Thursday, April 13, 2000




Biografi "My Father" Mukadi

Bapak Mukadi adalah Bapak dari enam bersaudara, Rina Indiastuti, Indri Rustantina, Hari Mukadi, Erni Mariana, Lusy Artati dan Beny Absoro.

Pak Mukadi, seperti banyak orang memanggilnya, lahir pada 20 Agustus 1929 di Kediri, Jawa Timur. Seorang perwira AURI yang baik, beliau meraih pendidikan di India pada tahun 1960. Pada tahun 1973, beliau melanjutkan pendidikan di Texas, Amerika Serikat untuk selanjutnya menjadi Instructor Bahasa Inggris di lngkungan AURI Husein Sastranegara.

Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi misi perdamaian PBB (ICCS) di Vietnam pada tahun 1973 - 1974 dan Komandan Kontingen IPTN di Hamburg Germany pada tahun 1984.

Setelah mengabdi sebagai perwira TNI selama 55 tahun, beliau mengalami masa pensiun untuk selanjutnya menjadi staff ahli di Industri Pesawat Terbang IPTN, Bandung pada tahun 1983-1986.

Bapak Mukadi juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat seperti menjadi ketua RT, wasit sepak bola pada kejuaraan nasional sepak bola se Kabupaten Bandung.

Bapak Mukadi adalah seorang penggemar dan pemain sepak bola sejati.

Bapak Mukadi adalah seorang Muslim yang taat. Beliau menikah dengan Ibu Suharti dan mereka dikaruniai dengan enam anak dan 14 cucu.

Biografi "My Mother" Suharti Mukadi

Liek Suharti Mukadi yang lebih dikenal dengan Ibu Mukadi adalah Ibu dari enam bersaudara, Rina Indiastuti, Indri Rustantina, Hari Mukadi, Erni Mariana, Lusy Artati dan Beny Absoro.

Lahir di Kediri, 07 April 1937 sebagai anak ketiga dari sembilan bersaudara pasangan suami istri Arjoprawiro dan Ibu (Alm) beliau menikah dengan Bapak Mukadi di tahun 1960, waktu Pak Mukadi baru saja kembali dari India dan dilantik menjadi Perwira TNI angkatan udara. Pernikahan Ibu Suharti dan Pak Mukadi ini tergolong unik.

Selain sebagai Ibu dari enam bersaudara, Ibu Suharti adalah nenek dari Liyana, Ivan, Ridla, Rifa, Naomi Clarissa, Agnetha Faustina Germaine, Ninis, Sara, Idjan, Nadira, Reyko, Egi, Randy dan Reza.

Bagi banyak orang yang mengenal beliau , Ibu Suharti adalah wanita yang sangat cerdas dan lugas. Sempat menjadi guru di Malang tetapi pada tahun kedua memutuskan meninggalkan Malang dan menikah dengan Bapak Mukadi.

Sederetan aktifitas di bidang sosial sudah pernah dijalaninya. Ibu Suharti pernah memegang jabatan kepala Paguyuban Jawa di Bandung dan beliau juga aktif dalam kegiatan sosial di Dharma Wanita TNI-AU selama Bapak Mukadi menjabat sebagai perwira AURI.

Segera setelah Bapak Mukadi wafat, Ibu Suharti langsung memberikan perhatian serius pada perkembangan ke enam anaknya beserta cucuk cucuknya.

Ibu Suharti menyukai membaca dan berkebun terutama tanaman mangga. Beliau sangat senang saat bisa membacakan cerita atau puisi kepada anak-anak. Dan menikmati masu tuanya dengan berbagai pengalaman dan pengamatan beliau.

DR. Rina Indiastuti

Lulusan DR dari Osaka University bidang Ekonomi ini berpengalaman di berbagai negara, tak membuat Rina Indiastuti, dosen Universitas Pajajaran Bandung berkecil hati. Ia tetap berambisi menapaki kariernya di dunia pendidikan. Karier sebagai pengajar memang kerap diukur dari pengalamannya menulis sejumlah permasalahan. Kelahiran Kediri, January 1961 itu sejak tahun 1999 lalu memilih kembali ke Indonesia dan menunaikan ibadah haji bersama suami DR Rahmat dan ibu kandungnya Ibu. Suharti.

Sekarang, meski acara setiap hari sangat padat, ia tak lagi dikejar-kejar deadline. Penampilannya pun total berubah. Tak ada lagi kaos dan jins melekat di tubuhnya. Sehari-hari, DR yang mempunyai anak Ria dan Ivan ini memakai jas. Sopir dan ajudan pun setia menemani ke mana ia pergi. Teman-teman seprofesipun juga tak lagi leluasa bercanda dan ngobrol dengannya. Seorang asisten atau ajudannya bahkan kerap menjawab telepon yang mampir ke ponselnya. Namun, sikap kritisnya tak pudar. "Saya harus tetap peka terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat.

Indri Rustantina, Dra

Bagi Indri Rustantina, program pengabdian sebagai guru kepada masarakat umum merupakan program yang ia idamkan dari kecil. "Selain masarakat bisa menikmati jasa pendidik, menolong orang yang tidak mampu juga merupakan satu kepuasan sendiri," tuturnya. Itulah yang membuat Indri serta merta loyal dengan profesinya.

Di sekolah SMP 8 Bandung itu, "Saya berkeinginan untuk meraih gelar Master" ujar ibu dari Rida dan bayi yang baru dilahirkannya 11 April 2000 yang lalu. Ujar istri dari Bapak Dadan itu.

Hari Mukadi

Setelah satu dasawarsa lebih (1983-2001) berkarier di berbagai bisnis dengan jabatan terakhir General Manager di DaimlerChrysler Rail Systems (Indonesia), Hari Mukadi merasa cukup bekal untuk meneruskan kariernya. "Saya telah banyak mendapat pelajaran dan kesempatan untuk mengembangkan profesi," katanya. Karenanya, sejak Desember 1999 ia keluar dari Mercedes Benz Indonesia, dan menerima tantangan baru di DaimlerChrysler Rail System (Indonesia), sebagai General Manager.

Menurut alumni Polytechnic IPTN (1982-84), ia pindah karena ingin memperluas wawasan dan mencoba bidang baru. "Saya memang tertarik menekuni bisnis informasi. Sebagai kebutuhan pokok, tentunya teknologi informasi punya pasar luas," tutur Master Business Administration lulusan American World University. Pengalaman di Sony Singapore, Sony Malaysia, Mercedes Benz Jerman serta Amsterdam, Lucerne, Rome, Paris. Juga, ia menilai Adtranz sebagai perusahaan yang arah, produk, manajemen dan strateginya, jelas. "Di sini saya akan mendapatkan wawasan yang lebih luas," kata kelahiran Bandung 30 Desember 1963, yang merahasiakan gaji dan fasilitas barunya.

Dalam meniti karier, ayah dari dua putri ini menganut filosofi 4-K: kemauan, kesempatan, komitmen dan keberhasilan. "Kemauan yang disertai kesempatan akan membuahkan keberhasilan, jika dilandasi komitmen," ujar profesional muda yang menggunakan waktu luangnya untuk bersantai di rumah bersama kedua anak tercinta : Naomi Clarissa dan Agnetha Faustina. Dengan filosofi itulah, mantan CATIA support PT. IPTN, Marketing support IBM Business partner, dan mantan System Analyst di Sony Electronic Indonesia ini ingin berkiprah di profesional businees.


Dr. Erni Mariana

Bagi Erni Mariana, program pengabdian dokter kepada masarakat umum merupakan program yang ia idamkan dari kecil. "Selain masarakat bisa menikmati pelayanan dokter pada malam hari, menolong orang yang tidak mampu juga merupakan satu kepuasan sendiri," tuturnya. Itulah yang membuat Erni serta merta bergabung dengan Rumah Sakit umum kepolisian Pak Sukamto di Jakarta selatan, setamat dari Universitas Pajajaran, Bandung, bidang kedokteran umum.

Di rumah sakit kepolisian itu, "Saya bertugas sebagai dokter jaga," ujar ibu dari Nisrina, Sara dan istri Ir. Harris, manajer pemasaran perumahan Permata Puri, Cibubur ini, yang sedang melanjutkan sekolah kembali untuk mengambil spesialis anak.


Lusi Artati, SE

Sejak SMA, Lusi Artati bertekad, suatu saat jadi eksekutif yang handal. Karena itu dalam meniti karier, "Saya sudah merencanakan, kapan lulus SMA, sarjana, sampai satu titik menjadi karyawan ," kata kelahiran Bandung 1966, istri dari Ir. Asep.

Anak kelima 6 bersaudara keluarga Mukadi yang pensiunan ABRI ini, memang aktif. Sejak kuliah di Jurusan Ekonomi Universitas Parahyangan Bandung, ia mengikuti banyak kegiatan diantaranya juara ke 2 Pencak Silat se Kabupaten Bandung. "Untuk melakukan kegiatan, saya tidak pernah mempedulikan start dari nomor 1, 2 atau 50," ujar pehobi bulu tangkis dan bela diri, yang pernah bergabung dengan Perisai Diri cabang Lanuma Sulaeman Banfung.

Satu hal yang dipegang teguh ibu dari Reyko, hidup tidak hanya untuk di dunia saja, tapi juga akhirat. Karena itu, ia menekankan pada dirinya , jika dapat beramal sebanyak banyaknya selama di dunia.


Beny Absoro

Tak punya cita-cita bekerja di pabrik, kini Beny Absoro yakin, di situlah kariernya. Apalagi, setelah sejak awal tahun 1998 lalu, alumni Jurusan Farmasi Universitas Pajajaran ini, menikah dengan Irnawati, alumni farmasi pajajaran yang bekerja di pabrik pula, "Hidup yang sebenarnya baru dimulai," tuturnya.

Setamat dari Unpad, kelahiran Bandung 1970 ini melanjutkan mengambil Apoteker dan kemudian melamar posisi bagian produksi di PT. Abort Indonesia.

"Itulah awal karier saya," ujar bungsu dari enam bersaudara ini. Bekerja dengan pengalaman nol membuat Beny sering cemas. "Saya terkadang takut menghadapi suasana kantor," katanya terus terang. Toh, ia mampu bertahan dua tahun, dan mengaku mendapat banyak pelajaran dan pengalaman.

Sepulang dari kantor, pehobi browsing internet dan nonton film laga ini menghabiskan waktu liburnya di Bandung, tempat ayah dan ibunya tinggal.