil panglima-panglima yang ada di Surabaya yang meloloskan laskar jihad berangkat ke Ambon atau memanggil panglima-panglima yang berada di Jakarta yang membiarkan laskar jihad berapel di Monas dan Senayan sebenarnya panglima-panglima itu dapat dipanggil dan digugat oleh DPR, tapi DPR tidak melakukan sama sekali. Waktu itu kita dari tapak Ambon kita berusaha agar DPR menggunakan hak itu, tapi sampai sekarang enggak ada tuh.

Kalau menurut Anda kenapa DPR tidak menggunakan hak itu?

Saya kira DPR sendiri dalam pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan strategis begitu memang kurang bagus kalau saya lihat. Dan kemudian yang kedua lagi mereka menghitung kekuatan-kekuatan yang jelas dilapangan ini siapa, dan kemudian dalam DPR itu sendiri kan terdiri dari beberapa fraksi-fraksi dari berbagai macam, disitu ada fraksi PDI P, ada fraksi Poros Tengah, fraksi PKB dan ada fraksi Golkar dan masing-masing itu memperhitungkan kekuatan-kekuatan politik nyata dan implikasi-implikasi politik nyata kalau mereka mengambil inisiatif, jadi perhitungannya mereka itu jadi sebagai komoditi politik, jadi Maluku ini mereka tidak melihat sebagai tragedi nyawa manusia yang terus menerus hilang, tapi mereka hitung sebagai komoditi politik. Nah, kalau sudah memperlakukan Maluku sebagai tragedi politik itukan setiap Malukuan itukan diperlakukan baik-baik. Itu yang sangat disayangkan dan kurangnya peranan DPR saya rasa disitu.

Apakah kasus Maluku ini direkayasa oleh TNI?

Saya rasa bukan direkayasa, melainkan sengaja disulut untuk tujuan-tujuan intern faksi-faksi tertentu di Angkatan Darat. Memang kita tidak dapat menuduh Militer secara keseluruhan karena Angkatan Laut enggak, Angkatan Udara enggak. Pernah ditelevisi saya di IndoSiar saya bicara begitu saya menggunakan istilah TNI, besoknya saya langsung ditelpon oleh Kadispen TNI Angkatan Udara, dia bilang:" Pak, kalau bilang militer jangan militer umum, kalau bilang TNI jangan TNI umum, harus sebut siapa yang bapak maksud, karena kita TNI Angkatan Udara dan TNI Angkatan Laut kan tidak melakukan itu, yang yang bapak maksud itu kan TNI Angkatan Darat ".

Kenapa TNI AD ada interest di konflik Maluku?

Karena selama orde baru, pilar atau tulang punggung orba itukan ada 2, yang pertama itu Teknokrat, pemikiran dan perencanaan pembangunan secara sentralistik dari Jakarta kemudian yang menjaga keamanan itukan TNI Angkatan Darat. Nah, selama orba kedua pilar ini paling mengambil keuntungan terutama militer saya kira. Karena itu selama 32 tahun kepentingan mereka baik kepentingan ekonomi dan kepentingan politik itu sudah sangat tertanam, nah kalau ini nanti terjadi penggugatan terhadap semua keseluruhan rezim orde baru, yang paling kena sebenarnya Angkatan Darat, karena itu mereka akan bertahan sekuat tenaga. Sehingga konflik Maluku atau Ambon ini sebenarnya sebagian dari satu bagian dari pertarungan yang lebih luas yaitu pertarungan antara Pro Democracy Movement dengan Status Quo dari Orde Baru. Itu pada dasarnya yang bertarung, tapi dia meletup dalam bentuk-bentuk, konflik di Maluku, Poso, konflik di Banyuwangi di Ciamis yang meletup-letup begitu tapi yang sebenarnya under laying probelmnya itu sama yaitu pertarungan Pro Democracy Movement dengan Status Quo.

Tapi kelihatannya yang paling berhasil di Ambon, kenapa?

Paling berhasil di Ambon karena ada beberapa faktor kalau sebut itu saya harus menggunakan dengan bom buatan yang dibuat oleh orang Ambon (Tamrin mengambil sesuatu sebagai alat perumpamaan), nah, bom buatan itu bisa kita urai dalam empat kelompok faktor, hard covernya ini, bom itukan mempunyai hard cover diluar, nah itu saya sebut sebagai facility infector yaitu faktor-faktor yang memfasilitasi terjadinya sesuatu kemudian kelompok yang kedua faktor yang saya sebut sebagai root of the problem atau the call of the problem, kalau bom itu amunisinya didalam karena bom tanpa amunisi tidak ada artinya, nah kemudian amunisi itu dihubungkan dengan api dari luar yang dihubungi oleh sumbu, nah sumbu itu adalah yang dipakai di Maluku atau di Ambon khususnya itu suku dan agama, nah jadi suku dan agama inilah yang sebenarnya sumbu yang dibakar, karena baik suku dan agama ada sentimen yang kuat disitu, sentimen kesukuan dan sentimen keagamaan itu sangat peka nah sumbu itu dia berhubungan dengan apa yang

ada didalam yaitu amunisi, nah kemudian dalam faktor yang keempat yaitu provolator, nah provokator ini bisa militer, bisa sipil,bisa siapa saja, nah yang jahatnya dari TNI Angkatan Darat mereka tahu semua ini bahwa bom ini sudah ada disana, baik dalam bentuk hard cover nya, amunisinya maupun sumbu sudah siap, jadi ini sudah secara menumpuk akumulatif dari 32 tahun itu dia sudah jadi disana, kalau saya pakai istilah lain itu jerami keringnya sudah menumpuk tinggal orang datang buang geretan (korek api) aja secara enggak sengaja dia bisa meledak enggak karuan, apalagi secara sengaja?. Jadi kenapa Ambon begitu siap, karena memang bomnya sudah jadi.***

Copyright © 2000 Kathulistiwa Magazine. All right reserved. Privacy policy Update on September 17, 2000

Received via e-mail from : Peter by way of PJS 


Copyright © 1999-2000 
- Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/alifuru67
Send your comments to alifuru67@egroups.com